Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Gambaran Histopatologi Hepatopankreas Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Estuari Alue Naga, Banda Aceh Indonesia Dedi Fazriansyah Putra; Nurul Fajar; Cut Dahlia Iskandar
Jurnal Sain Veteriner Vol 40, No 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.62805

Abstract

The study aimed to investigate the histopathology status of the hepatopancreas of mangrove crabs (Scylla serrata) in the Alue Naga estuary area, Banda Aceh, Indonesia. The research was conducted in September and October 2020. The purposive sampling method was used where the determination of the location was based on water conditions and anthropogenic activities near the estuary. The mangrove crabs (Scylla serrata) sampling location was implemented within three sampling sites in the Krueng Cut estuary, Gampong Alue Naga, Syiah Kuala District, Banda Aceh. Histopathological analysis was carried out in the histology laboratory, Syiah Kuala University. The results showed that there were changes in the hepatopancreas in the form of irregular lumen star shape, the formation of vacuoles and basophilic hypertrophy. These hepatopancreas changes were assumed due to water pollution generated by anthropogenic activities from local settlements and household industries. Therefore, it is suggested to conduct further research regarding water quality parameters and heavy metal concentration within this sampling area.
Histologi Ureter dan Vesika Urinaria Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) (Histology of Ureter and Vesica Urinaria in Local Catfish (Clarias batrachus) Anka Rahmi Ade Utami; Cut Dahlia Iskandar; Zainuddin Zainuddin
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 2 (2017): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.121 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i2.2689

Abstract

ABSTRAK                Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur histologis ureter dan vesika urinaria ikan lele lokal (Clarias batrachus). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah  ureter dan vesika urinaria, tiga ekor ikan lele lokal jantan dan tiga ekor ikan lele lokal betina dewasa. Sampel kemudian dibuat menjadi preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan diteliti strukturnya menggunakan metode histologi eksplorasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara ureter dan vesika urinaria  ikan lele lokal jantan dan betina, baik secara makroskopis maupun mikroskopisnya. Ureter dan vesika urinaria memiliki struktur sama dengan ketebalan berbeda yang terdiri dari tunika mukosa, lamina propria, tunika muskularis, dan tunika adventisia. Tunika mukosa dan tunika muskularis vesika urinaria lebih tebal dari pada ureter.  ABSTRACT                This study aims to know the histological structure of ureter and vesica urinaria in local catfish (Clarias batrachus). Samples used in this study were ureter and vesica urinaria from three adult male and three adult female local catfish. Histological samples stained with haematoxylin-eosin (HE) then examinated using explorative histological method. The result revealed that ureter and vesica urinaria in male and female local catfish do not have any difference in macroscopic and microscopic appearance. Ureter and vesica urinaria have same common structures and layers, and could be distinguished by the thicknes of the layers. Both of the organs have tunica mucosa, lamina propria, tunica muscularis, and tunica adventitia. Tunica mucosa and muscularis layers in vesica urinaria are thicker than those in ureter.
PENGARUH DEPOSISI SEMEN SAAT INSEMINASI BUATAN TERHADAP ANGKA KEBUNTINGAN SAPI (The Effect of Semen Deposition During Artificial Insemination on Pregnancy Rate in Cows) wanti dessi dana; hamdan hamdan; budianto panjaitan; ginta riady; sri wahyuni; cut dahlia iskandar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 4 (2017): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.643 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i4.4812

