Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Faktor-Faktor Penyebab Eksistensi Permainan Tradisional di Desa Nyangkringan Yustika Irfani Lindawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.148 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i1.7381

Abstract

Abstrak Di tengah arus globalisasi yang sangat deras dimana segala bentuk hiburan dikemas secara modern dan apik. Salah satu gejala mencolok yang muncul dalam tiga dasawarsa terakhir di Indonesia adalah maraknya berbagai macam bentuk mainan (toys) dan permainan (game) yang berasal dari luar negeri. Arus ini mengalir deras dalam dasawarsa terakhir, ketika di beberapa kota besar di Indonesia muncul toko-toko yang begitu besar, namun khusus hanya menjual mainan anak-anak, terutama boneka-boneka berbagai tokoh dalam dalam film kartun. Eksistensi permainan tradisional di desa Nyangkringan kabupaten Bantul dapat terlihat dari warga desa, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, masih memainkan permainan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Ragam permainan tradisional yang dimainkan oleh warga desa Nyangkringan kabupaten Bantul cukup banyak jenisnya, antara lain sebagai berikut Gobak sodor, Bekelan, Nekeran (kelereng), Lompat tali, Dhelikan (petak umpet), Layangan, Engklek, Dakon, Jamuran, Gamparan. Faktor-faktor penyebab eksistensi permainan tradisional di desa Nyangkringan adalah peran orang tua, hemat dan praktis, ekonomis, pelestarian kebudayaan, transformasi kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda, manfaat dan pengaruh positif  terhadap perkembangan jiwa anak serta usaha dan kerjasama warga dalam melestarikan permainan tradisional.Kata kunci: budaya tradisional, permainan tradisional, manfaat Abstract In the midst of a very heavy current of globalization where all forms of entertainment are packaged in a modern and chic manner. One striking symptom that appeared in the last three decades in Indonesia is rampant in various forms of toys(toys)and games(games)coming from abroad. These flows flowed in the last decade, when there were large shops in several major cities in Indonesia, but specifically only selling children's toys, especially dolls of various characters in cartoons. The existence of traditional games in the village of Nyangkringan, Bantul district can be seen from villagers, ranging from children to adults, still playing traditional games in everyday life. The variety of traditional games played by the residents of Nyangkringan village in Bantul district are quite various, including Gobak sodor, Bekelan, Nekeran (kelereng), Jump rope, Dhelikan (hide and seek), Layangan, Engklek, Dakon, Jamuran, Gamparan. The causes of the existence of traditional games in Nyangkringan village are the role of parents, thrifty and practical, economical, cultural preservation, a cultural transformation from the old generation to the younger generation, benefits and positive influence on children's development and efforts and cooperation in preserving traditional games.Keywords: traditional culture, traditional games, benefits
Dinamika Pengembangan Pariwisata Pantai Goa Cemara di dusun Patihan Yustika Irfani Lindawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.402 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i1.4803

Abstract

AbstrakPengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) merupakan bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pengembangan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pengembangan pariwisata Pantai Goa Cemara yang dilakukan oleh masyarakat dusun Patihan sebagai masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah indigeneous methodologies. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ide pengembangan pariwisata berasal dari individu dalam masyarakat lokal. Perkembangan pariwisata Pantai Goa Cemara hanya meliputi dua tahap yaitu discovery dan local response and initiative. Keterlibatan masyarakat dusun Patihan sebagai perencana, pelaksana, pengelola dan pemantau serta evaluator sesuai dengan prinsip pengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). Kata kunci: dinamika pengembangan pariwisata, fase perkembangan pariwisata, community based tourismAbstract Community based tourism is a form of tourism that provide opportunities for local communties to control and involve the management and development of tourism. This study aims to determine the dynamics of the development of Goa Cemara Beach tourism carried out by the community of Patihan hamlet as a local community. The research method used is independent methodologies. Data collection is done by observation, in-depth interviews and literature studies. The results of the study show that the idea of tourism development comes from individuals in the local community. The development of Goa Cemara Beach tourism only includes two stages, namely discovery and local response and initiative. The involvement of the Patihan hamlet community as planners, implementers, managers and monitors and evaluators is in accordance with the principles of community-based tourism development (CBT). Key word: the dynamics of tourism development, the phase of development of tourism, community based tourism, community based tourism
Fashion dan Gaya Hidup: Representasi Citra Muslimah Cantik, Modis dan Fashionable dalam Iklan Wardah Yustika Irfani Lindawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.787 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7387

