Roslizawaty r
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENINGKATAN AKTIVITAS ENZIM LIPOPROTEIN LIPASE (LPL) DAN PERUBAHAN HISTOPATOLOGIS HATI TIKUS (Rattus norvegicus) HIPERKOLESTEROLEMIA YANG DIBERI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia sp.) (The Increase Activity of Lipoprotein Lipase (LPL) Enzyme and Histophatological Changes of Liver of Hypercholesterolemic Rat (Rattus norvegicus) Induced by Ethanolic Extract of Ant Plant (Myrmecodia sp.)) R, Roslizawaty; R, Rusli; N, Nazaruddin; S, Syafruddin; Bangun, Indahlia Syahfitri; J, Jumaidar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i1.3376

Abstract

This study was aimed to find out the effect of ethanolic extract of ant plant (Myrmecodia sp.) to increase the activity of enzyme lipoprotein lipase (LPL) serum and to observe the histopathological changes of hypercholesterolemic rat liver. This study used 20 male rats grouped into 4 treatment groups, namely negative control group (K1), hypercholesterolemic group (K2), and hypercholesterolemic group that administered with ethanolic extract of ant plant 100 (K3) and 200 mg/kg bw (K4). The LPL enzyme activity were measured by the titration method and histopatological changes of liver were observed by calculated fatty degeneration and fatty infiltration. The data were analyzed using one way anova followed by Duncan test. The average of LPL enzyme activity on group K1, K2, K3, and K4 were 0.800.06, 0.450.10, 0.830.11, and 0.760.03 unit, respectively. The average number of fatty degeneration on hepatocyte and fatty infiltration were 1.800.83, 3.601.14, 23.00 1.22, and 40.201.30; and 9.200.84, 16.401.14, 2.600.54, and 4.800.83, respectively. The results showed that theraphy ethanolic extract of ant plant effects significantly (P0.01) on the increase of enzyme LPL and improve liver damage in hypercholesterolemic male rats. To conclude the administration of ethanolic extract of ant plant increases the LPL enzyme activity and improves liver damage on hyperch olesterolemic rats.Key words: Myrmecodia sp., LPL activity, histopathological liver, hypercholesterolemia
The Efficacy of Seminal Vesicles Extract Administration on Percentage of Estrus and Pregnancy on Local Goat S, Syafruddin; Siregar, Tongku Nizwan; H, Herrialfian; Armansyah, T; Sayuti, Arman; R, Roslizawaty
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 4, No 2 (2010): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v4i2.3096

Abstract

The aim of this research was to determine the percentage of estrus, performance of estrus, and percentage of pregnancy in local goat which synchronized with seminal vesicles extract. The seminal vesicles used in this research were collected from the waste of Banda Aceh slaughter house. The goats were allotted into 2 groups. Goats in group were injected with 0.5 ml PGF2 intramuscularly, and goats in group II were injected with 5 ml seminal vesicles extract intrauterine. The injection was done twice with the interval of 11 days. The goats which perform estrus sign are mated naturally once in every observation. Pregnancy diagnosing was done using chemical urine method 2 months after mating. The estrus percentage and pregnancy data were analyzed with chi-square and the estrus performance (onset and estrus duration) were analyzed using student T test. The estrus onset of group I and II were 29.334.62 and 24.000.00 hours (P0.05). Estrus duration of group I and II were 26.67+4.62 and 20.00+11.97 hours respectively (P0.05). The estrus percentage of group I and II did not show any significant differences (P0.05), those are 60.0 and 40.0% respectively, whereas the percentage of estrus from both groups were 100.0 %.
PEMBERIAN EKSTRAK EPIDIDIMIS BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING JANTAN LOKAL Akmal, Muslim; Siregar, Tongku Nizwan; Wahyuni, Sri; Hambal, Muhammad; S, Sugito; A, Amiruddin; S, Syafruddin; R, Roslizawaty; Z, Zainuddin; Adam, Mulyadi; G, Gholib; Iskandar, Cut Dahlia; R, Rinidar; Asmilia, Nuzul; H, Hamny; J, Joharsyah; S, Suriadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 2 (2015): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2839

