Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Imunitas Tubuh terhadap Cytomegalovirus (CMV) Rachmawaty, Farida Juliantina; Rosita, Linda
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2002)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cytomegalovirus (CMV) infection has been an important health prob-lem recently. The impact of the infection on the fetus i.e. physical disability and mental retardation will decrease the quality of life. Hence, this will influ¬ence the quality of the next generation, as well as becoming a burden of the family and the community. The expensive cost for its laboratorium examamination and therapy has caused some problems. It is therefore, it is important to understand the body immunity toward this viral infection. Cytomegalovirus (CMV) constitutes Herpesviridae family group. This virus has spread around the world, although its replication develops slowly. Cytomegalovirus (CMV) does not stand high temperature and its reservoar is only human. The transmission of this virus needs frequent contacts and inti¬mate relationship with the infected person. A healthy person with good immu¬nity condition is not easily infected by CMV. However, it needs special atten¬tion on susceptible groups i.e. pregnant women with the fetuses they are carrying; and children, as well as humans with bad immunity or who receive organ tranplantation. This infection rarely becomes mononucleosis syndrom. The diagnostic pro-cedure for adult patients are more frequently based on serologic examinations rather than the clinical conditions. The therapy for the CMV infection patient with intra venous Ganciclovir shows good result. Other recommended thera-pies are intra venous Foscarnet and Cidovir, however, they need caution due to their high side effects.Infeksi Cytomegalovirus (CMV) merupakan masalah penting akhir-akhir ini. Dampak yang ditimbulkan pada janin yang terinfeksi berupa kecacatan fisik dan retardasi mental akan menurunkan kualitas hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap generasi penerus, serta menjadi beban keluarga dan masyarakat. Mahalnya pemeriksaan laboratorium dan pengobatan menimbulkan masalah tersendiri. Dengan demikian perlu diketahui imunitas tubuh terhadap virus ini. Cytomegalovirus (CMV) merupakan kelompok virus dari famili Herpesviridae. Virus ini tersebar di seluruh dunia, namun replikasinya berkembang dengan lambat. CMV tidak tahan terhadap pemanasan dan satu-satunya reservoar adalah manusia. Perlu kontak yang berulang-ulang dan hubungan yang erat dengan penderita untuk dapat tertular virus ini. Pada orang sehat dengan kondisi imunitas yang bagus tidak mudah terinfeksi CMV. Diperlukan perhatian khusus pada kelompok-kelompok yang rentan, yaitu ibu hamil dengan janin yang dikandungnya dan anak-anak, demikian pula pada individu yang jelas-jelas diketahui terjadi penurunan imunitas atau mendapat tranplantasi organ. Infeksi CMV jarang menjadi sindrom mononukleosis. Diagnosis pada orang dewasa lebih banyak ditegakkan berdasar pemeriksaan serologis daripada gejala klinik. Terapi pada penderita dengan Ganciclovir intra vena menunjukkan hasil yang baik. Terapi lain yang dapat direkomendasi adalah Foscamet dan Cidovir intra vena, namun perlu hati-hati karena efek samping yang tinggi.
Hubungan antara Indeks Produksi Retikulosit (IPR) dengan Red Blood Cell Distribution Width (RDW) pada Klasifikasi Anemia berdasarkan Defek Fungsional Setyawati, Setyawati; Pembantjanawati, Endah; Rosita, Linda
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 16, No 1 (2008): JANUARI - APRIL 2008
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.397 KB) | DOI: 10.33476/jky.v16i1.227