Abstract

AbstrakWanita dan kecantikan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat, ibarat dua sisi mata uang. Citra cantik telah demikian meresap dan diterima nyaris tanpa resistensi oleh masyarakat. Media terutama iklan mempunyai peran besar dalam mengkonstruksi citra cantik. Bahkan kini muncul tren fashion hijab dimana berisi wanita-wanita muslimah berhijab yang tetap tampil modis dan fashionable. Tren fashion hijab ini dimanfaatkan oleh pelaku industri kecantikan khususnya kosmetik seperti Wardah untuk meluncurkan produk kosmetiknya dengan melekatkan sensibilitas agama dalam produknya. Wardah muncul dengan mengusung wacana kosmetik halal sehingga mampu menggaet konsumen dari kalangan wanita muslim berhijab untuk percaya menggunakan produk kosmetiknya. Iklan kosmetik Wardah pun menampilkan Dewi Sandra sebagai selebriti berhijab untuk menambah kesan Islami pada produk Wardah. Pemilihan Dewi Sandra sebagai brand ambasador Wardah ternyata mampu merepresentasikan citra muslimah berhijab yang modis dan fashionable. Hal ini terlihat dalam iklan Wardah Exclusive Series versi Dewi Sandra di Paris. Adegan yang ditampilkan dalam iklan tersebut memperlihatkan bahwa wanita muslim berhijab dapat tampil modis dan fashionable dengan gaya berpakaian sesuai trend fashion yang tengah populer. Baudlillard menjelaskan fenomena ini dengan mengatakan bahwa masyarakat ini telah teracuni oleh tanda dan dari segala macam jenis produksi massa. Kondisi ini memicu masyarakat untuk selalu berdandan, selalu tampil modis dan fashionable (dandy) dalam setiap interaksi sosialnya. Wanita muslim berhijab kini terjebak dalam lautan panggung yang tidak bisa memisahkan mana yang riil dan tidak rill karena mereka berpenampilan layaknya public figure dalam setiap kesempatan.Kata kunci: Cantik, kosmetik halal, wanita muslim AbstractWomen and beauty are two things that are closely interrelated, like two sides of a coin. Beautiful images have been so pervasive and accepted almost without resistance by the public. Media, especially advertising, has a big role in constructing beautiful images. Women's fashion and lifestyle are not separated from the affairs of the canti. Even now there is a hijab fashion trend which contains Muslim women wearing hijab who still look fashionable and fashionable. This hijab fashion trend is used by beauty industry players, especially cosmetics such as Wardah to launch their cosmetic products by attaching religious sensibility in their products. Wardah came up with a halal cosmetics discourse that was able to attract consumers from Muslim women wearing hijab to believe in using their cosmetic products. Wardah cosmetics commercials also feature Dewi Sandra as a hijab celebrity to add an Islamic impression to Wardah products. The selection of Dewi Sandra as ambasador brand Wardah'swas able to represent the image of a fashionable and fashionable Muslim hijab. This can be seen in the Wardahadvertisement by Exclusive Series Dewi Sandra in Paris. Baudlillard explains this phenomenon by saying that this society has been poisoned by signs and from all kinds of mass production. This condition triggers people to always dress up, always look fashionable and fashionable (dandy) in every social interaction. Muslim women wearing hijab are now trapped in a sea of stage that cannot separate what is real from real because they look like public figures at every opportunity.Key word: beauty, halal cosmetics, muslim women
ANALISIS WACANA: REPRESENTASI PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM MENGEJAR PENDIDIKAN PADA FILM MARS (MIMPI ANANDA RAIH SEMESTA) Yustika Irfani Lindawati; Shelo Mita Nur Chintanawati
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v3i1.35842