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh deposisi semen saat inseminasi buatan terhadap angka kebuntingan sapi. Responden dalam penelitian ini adalah petugas inseminator profesional (bersertifikat) yang bertugas di Kecamatan Kuta Cot Glie, Krueng Barona Jaya, dan Blang Bintang. Jumlah sampel responden untuk angka kebuntingan pada penelitian ini adalah sapi-sapi betina yang ada di tiga kecamatan di Aceh Besar tersebut yang siap untuk diinseminasi selama bulan April sampai Mei 2017. Hasil dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan deposisi semen pada cincin serviks ketiga lebih rendah dibandingkan dengan deposisi semen pada cincin serviks keempat dengan persentase non return rate (60-90 hari) pada responden  I, II dan III secara berturut-turut adalah 80,56% ; 87,64%  dan 94,55%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa angka kebuntingan pada deposisi semen cincin serviks keempat lebih tinggi dari pada deposisi semen pada cincin serviks ketiga. ABSTRACTThe aims of study was to determine the effect of semen deposition during artificial insemination on pregnancy rate cow. Respondents in this research are professional inseminator (certified) from Kecamatan Kuta Cot Glie, Krueng Barona Jaya and Blang Bintang. The number of respondent samples for pregnancy rate in this study were female cows in three subdistricts in Aceh Besar that available for artifial inseminated during April and May 2017. The data of this study were analyzed descriptively. The results of this study indicated that the position at the fourth cervical ring of semen deposition has the higher pregnancy rate with the percentage of NRR (60-90 days) on the respondent I, II and III respectively is 80.56%; 87.64% and 94.55%. Based on the results of the research can be concluded that pregnancy rate on the fourth cervical ring semen deposition better was than semen deposition on the third cervical ring semen deposition.
HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) Yunita Nanda; M. Nur Salim; Cut Dahlia Iskandar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 4 (2017): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.35 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i4.5476

Abstract

ABSTRAK            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep getah jarak pagar pada fase remodeling penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 9 ekor, berat 25-40 gram dan berumur 2-3 bulan, dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ekor mencit. Setiap kelompok sampel dilakukan perawatan luka terbuka dengan intensitas yang sama yaitu dua kali sehari selama 10 hari. Pada kelompok P1 diberi Vaselin kuning, kelompok P2 diberi getah jarak pagar 10%, dan P3 diberi Gentamicin 0,1%. Parameter yang diukur adalah skor kolagen pada setiap kelompok perlakuan. Data kuantitatif diuji menggunakan analisis varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD). Dari hasil ANAVA dapat diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P0,05) terhadap distribusi kolagen. Hasil uji LSD, pada kelompok P1 dengan P2 dan P2 dengan P3 berbeda nyata (P0,05) sedangkan P1 dengan P3 tidak berbeda nyata (P0,05). Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa pemberian getah jarak pagar (Jatropha curcas Linn) 10% dalam sediaan salep selama 10 hari dapat meningkatkan pembentukan distribusi jaringan kolagen pada daerah luka sehingga mempercepat proses penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus) fase remodeling.ABSTRACKThis study aimed to find out the effectiveness of jatropha remover ointment in the remodeling phase of wound healing in mice. The experimental animals used were 9 male mice, 25-40 gram weight and 2-3 months sample group was treated with the same intensity of twice daily for 10 days. P1 groupwas given yellow Vaseline, P2 was given a jatropha gene of 10%, and P3 was given 0.1% of Gentamicin. The parameters measured were collagen scores in each treatment group. Quantitative data were analysed using variance analisys (ANAVA) and followed by with the smallest real difference test (LSD). The results of ANAVA showed that treatment was significantly effect (P0,05) to collagen distribution. The result of LSD test, in group P1 with P2 and P2 with P3 was significantly different (P0,05) while P1 with P3 was not significantly (P0,05). Histophatological observations showed that 10% of Jatropha curcas Linn in ointment for 10 days increase the formation of collagen tissue distribution in the wound area, thus accelerating the healing process of mice remodeling rats (Mus musculus).
(The role of breeders to the success of artificial insemination in cattle in Asahan Districts) PERAN PETERNAK TERHADAP KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI DI KABUPATEN ASAHAN nurul nazmi annisa; Roslizawaty Roslizawaty; hamdan hamdan; cut dahlia iskandar; ismail ismail; tongku N siregar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.631 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.6945