Abstract

Reticulocyte Production Index (RPI) is a shift correction for the presence of reticulocyte that can assesses the real erythropoietic response of the bone marrow. RPI can be used to classify anemia as result from functional defect, i.e. RPI<2 for hypoproliferative and maturation defect anemia, and RPI>3 for hemolytic anemia. Measurement of Red Blood Cell Distribution Width (RDW) is the mathematical representation of variance within the size distribution of the red cell population. The objective of this study was to identify the variation of the red cell size within the population measured (anisocytosis) enable to determine the cell population as homogeneous (normal RDW) or heterogenous (increased or high RDW). The role of RDW to differentiate functional defect anemia with RPI<2 has not been studied. This study was done at Hematology Department Dr. Sardjito Hospital. In such a cross sectional study, the subjects were considered as anemic patients based on automated laboratory analyzer, peripheral blood smear, and reticulocyte count result. The result showed that seventy patients met the inclusion criteria. Sixty seven patients (95,71%) had RPI<2 classified as hypoproliferative and maturation defect anemia, 2 patients (2,85%) had RPI = 2-3 classified as borderline group and 1 patient (1,42%) had RPI>3 classified as hemolytic anemia. Means for reticulocyte count, corrected reticulocyte count, RPI, and RDW for hypoproliferative and maturation defect anemia were 2,8% and 2,3%; 1,1% and 1,1%; 0,4 and 0,5; 21,8% and 17,8% respectively, with p value by the Wilcoxon Signed Ranks Test are = 0,322; 0,52; 0,273; and 0,27 (CI = 95%). The proportion of anisocytosis and normocytosis for hypoproliferative anemia were 76,08% and 23,9% and for maturation defect anemia were 76,19% and 23,8% with Chi-Square test 0,000 and p = 0,993. No correlation between was observed RDW and RPI<2 with Spearman correlation (r = 0,0297 and p = 0,993). It is concluded that the use of RDW and RPI is not always useful to differentiate hypoproliferative and maturation defect anemia on the group of anemia categorized as RPI<2 without support from another laboratory test especially in combined anemia.
SPK Penentuan Severity Level Kasus Penyakit Dengan Pohon Keputusan Puspitorini, Sukma; Kusumadewi, Sri; Rosita, Linda
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) 2016: Prosiding SNIMED 2016
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Case-mix adalah sistem pengklasifikasian penyakit yang mengkombinasikan antara sekelompok penyakit dengan karakteristik klinis yang sama/mirip Dasar pengklasifikasian adalah utilization yaitu penggunaan sumber daya rumah sakit yang homogen, serta clinical characteristic yang meli-puti gejala klinis yang similar atau sama. Dasar pengelompokan dengan menggunakan ICD – 10 untuk diagnosis dan ICD-9 untuk prosedur atau tindakan. Besarnya tarif/biaya yang harus dibayarkan/ditagih kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ditentukan oleh kode Indonesia Case Base Groups (INA CBGs) yang terdiri dari 4 digit. Digit keempat atau digit terakhir menunjukkan tingkat keparahan (severity level) kasus penyakit. yang dipengaruhi oleh diagnosis sekunder (komplikasi dan komorbiditas). Severity level berkaitan dengan resource intensity level yaitu sumber daya yang dihabiskan oleh rumah sakit dalam menangani seorang pasien. Penelitian ini bertujuan membangun sistem pendukung keputusan untuk menentukan severity level kasus penyakit menggunakan data mining model klasifikasi (classification) dengan pohon keputusan. Atribut yang akan digunakan sebagai masukan sistem untuk melakukan pred-iksi severity level adalah atribut umur, diagnosis utama (DU), diagnosis sekunder 1 (DS 1), dan diagnosis sekunder 2 (DS 2). Proses training menggunakan Algoritma C4.5 dengan konsep entropi-gain untuk menentukan akar pohon dan membangun pohon keputusan (decsision tree) secara keseluruhan dan kemudian dibuat aturannya dalam bentuk IF_THEN. Uji kredibilitas sistem dilakukan dengan melakukan proses testing dan hasilnya disajikan dalam bentuk matriks konfusi. Hasil dari penelitian ini adalah sistem yang dibangun dapat digunakan untuk melakukan prediksi severity level kasus penyakit dan dari aturan yang terbentuk menunjukkan bahwa atribut diagnosis sekunder 1 (DS 1) berpengaruh signifikan dalam proses pembentukan aturan.
PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PATOLOGI KLINIS PADA PERANGKAT MOBILE UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DENGAN GEJALA DEMAM Kusumadewi, Sri; Rosita, Linda
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) SNIMed IV (2013)
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah Model Sistem Pendukung Keputusan Patologi Klinis (SPKPK) yang mampu membantu para tenaga medis dalam memberikan keputusan diagnosis pada pasien yang akan diimplementasikan pada smartphone berbasis Android. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap: 1) melakukan kajian literatur; 2) analisis dan perancangan model sistem pendukung keputusan dengan mengambil data pada penelitian Tahun I; 3) membangun prototipe model SPKK berbasis Android; 4) mengujicoba sistem pada dokter pada rumah sakit yang menjadi rekanan peneliti. Bentuk produk akhir penelitian berupa prototipe aplikasi SPKPK berupa mobile application berbasis Android. Prototipe sudah berhasil dibuat dan diimplementasikan pada tablet. SPKPK mampu mendiagnosis sebanyak sepuluh penyakit berdasarkan sebelas gejala. Ada dua model basis pengetahuan yang dibangun, yaitu basis pengetahuan untuk diagnosis awal (BP1) dan basis pengetahuan untuk menentukan jenis item uji laboratorium klinik (BP2). Kedua basis pengetahuan tersebut direpresentasikan dengan menggunakan pohon keputusan. Selanjutnya dibuat juga model inference engine untuk melakukan penalaran. Ada dua inference engine yang dibuat, yaitu forward chaining untuk proses diagnosis awal (IE1) dan backward chaining untuk penentuan item uji laboratorium klinis (IE2). Proses pengujian telah dilakukan dan SPKPK ini telah berhasil menguji semua diagnosis awal dengan sempurna. Untuk selanjutnya akan dilakukan pengujian aplikasi ke dokter untuk mengukur seberapa besar kinerja dari SPKPK tersebut.
MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT ANAK DENGAN GEJALA DEMAM MENGGUNAKAN NAIVE BAYESIAN CLASSIFICATION Mulyati, Sri; Kusumadewi, Sri; Rosita, Linda
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) 2012
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam merupakan gejala yang umum dirasakan ketika seorang anak mengalami penyakit tertentu. Hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri umumnya ditandai dengan gejala ini. Di sisi lain, beberapa penyakit yang berbeda adakalanya ditandai dengan gejala-gejala yang hampir sama. Hal ini menyebabkan dokter perlu berpikir keras untuk melakukan diagnosis awal penyakit. Model sistem pendukung keputusan diagnosis penyakit anak dengan gejala demam ini dibangun untuk membantu dokter dalam melakukan diagnosis awal. Model yang dibangun meliputi model basis pengetahuan, mesin inferensi, dan model penghitungan tingkat kepastian. Basis pengetahuan dibentuk dengan menggunakan IF-THEN rules. Mesin inferensi menggunakan konsep forward chaining. Naive Bayesian Classification (NBC) digunakan untuk menentukan tingkat kepastian munculnya penyakit jika diketahui gejala tertentu dalam bentu probabilitas.
Model Natural Language Processing untuk Perumusan Keluhan Pasien Ratnasari, Chanifah Indah; Kusumadewi, Sri; Rosita, Linda
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) 2014: Prosiding SNIMED 2014
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anamnesis atau wawancara medis (history taking) merupakan tahap awal dari rang- kaian pemeriksaan pasien. Pada umumnya pencatatan anamnesis keluhan pasien yang berupa teks bebas atau narasi medis pada Electronic Medical Recordsulit untuk dilakukan pemrosesan komputasi, dikarenakan pencatatan sering terdapat kesalahan eja / salah ketik, tata bahasa yang buruk, dan singkatan yang tidak konvensional. Hal ini perlu ditangani dengan cara yang tepat mengingat informasi penting dalam teks bebas tersebut dapat dipergunakan untuk menjalankan berbagai macam pendukung keputusan klinis (Clinical Decission Support). Teks masukan yang berupa keluhan pasien merupakan bahasa alami (natural language), sehingga agar teks keluhan pasien tersebut dapat dikenali oleh komputer maka dipergunakan pengolahan bahasa alami / Natural Language Processing (NLP). Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model Natural Language Processing untuk perumusan keluhan pasien yang mampu memetakan narasi keluhan pasien ke dalam objek yang tepat, sehingga dapat menghasilkan teks dengan makna yang sama dengan teks narasi keluhan pasien, tetapi dalam bahasa yang lebih baku atau dalam bahasa medis yang tepat.
Aktivitas Leukosit Pro Inflamasi pada Kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut Juwariyah, Juwariyah; Arjana, Adika Zhulhi; Rahayu, Ester Tri; Rosita, Linda; Irfan, Rozan Muhammad
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17, No 2: July 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mm.170202