Abstract

Perempuan dan pendidikan merupakan dua frasa yang sering diidentikan dengan nilai perjuangan. Kultur patriarkhi yang merebak di masyarakat telah menempatkan perempuan sebagai subjek yang “pantas” untuk dalam memperoleh pedidikan formal yang layak dibanding laki-laki. Perjuangan perempuan dalam memperoleh pendidikan banyak disajikan dalam industry film di Indonesia, diantaranya film MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta). Film tersebut menceritakan sosok Tupon dan anaknya bernama Sekar Palupi yang berjuang untuk melawan stereotype masyarakat terhadap perempuan dan pendidikan. Perjuangan mereka dalam memperoleh pendidikan disajikan dalam setiap scene film yang dianalis oleh peneliti menggunakan metode analisis wacana. Peneliti mengumpulkan data melalui dokumentasi dengan cara meng-capture scene film yang sarat akan tanda (signs) untuk dianalis maknanya. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer berupa rekaman film, kemudian ditambah dengan dengan data sekunder berupa informasi yang mendukung penelitian dari berbagai artikel jurnal, media massa maupun buku-buku refrensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta) menampilkan bentuk perjuangan perempuan dalam memperoleh pendidikan formal yang layak meskipun di tengah keterbatasan. Banyak tanda (signs) yang ditampilkan pada beberapa scene yang dapat dimaknai memiliki nilai perjuangan dalam pendidikan seperti perjuangan memperoleh biaya pendidikan, perjuangan memenuhi alat belajar anak berupa buku dan pensil, perjuangan mendapatkan beasiswa untuk pendidikan tinggi. Perjuangan yang dilakukan oleh Tupon dan Sekar Palupi dalam memperoleh pendidikan formal juga dapat memberi motivasi kepada para penonton untuk tidak mudah putus asa dalam berjuang memperoleh pendidikan.
Strategi Peran Ganda Janda Cerai Mati untuk Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Anak Endah Iri Aryani; Yustika Irfani Lindawati
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i1.6515

Abstract

Kontruksi sosial yang menuntut janda cerai mati menjalankan peran ibu dan ayah yakni mengasuh anak, menafkahi rumah tangga serta pemenuhan pendidikan anak seorang diri. Kecenderungan orang tua memberikan pendidikan anak melalui sekolah formal menyebabkan orang tua membutuhkan biaya untuk pemenuhan pendidikan anak dimana janda cerai mati memerlukan strategi guna memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara janda cerai mati menghidupi kebutuhan ekonomi dan pendidikan anak-anaknya di RT 003 RW 011, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif serta teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi dan wawancara mendalam bebas terpimpin terhadap informan. Hasil penelitian ini diperoleh yaitu kebutuhan nafkah rumah tangga dan pemenuhan pendidikan anak dilakukan janda cerai mati dengan cara membuka usaha berupa warung kelontong, pakaian, dan menjual barang rumah tangga dengan sistem kredit serta menerapkan strategi dengan memanfaatkan modal (sumber daya) yang dimiliki seperti modal materi, modal sosial, modal simbolis, dan modal kultural. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gagasan mengenai upaya-upaya yang dapat diterapkan guna mempertahankan kebutuhan ekonomi rumah tangga dan pemenuhan pendidikan anak untuk jangka pendek dan jangka panjang bagi orang tua tunggal. 
PEMBIASAAN LITERASI DASAR MELALUI KEGIATAN MEMBACA PADA SISWA SD IT EL-FATAH Yustika Irfani Lindawati; Putri Tunggal Dewi
Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.477 KB) | DOI: 10.15548/turast.v10i1.4541