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui peran peternak terhadap keberhasilan inseminasi buatan pada sapi di Kabupaten Asahan. Data pada penlitian ini diperoleh dari lembar kuisioner dan wawancara langsung kepada 52 orang peternak pengguna IB serta data hasil IB dari dinas terkait. Hasil uji regresi stepwise, di dapat bahwa peran peternak yang paling berpengaruh nilai service per conception (S/C) adalah pekerjaan utama PNS dan pekerjaan utama peternak dengan nilai R square 0,220 dengan persamaan regresi Y = 1.408 – 0.203 X1 + 0.312 X2, sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap nilai conception rate (CR) adalah pengalaman beternak dengan nilai R square 0,131 dengan persamaan regresi Y = 59.183 + 2.419X. Dari hasil uji regresi stepwise dapat disimpulkan bahwa karakteristik peternak yang mempengaruhi hasil IB adalah pekerjaan utama dan lama beternak.Kata kunci: Peran peternak, Inseminasi buatan. ABSTRACTThe aims of this study was to determine the role of  farmers on the success of artificial insemination in cattle in Asahan districts. The data on this study were obtained from questionnaire and interview directly to 52 ranchers of artificial insemination service users as well as artificial insemination results data from related offices. From the stepwise regression test, it was found that the role of the most influential breeder of service value per conception (S / C) was the work of the civil servant and the work of breeder with the value of R square 0,220 with regression equation Y = 1.408 – 0.203 X1 + 0.312 X2, while the factor that influence the value of conception rate (CR ) was breeding experience with value of R square 0,131 with regression equation Y = 59.183 + 2.419X. From result of stepwise regression test can be concluded that breeder characteristic influencing result of artificial insemination was work and breeding experience.Keywords: The role of farmers, Artificial insemination.
HISTOLOGIS INSANG DAN LABIRIN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) (Histological Gill and Arborencent of Carp (Osphronemus gouramy Lac.) Vina Veronica; cut dahlia iskandar; erdiansyah rahmi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 1 (2017): NOVEMBER - JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.248 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i1.5885

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histologis sistem respirasi ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Organ yang di ambil adalah insang dan labirin dari 2 ekor ikan gurami dan diteliti dengan metode histologis eksplorasi. Pengamatan histologis dilakukan setelah pembuatan preparat histologis yang diwarnai dengan hematosiklin eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada insang ikan gurami terdiri atas lengkung insang, tulang rawan penompang, lamela primer dan lamela sekunder. Pada lamela primer terdapat tulang rawan penompang, dan pembuluh darah, sedangkan pada lamela sekunder terdapat sel epitelium, sel pilar, sel mukus, sel klorida, dan pembuluh darah. Selanjutnya Labirin terdiri dari sel epitel pipih selapis, pembuluh darah, dan tulang rawan elastis yang tersusun atas kondrosit, kondroblas dan perikondrium sebagai pembungkus tulang rawan elastis.The Objective of the present study to determined the histological respiratory system of carp (Osphronemus gouramy Lac.). Arborencent and gill of the two carp was examinated by histological exploration. Histological observation was stained by hematoxylin eosin (HE). The study perfomed that the gills of carp consist of  cartilage, primary lamella and secondary lamella. The primary lamella was showed cartilage and blood vessels, meanwhile the secondary lamella was perfomed epithelial cells, pillar cells, mucus cells, khlorida cells, and blood vessels. The Next arborecent was drawn layered flattened epitelial cells, blood vessels, elastic cartilage was wrapped chondrocytes, kondroblast and pericondrium as an elastic cartilage wrapping. 
STRUKTUR HISTOLOGI KULIT BELUT SAWAH (Monopterus albus) (HISTOLOGY OF SKIN OF RICE FIELD EELS (Monopterus albus) ) Nanda Afrizan; zainuddin zainuddin; cut dahlia iskandar; dian masyitha; winaruddin winaruddin; ummu balqis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.739 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.7606