Abstract

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) memiliki karateristik adanya restriksi saluran nafas yang kurang reversibel. Pada PPOK terdapat inflamasi akibat aktifitas sel-sel inflamasi termasuk neutrofil dan eosinofil. Restriksi saluran nafas terjadi akibat remodelling dari proses inflamasi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas sel-sel inflamasi terutama neutrofil dan eosinofil pada PPOK eksaserbasi akut dengan membandingkan kadar eosinfil dan netrofil sebelum dan sesudah terapi. Penelitian bersifat observasional dengan desain cross sectional. Responden penelitian ini adalah pasien penderita PPOK yang rawat jalan dan rawat inap di RSUD Kebumen pada tahun 2016. Semua subyek masuk dalam penelitian dengan kriteria eksklusi adalah data tidak lengkap. Hasil menunjukkan terdapat 119 pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebagai responden. Data dari rekam medis menunjukkan bahwa mayoritas penderita adalah laki-laki (84,03 %) dengan rata-rata umur 67 tahun. Penyakit penyerta yang ditemukan adalah hipertensi (54,62 %), tuberkulosis (22,69 %) dan congestive heart failure (CHF) (6,72 %). Pada tanda vital, terdapat kenaikan sistole dan laju nafas. Presentase netrofil pada kedua jenis kelamin meningkat dibandingkan normal namun tidak dengan eosinofil. Setelah dilakukan rawat inap, terjadi penurunan persentase eosinofil dan neutrofil dibanding sebelum perawatan namun tidak signifikan secara statistik (p= 0,603 vs 0,818). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas netrofil pada pasien PPOK. Penurunan aktivitas baik netrofil maupun eosinofil didapatkan ketika pasien rawat inap meskipun tidak bermakna secara statistik.
Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L) terhadap Kadar Kolestrol Total Tikus (Rattus norvegicus) Nisa, Cita Auli; Rosita, Linda
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v10i1.1555