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak epididimis (EE) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan lokal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor kambing jantan lokal, berumur 1,5 tahun dengan bobot badan 10-15 kg dan dibagi atas empat kelompok (K0, KP1, KP2, dan KP3). Kelompok K0, hanya diinjeksi dengan NaCl fisiologis sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi EE masing-masing 1, 2, dan 3 ml/ekor selama 13 hari berturut-turut. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan semen kambing dengan elektroejakulator dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EE dengan dosis 1 dan 3 ml/ekor EE selama 13 hari berturut-turut menyebabkan peningkatan kualitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa EE berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa pada kambing jantan lokal.
GAMBARAN KLINIS SAPI PIOMETRA SEBELUM DAN SETELAH TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK DAN PROSTAGLANDIN SECARA INTRA UTERI Sayuti, Arman; Melia, Juli; a, Amrozi; s, Syafruddin; r, Roslizawaty; Fahrimal, Yudha
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.310

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran klinis sapi pyometra sebelum dan setelah diterapi dengan antibiotik dan prostaglandin. Dalampenelitian ini digunakan enam ekor sapi betina yang didiagnosis menderita piometra berdasarkan pemeriksaan secara klinis dan ultrasonografi pada organ reproduksi. Sapi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan, masing-masing 3 ekor sapi untuk tiap kelompok. Kelompok I diterapi dengan 5 ml antibiotik (gentamicine, flumequine) ditambah 15 ml NaCl fisiologis dan PGF2 (Luprostiol) 12,5 mg secara intra uteri,sedangkan kelompok II diterapi hanya dengan menggunakan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan pada sapi yang didiagnosis piometra ditemukan adanya cairan yang penuh mengisi uterus (100%), korpus luteum persisten pada salah satu ovarium (100%), discharge di sekitar ekor, perineum, dan vulva yang berwarna kuning (50%), krem (33,3%), dan hijau keabu-abuan (16,6%). Sapi yang diterapi dengan antibiotik dan PGF2 menyebabkan pengeluaran leleran yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan sapi yang diterapi hanya dengan antibiotik.
AKURASI METODE OBSERVASI TIDAK KEMBALI BERAHI (NON-RETURN TO ESTRUS) DAN ULTRASONOGRAPHY (USG) UNTUK DIAGNOSIS KEBUNTINGAN KAMBING PERANAKAN ETTAWAH s, Syafruddin; r, Rusli; h, Hamdan; r, Roslizawaty; Rianto, Sapta; Hudaya, Sapto
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.308

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui akurasi pemeriksaan kebuntingan dengan metode observasi tidak kembali berahi (non-return toestrus) dan ultrasonography (USG) pada kambing peranakan Ettawah (PE). Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan. Pada percobaan I, digunakan kambing betina PE sebanyak 24 ekor dan 5 ekor kambing jantan PE sebagai pengusik. Observasi tidak kembali berahi dilakukan 18-24 hari setelah inseminasi buatan secara visual dan dibantu dengan kambing jantan. Kambing yang tidak memperlihatkan gejala berahi pada saat pemeriksaan diberi nilai positif sedang kambing yang memperlihatkan gejala berahi pada saat pemeriksaan diberi nilai negatif. Hasil pemeriksaan ini akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kebuntingan secara ultrasonography (USG). Kambing yang memiliki nilai positif pada observasi tidakkembali berahi tetapi negatif pada pemeriksaan USG diberi nilai positif palsu, sedang kambing yang memiliki nilai negatif pada observasi tidak kembali berahi tetapi positif pada pemeriksaan USG diberi nilai negatif palsu. Akurasi hasil pemeriksaan untuk diagnosis bunting dan tidak bunting masing-masing adalah 93,75 dan 37,50%. Pada percobaan II, digunakan kambing betina PE sebanyak 160 ekor. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan menggunakan USG pada waktu yang telah ditetapkan pada kambing yang telah dikawinkan pada waktu yang bervariasi. Estimasi usia kebuntingan ditentukan dengan memperhitungkan lama kebuntingan pada kambing yakni 5 bulan, kemudian diikuti selisih waktu antara kelahiran dengan jadwal pemeriksaan. Hasil positif dari pemeriksaan ditandai dengan bentukan bulat anechoic di sebelah dorsal dari vesika urinaria sedangkan terlihatnya gambaran muskulus mengindikasikan kambing negatif bunting. Hasil pemeriksaan ini akan dikonfirmasi dengan angka kelahiran. Dari hasil penelitian diperoleh akurasi diagnosis bunting adalah 94,3% sedang akurasi diagnosis tidak bunting adalah 100%. Dari 160 ekor kambing yang diperiksa, diperkirakan jumlah kambing yang bunting pada usia 1, 2, dan 3 bulan masing-masing adalah 19, 98, dan 7 ekor kambing.