Kelompok produksi Keripik Singkong Ile Ape Lembata, memproduksi keripik singkong secara manual. Permasalahan yang ada yaitu digunakan alat parut manual. Singkong parutan ditempelkan pada bagian dalam tutupan dandang dan dikukus menggunakan pemanasan system tungku segitiga, kemudian ubi kukusan dijemur di atas lembaran seng bergelombang. Pengeringan hanya mengandalkan panas matahari. Kondisi produksi tersebut menyebabkan volume produksi rata-rata 20 Kg setiap 6 hari, tergolong lambat, sehingga pemasaran terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan penguatan proses produksi. Metode yang diterapkan yaitu sosio ekonomis, yakni mengatasi persoalan mitra untuk meningkatkan ekonominya melalui bantuan permodalan, ketrampilan teknis produksi, dan perluasan pemasaran. Mitra dibantu sarana mesin parut, tungku anglo untuk percepatan pengukusan dan efisiensi bahan bakar, media penjemuran, teknis pengeringan singkomg kukusan di dalam ruangan, dan perluasan pemasaran produk. Hasil kegiatan yaitu: produksi keripik singkong kering setiap 3 hari mencapai rata-rata 20 Kg. Pemasaran produk berupa keripik kering atau keripik setengah jadi yang diperluas ke luar pulau Lembata, yaitu ke wilayah Kota Kupang di Pulau Timor dan kota Larantuka serta kota Maumere.di Pulau Flores. Disimpulkan bahwa penguatan terhadap kelompok industri keripik singkong Ile Ape, telah membantu meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas wilayah pemasaran.