Abstract

The purpose of this study was to determine the optimal dosage of 70% ethanol extract of red onion bulbs that effectively lower total cholesterol rats given high fat diet. This study is an experimental laboratory. Thirty male Wistar rats with 170-250gr weight divided five groups, group I: control, group II: 30mg/200g bw dose of garlic extract, group III: 60mg/200g bw dose of garlic extract, group IV: 120mg/200g bb dose of garlic extract, and group V: positive control, were given doses of 0.72 mg/200g bw simvastatin suspension. All groups were given high fat diet alone for 7 days to increase total cholesterol. Measurement of serum total cholesterol by CHOD-PAP method performed before treatment on day 0, on the 8th day after administration of high-fat diet for 7 days, and on the 16th day after administration of high-fat diet and ethanol extract of red onion over 7 days from the 9th until the 15th day. The results were tested statistically by paired t test. Concluded that 70% ethanol extract of red onion (Allium cepa L.) with a dose of600 mg / kg or 120 mg/200 GBB equivalent statistically significant lower serum total cholesterol levels of rats (Rattus norvegicus) Wistar male.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis ekstrak etanol 70% umbi bawang merah yang efektif menurunkan kadar kolesterol total tikus diberi diet lemak tinggi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. Tigapuluh tikus Wistar jantan dengan 170- 250gr berat badan dibagi lima kelompok, kelompok I: kontrol, kelompok II: 30mg/200g bb dosis ekstrak bawang, kelompok III: 60mg/200g bb dosis ekstrak bawang, kelompok IV : 120mg/200g bb dosis ekstrak bawang, dan kelompok V: kontrol positif, diberi dosis 0,72 mg/200g bb suspensi simvastatin. Semua kelompok diberi diet lemak tinggi saja selama 7 hari untuk meningkatkan kadar kolesterol total. Pengukuran kadar kolesterol total serum dengan metode CHOD-PAP dilakukan sebelum perlakuan pada hari ke-0, pada hari ke-8 setelah pemberian diet lemak tinggi selama 7 hari, dan pada hari ke-16 setelah pemberian diet lemak tinggi dan ekstrak etanol bawang merah selama 7 hari dari hari ke-9 sampai hari ke-15. Hasil penelitian diuji statistik dengan uji t berpasangan. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bawang merah (Allium cepa L.) dengan dosis sebesar 600 mg/kg BB atau setara 120 mg/200 gBB secara statistik bermakna menurunkan kadar kolesterol total serum tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.
Surveilans Penderita Talasemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2004 Rosita, Linda
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2007)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v7i2.1676

