: In today's modern world, characterised by advanced technology and rapid information flow, people are increasingly pressured to keep pace with these advancements. The modern world is also marked by a fast-paced lifestyle, high mental stress, and a tendency for people to work non-stop, leading to the neglect of rest practices. An overemphasis on productivity has led many individuals to lose balance between work and recovery, thereby impacting physical, mental, and spiritual health. In this context, the biblical teaching on the Sabbath offers a theologically relevant value worth reconsidering regarding rest. This study aims to explore the concept of the Sabbath in Genesis 2:2–3 as a theological foundation for holistic and impactful self-care practices. It employs a theological qualitative method with a narrative hermeneutical approach to the text of Genesis. It can be concluded that the Sabbath in the creation narrative (Genesis 2:2–3) contains a profound theological meaning as a divine rest that sanctifies time and life. From a spiritual theology perspective, the Sabbath opens space for self-care practices that are not only oriented toward physical restoration but also touch on the relational dimension of humanity with God. Furthermore, the practice of the Sabbath has transformative power in Christian spirituality, as it directs humans toward an awareness of the need for deep communion with the Creator.. AbstrakDalam dunia modern yang penuh kecanggihan teknologi dan informasi cepat menuntut manusia era ini untuk seirama dengan kemajuan tersebut. Dunia modern juga ditandai oleh ritme hidup yang cepat, tekanan mental yang tinggi, serta kecenderungan manusia untuk terus bekerja tanpa jeda, praktik perhentian menjadi semakin terabaikan. Budaya produktivitas yang berlebihan telah menyebabkan banyak individu kehilangan keseimbangan antara pekerjaan dan pemulihan, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Dalam konteks ini, ajaran Alkitab mengenai Sabat menawarkan suatu nilai teologis yang relevan untuk direnungkan kembali terkait istirahat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali konsep Sabat dalam Kejadian 2:2–3 sebagai dasar teologis bagi praktik selfcare yang utuh dan berdampak. Menggunakan metode kualitatif teologis dengan pendekatan hermeneutik naratif terhadap teks Kejadian. Maka dapat disimpulkan bahwa sabat dalam narasi penciptaan (Kej 2:2-3) mengandung makna teologis yang mendalam sebagai perhentian ilahi yang menguduskan waktu dan kehidupan. Dalam perspektif teologi spiritualitas, Sabat membuka ruang untuk praktik selfcare yang tidak hanya berorientasi pada pemulihan jasmani, tetapi juga menyentuh dimensi relasional manusia dengan Allah. Lebih dari itu, praksis Sabat memiliki daya transformasi dalam spiritualitas Kristen, karena mengarahkan manusia pada kesadaran kebutuhan akan persekutuan yang mendalam dengan Sang Pencipta.