Abstract

Basic literacy habituation through reading activities for SD IT El-Fatah students is a service program that aims to empower the community of SD IT El-Fatah through basic reading literacy activities. The main target in this program is grade III students. The series of service activities start from the planning stage to identify the needs and strengths of students and schools. The results show that reading facilities and infrastructure in schools are not adequate and students' reading interest is still low, so plans are made to create a reading corner and a reading literacy habituation program. The implementation stage is the actualization of the plan to produce a reading corner equipped with a collection of children's story books, followed by the application of basic literacy habits through reading to third-grade students. The results of the implementation of basic literacy habituation are written on reading cards and analyzed for evaluation. Based on the results of habituation of basic literacy reading, it is known that 1) the existence of a reading corner and habituation of basic literacy reading received a positive response from students; 2) students experienced an increase in reading interest as seen from the increase in the number of pages read per day; 3) the diversity in students' reading skills can be seen from the different average number of pages that students can read per day; 4) the existence of a reading corner and a basic literacy habituation program are factors that can influence students' reading interest in terms of environmental factors and facilities.
PERSEPSI KELUARGA IDEAL PADA PENONTON DRAMA KOREA REPLY 1988 Chotibul Umam; Yustika Irfani Lindawati
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol. 4 No. 2 (2022): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya penonton drama Korea di masa pandemi dan kembalinya popularitas drama Korea Reply 1988 yang mengusung genre keluarga. Dimana topik terkait keluarga menjadi perhatian saat dijalankannya berbagai pembatasan saat pandemi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana para penonton dari drama Korea reply 1998 terbangun persepsinya tentang keluarga ideal yang mereka inginkan. Dalam penelitian ini menggunakan teori dari analisis resepsi milik Stuart Hall dengan metode penelitian berupa deskripsi kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah data reduksi, data display, dan verification serta teknik keabsahan data dengan triangulasi sumber. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelima narasumber setelah menonton memiliki persepsi berbeda-beda terkait keluarga ideal yang mereka ingin bentuk dikarenakan seperti dalam teori analisis resepsi Stuart Hall, setiap penonton dipengaruhi latar belakang yang mereka miliki dalam mempersepsikan makna dari suatu tayangan. Dari perbedaan persepsi tersebut membagi dua narasumber berada dalam posisi dominan dan ketiga lainnya berada dalam posisi negosiasi.
PERAN GANDA PEREMPUAN BEKERJA DI DESA CIJAKU PROVINSI BANTEN Rahmannisa Syifa Awalya; Yustika Irfani Lindawati
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 6 No 1 (2023): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v6i1.1188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ganda perempuan yang ada di Desa Cijaku. Adapun alasan memilih permasalahan tersebut karena seringkali peran ganda pada perempuan disamakan dengan beban ganda. Sementara tidak semua perempuan menganggap bahwa peran ganda merupakan beban ganda, melainkan menjadikannya motivasi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi literatur. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori Talcott Parsons tentang relasi gender dalam institusi keluarga.
Kelembagaan Komunitas Rehabilitasi Lingkungan (RHBS) Pandeglang dalam Gerakan Pelestarian Lingkungan di Desa Teluk Pandeglang Eneng Nurul Prihatini; Nurul Hayat; Yustika Irfani Lindawati
PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi) Vol 6, No 01 (2024): PADARINGAN : Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/pn.v6i01.10252

Abstract

This article aims to describe the environmental rehabilitation community movement (RHBS) as an environmental conservation organization in Teluk Pandeglang Village. Teluk Village is located in Labuan District, Pandeglang Regency, Banten, with part of its area located on the sea coast. Behind the village's appeal as a tourist destination, there is the problem of piles of rubbish which can reach a volume of 1 ton per day. This problem has an impact on public health and hampers the socio-economic activities of the Teluk Village community. The Pandeglang Environmental Rehabilitation Community (RHBS) is a form of youth restlessness in Teluk Village. The emergence of the RHBS community is analyzed using the concept of a new social movement (NSM) according to Hubermast, where the movement carried out aims to restore the village's environmental conditions to a waste-free condition by minimizing the impact of waste on life. public. As an environmental conservation movement organization that plays a role as (1) Balancing; Direct action through the Garbage Collection Movement (GPS) and Advocacy (indirect action) through promoting waste processing programs and conveying community complaints, (2) Community Empowerment through Rehabilitation Waste Banks, waste sorting houses and Environmental Education Socialization, (3) Intermediary Institutions in collaboration with the World Clean Up Day (WCD) Rehabilitation Foundation and the Teluk Village government through the "follow the river" movement. Based on analysis using Anthony Oberschall's resource mobilization theory, it was found that the RHBS Community has material, moral, organizational, cultural and human resources which are mobilized through various programs to create a sustainable movement. As an organization/institution, RHBS becomes a tool of social control in environmental conservation through the movements it carries out.
Upaya Pembentukan Habitus Remaja (Studi Kasus di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1) Wanda Marsella; Rizki Setiawan; Yustika Irfani Lindawati
PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi) Vol 6, No 01 (2024): PADARINGAN : Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/pn.v6i01.10544

Abstract

The focus of this research is efforts to form habitus for adolescent at Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1. The aims of this research are 1) To find out efforts to form habitus for foster adolescent at Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1, 2) To find out forms of adaptation for foster adolescent at Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1. This type of research uses a case study method with a qualitative approach. Data collection techniques use observation, interviews and documentation. The informant selection technique used was a purposive technique, in this study the informants selected were 6 (six) family referral foster youth and 4 (four) staff of Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1. The results of the research showed that 1) The habitus that wants to be formed at Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1 is a healthy habitus, professional habitus, intellectual habitus, collaborative habitus, social habitus, spiritual habitus. 2) The environment of Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1 is an arena where there is doxa, so that there is symbolic violence during the habitus formation process at Taruna Jaya 1 PSBR. In the end, this doxa becomes orthodoxa in the form of the success of foster youth in adapting at Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1 and in an environment that has similar 'rules of the game'. The description of the successful adaptation of foster youth can be seen from 4 (four) aspects: emotional aspects, intellectual aspects, spiritual aspects, social aspects.