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur histologi kulit ikan belut sawah. Sampel yang digunakan adalah kulit bagian dorsal dan abdomen dari dua ekor belut sawah, diamati dengan menggunakan metode histologi eksplorasi. Pengamatan dilakukan setelah pembuatan preparat histologi yang diwarnai dengan Hematoksilin-eosin (HE) dan Masson trichrome. Hasil penelitian menunjukkan struktur histologi kulit ikan belut sawah terdiri atas tiga lapisan. Lapisan epidermis yang tersusun atas sel-sel epitel pipih berlapis, sel mukus/sel goblet, dan stratum germinativum. Lapisan dermis terdiri dari sel pigmen, stratum laxum (spongiosum) dengan serabut kolagen longgar dan stratum compactum dengan serabut kolagen padat. Lapisan hipodermis terdiri dari sel lemak, serabut kolagen, dan pembuluh darah. Secara umum struktur histologi kulit belut sawah sama dengan ikan air tawar pada umumnya, terdapat perbedaan ketebalan lapisan dan bentuk sel mukus antara kulit dorsal dan abdomen kulit belut sawah. (This research aims to determine the histological structure of rice eels. The sample used is the skin of the dorsal and abdominal and then observed using histologcal  exploratory method. Observations were made after the preparation of histologic preparations stained with hematoxylin-eosin (HE) and Masson trichrome. The results showed that the histology structure of the rice eels consists of three layers. Epidermal layers composed of squamous cells, mucus / goblet cells, and stratum germinativum. The dermis layer consists of pigment cells, stratum laxum (spongiosum) with loose collagen fibers and stratum compactum with solid collagen fiber. The hypodermic layer consists of fat cells, collagen fibers, and blood vessel. In general the structure of rice field eel skin histology identical with freshwater fish in General, there is a difference in thickness of the layers and the shape of the dorsal skin mucous cells between the abdominal skin an eel and rice fields.) 
Sebaran Karbohidrat pada Usus Halus Merpati (Columba domesticus) (Carbohidrate Distribution in The Small Intestine of Pigeons (Columba domesticus)) Anggi Dwiyana Nosa; Cut Dahlia Iskandar; Mustafa Sabri
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 4 (2017): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.879 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i4.4838

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karbohidrat pada usus halus tiga ekor merpati jantan. Penelitian ini menggunakan organ usus halus yaitu duodenum, jejunum, dan ileum yang diamati secara histokimia. Penelitian ini di lakukan secara mikroteknik dengan pewarnaan alcian blue pH 2,5 (AB) untuk menentukan karbohidrat asam dan periodic acid Schiff (PAS) untuk menentukan karbohidrat netral. Hasil penelitian menunjukkan usus halus merpati bereaksi positif terhadap pewarnaan AB pH 2,5 pada tunika mukosa dengan intensitas kuat (+++) dan PAS dengan intensitas lemah (+). Tidak ditemukan karbohidrat asam dan netral pada tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Dapat disimpulkan bahwa usus halus merpati mengandung karbohidrat asam dan netral yang tersebar pada tunika mukosa dengan intensitas karbohidrat asam lebih tinggi dari pada karbohidrat netral.This research aims to determine the pattern of carbohydrate distribution in the small intestine of pigeons. Which  consist of duodenum, jejunum, and ileum of three pigeons observed histochemically. Alcian blue pH 2.5 (AB) staining was performared to determine carbohydrates acid and periodic acid Schiff (PAS) to determine the neutral carbohydrates. The results showed the small intestine of pigeon reacted positively to the staining of AB pH 2.5 on the mucosal tunica with strong intensity (+++) and PAS with weak intensity (+). No acid and neutral carbohydrates are found in tunica submucosa, tunica muscular, and tunica serous. It can be concluded that the pigeon's small intestine contains acidic and neutral carbohydrates that are dispersed in the mucosal tunica with the intensity of acidic carbohydrates higher than in neutral carbohydrates
IDENTIFIKASI DAN JUMLAH SEL RADANG PADA LUKA SAYAT MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Widya Wati; ummu balqis; cut dahlia iskandar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 4, No 4 (2020): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v4i4.15900