Abstract

Surveillance based on demography data and laboratory data of patient ’s Thalassemia needing routine blood transfusion give a contribution in managing the disease in society and increase the service to patient and its family. The aim of this study is to investigate the epidemiology clinical and laboratory aspect of the Thalassemia patient needing routine transfusion in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. The study retrospectively, subject are the patient with routine transfusion and have complete laboratory data. Data are taken from patient’s Thalassemia needed routine transfusion or suspect Thalassemia and other variables needed rutinized from their medical records during of2004. There are 29 subject this study 18% is major Thalassemia, age 1-14 year, needing blood transfusion for a lifetime (48%), living outside DIY (52%) that is Central Java of part of south Pacitan. Family History knew (86%) at patient ’s, peripheral blood smear supporting diagnosed by Thalassemia (86%), existence of splenomegaly most of allpatient’s, test fragilities osmotic (71%) supporting diagnosed Thalassemia. Haemoglobin Rate gyrate 2,7-10g%, there are make-up of amount retikulosit till 4,9%,. pattern of Electrophoresis Hb there are improvement Hb S/D/G till 70mg%, improvement of Hb A2 till 86,7mg%, and also the existence of improvement of Hb F of father 2,84% and improvement of Hb F of mother 1,26%. Peripheral blood smear a step aside and usable osmotic fragility test as screening Thalassemia after existence of later clinic suspicion can be continued test of electrophoresis Hb and analyze the fi gene DNA. Test Electrophoresis Hb require to be socialized to doctor to make diagnosed by Thalassemia and suspicion to traits Thalassemia.Surveilans yang berbasis data demografi dan laboratorium pada pasien Talasemia yang memerlukan transfusi darah rutin dapat memberikan kontribusi terhadap penaggulangan penyakit di masyarakat dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien dan keluarganya. Penelitian secara retrospektif observasional, subyek penelitian pasien Talasemia menjalani transfusi rutin atau pasien dicurigai klinis Talasemia, memiliki data demografi dan data laboratorium lengkap, dirawat di Instalasi Kesehatan Anak (InsKA) dan Unit Penyakit Dalam (UPD) RSUP Dr. Sardjito. Kriteria eksklusi jika sampai akhir perawatan diagnosis Talasemia belum dapat ditegakkaan Terdapat 29 subyek penelitian dengan Talasemia mayor (18%), kelompok umur terbanyak 1-14 tahun, memerlukan transfusi darah seumur hidup (48%), berdomisili di luar DIY (52%) yaitu Jawa tengah bagian selatan hingga Pacitan. Riwayat keluarga pada pasien diketahui (86%), morfologi darah tepi yang mendukung diagnosis Talasemia (86%), adanya splenomegali pada hampir semua pasien, tes fragilitas osmotik (71%) mendukung diagnosis Talasemia. Kadar hemoglobin berkisar 2,7-10g%, peningkatan jumlah retikulosit hingga 4,9%. Pola elektroforesis Hb terdapat peningkatan pada Hb S/D/G hingga 70mg%, peningkatan Hb A hingga 86,7mg%, adanya peningkatan Hb F ayah rata-rata 2,84% dan peningkatan Hb F ibu rata-rata 1,26%. Morfologi darah tepi dan tes fragilitas osmotik dapat dipakai sebagai skrining Talasemia setelah adanya kecurigaan klinis dilanjutkan pemeriksaan elektroforesis Hb dan analisis DNA gen B. Pemeriksaan elektroforesis Hb perlu disosialisasikan kepada klinisi untuk menegakkan diagnosis Talasemia dan kecurigaan terhadap traits Talasemia.
Hubungan Asma dan Alergi dengan “Westernisasi” Rosita, Linda
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2003)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v3i1.1549

Abstract

Penelitian ini didisain untuk mengetahui resiko Asma dan Alergi yang disebabkan oleh tingkat “westernisasi”. Apakah ada hubungan Asma dan Alergi di Albania lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa. Subjek penelitian 2653 penduduk Albania yang berumur 20-44 tahun. Penelitian dilakukan dari tahun 1995-1996. Pada awal penelitian dibagikan kuisioner yang berisi simptom gangguan pemapasan yang diambil dari item-item ECRHS (European Community Respiratory Heath Survey) protokol. Simptom yang paling banyak ditemukan Alergi Nasal pada kelopok laki-laki (n=1260, 14,2%) dan kelompok perempuan (n=1393,12,4%). Dari 2653 yang telah mengisi kuisioner diambil sub sampel untuk menguji hasil tes kulit (skin prick test) 564 orang. Alergian untuk tes kulit ini: tungau debu rumah, kucing, rumput polen, kucing, anjing dan burung. Dominan orang mengalami Alergi pada tungau (18,4%), sedangkn untuk Alergian kurang dari 5%. Tes kulit ini juga dipantau dengan ECRHS (European Community Respi¬ratory Heath Survey). Pengujian juga dilakukan terhadap kadar serum Ig E spesifik. Alergen yang dipakai adalah tungau, rumput timote. Tungai adalah Alergen yang paling sering memacu antibodi Ig E spesifik. Penelitian ini dapat menerangkan penyakit alergi jarang muncul di Albania, karena beberapa faktor yaitu: tingginya konsumsi buah-buahan, yang mengandung antioksida, tingginya konsumsi minyak zaitun, gaya hidup yang berbeda dengan “Westernisasi” mencakup rendahnya tingkat kepemilikan binatang peliharaan, keragaman makanan yang berbeda dengan negara-negara Eropa.Disarikan: Allergy Volume 54 Issue 10 Page 1042 - Oktober 1999 oleh A.Priftanji, E.Qirko, J.C.M. Layzell, M.L. Burr, R. Fifield.