Abstract

ABSTRAKLuka sayat dapat disebabkan karena gigitan hewan dan trauma benda tajam yang dapat merusak srtuktur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung jumlah sel radang pada luka sayat mencit (Mus musculus) yang diberi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) pada hari ke-21. Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan berat 20-50 gram berumur 2-3 bulan dan berjenis kelamin jantan sebanyak 12 ekor. Mencit dibagi dalam 4 kelompok perlakukan dengan 3 kali pengulangan. Kelompok pertama (K1) sebagai control hanya diberikan akuades. Kelompok dua (K2) diberikan ekstrak daun binahong 5%. Kelompok tiga (K3) diberikan ekstrak daun binahong 10%. Kelompok empat (K4) diberikan ekstrak daun binahong 15%. Pengambilan sampel jaringan kulit dilakukan pada hari ke-21. Bagian kulit yang dibuat luka diinsisi, lalu difiksasi dengan larutan BNF 10% selama 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan jumlah sel radang; basofil, eosinofil, neutrofil, monosit dan limfosit pada K1: 18,50±2,47, 21,38±0,18, 22,88±0,88, 16,38±1,94, 23,63±0,88. K2: 16,75±2,12, 17,88±2,30, 15,13±2,65, 22,75±1,41. K3: 14,63±2,30, 18,63±1,94, 22,63±2,30, 22,38±0,88, 33,75±2,47. K4:13,75±1,77, 17,13±3,01, 20,75±2,83, 20,00±1,77, 29,88±0,53. Berdasarkan hasil penelitian ekstrak daun binahong dapat disimpulkan bahwasanya antara konsentrasi 5%, 10%, 15% tidak ditemukan adanya perbedaan jumlah masing-masing sel radang antar kelompok. Kata kunci: Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Monosit, Limfosit, Daun Binahong ABSTRACTThe cut can be caused by animal bites and the trauma of sharp objects that can damage tissue srtuktur. This study aims to identify and count the number of inflammatory cells in cuts mice (Mus musculus) were given the leaf extract binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) on day 21. The experimental animals used were mice (Mus musculus) weighing 20-50 grams, 2-3 months old and 12 male. Mice were divided into 4 groups and treated with 3 repetitions. The first group (K1) as control was given only distilled water. Group two (K2) is given binahong leaf extract 5%. A group of three (K3) given the leaf extract binahong 10%. Kelompok empat (K4) diberikan ekstrak daun binahong 15%. Skin tissue sampling conducted on the 21st day. The skin is made incised wound, then fixed in a solution of 10% BNF for 2x24 hours. The results showed the number of inflammatory cells; basophils, eosinophils, neutrophils, monocytes and lymphocytes in K1: 18,50±2,47, 21,38±0,18, 22,88±0,88, 16,38±1,94, 23,63±0,88. K2: 16,75±2,12, 17,88±2,30, 15,13±2,65, 22,75±1,41. K3: 14,63±2,30, 18,63±1,94, 22,63±2,30, 22,38±0,88, 33,75±2,47. K4:13,75±1,77, 17,13±3,01, 20,75±2,83, 20,00±1,77, 29,88±0,53. Based on the research results binahong leaf extract can conclude that the concentration of 5%, 10%, 15% did not find any difference in the number of inflammatory cells respectively between groups.Keywords: Basophils, Eosinophils, Neutrophils, Monocytes, Lymphocytes, Leaf                        Binahong
HISTOLOGIS INTESTINUM IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) PADA FASE BENIH DAN DEWASA (The Histological of Intestine of Carp (Osphronemus gouramy Lac.) at Seed and Adult Phase) Risfi Febrina Tri Utami Emha; cut dahlia iskandar; erdiansyah rahmi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.953 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.6741

Abstract

ABSTRAK            Penelitian ini bertujuan mempelajari histologis intestinum ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) pada fase benih dan dewasa. Saluran pencernaan yang diambil adalah intestinum yang berasal dari enam ekor ikan gurami. Sampel intestinum kemudian dibuat menjadi preparat histologis dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) dan diamati menggunakan metode histologi eksplorasi. Hasil  penelitian  menunjukkan bahwa ikan gurami pada fase benih terbagi ke dalam 2 fase yakni fase fry dan fase fingerling. Pada fase fry bersifat karnivora, pada fase fingerling bersifat omnivora, dan pada fase dewasa ikan tersebut bersifat herbivora. Selanjutnya histologis intestinum ikan gurami pada fase fry, fase fingerling, maupun fase dewasa pada umumnya sama yakni tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa.Kata Kunci: histologi, intestinum, ikan gurami ABSTRACT            The aims of the researchs was to determined the histological exploration of carp (Osphronemus gouramy Lac.) intestine in seed and adult phase. Histological samples stained with haematoxylin-eosin (HE) then observed using histological methods of exploration. The result revealed that carp in the seeds phase was divided into 2 phases namely fry and fingerling phase. In the fry phase was carnivorous, the fingerling phase was omnivorous, and in the adult phase the fish was herbivorous. The next histolgy of intestine of gouramy fish in the fry, fingerling and adults phase were consist of four layers, namely tunika mucosa, tunica submucosa, tunica muskularis, and tunica serosa.Keywords:histology, intestine, carp
Co-Authors . Muttaqien Abdul Hamzah Abdul Harris Abdul Harris Abdul Harris Ade widya yunanda Agus Arip Munawar Aliman Irfandi Amiruddin A Anggi Dwiyana Nosa Anka Rahmi Ade Utami Anugrah Septian Arman Sayuti Ayu Agita Ginting Azhari Azhari Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Cut Nila Thasmi Darmawi Darmawi Darmawi Darmawi Dasrul Dasrul Debby Novita ayumi Dedi Fazriansyah Putra Dian Masyitha Dian Masyitha Dian Masyitha Dian Masyitha dian masyithah Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Fachreza Oktavian Syahputri Fadli A Gani Faisal Jamin Fakhrurrazi Fakhrurrazi Farida Athaillah febri ramadana Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Gholib Gholib Ginta Riady Ginta Riady Hamdan Hamdan Hamdani Budiman Hamny Sofyan Hennivanda Hennivanda Herrialfian Herrialfian Hidayati Hidayati Ismail Ismail Joharsyah J Lian Varis Riandi M Nur Salim M. Hasan M. Jalaluddin M. Nur Salim M. Nur Salim M. Nur Salim Mardhiah Abdian Mita Nasuha Risky Muhammad Hambal Muhammad Hambal Muhammad Hanafiah muhammad isa Muhammad Jalaluddin Mulyadi Adam Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Mustafa Sabri Mustafa Sabri Muttaqien Muttaqien Nabila Latifa Hafizsha Nanda Afrizan Ningrum, Aulia Putri Wahyu Nirma Rotua Nucha Nabila Nur Nurjannah Annah Nursalim, M Nurul Armita Nurul Fajar nurul nazmi annisa Nuzul Asmilia Rastina Rastina Rastina Rastina Razali Daud Razali Razali Rhoza Indra Rina Aulia Barus Rinidar R Risfi Febrina Tri Utami Emha Roslizawaty R Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty sariati latif Siti Aisyah Siti Rani Ayuti Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sugito Sugito Suriadi S Syafruddin S T. Armansyah T. Fadrial Karmil T. Reza Ferasyi Teuku Reza Ferasyi Teuku Zahrial Helmi Tongku N Siregar Tongku Nizwan Siregar Triva Murtina Lubis Triva Murtina Lubis Ummu Balqis Utami, Cut Suraiya Wahyuni Vina Veronica wanti dessi dana Widya Wati Winafri Itma Ana Winaruddin Winaruddin Yoana Sukma Yunita Nanda Z Zainuddin Zainuddin Z Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin, Zainuddin Zuhrawati Zuhrawati