Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BATITA STUNTING: SYSTEMATIC REVIEW Yuniar Rosmalina; Erna Luciasari; Aditianti Aditianti; Fitrah Ernawati
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v41i1.221

Abstract

Stunting in children less than three years is manifestation of chronic nutrient deficiency during pre and postnatal period. The objective of this syatematic review is to find and to determine the effects of nutrients intervention on the linier growth of children under 3 years. In this systematic review, Medline, Pubmed, Google Search or bibliography were searched for RCTs and have full text included in this analysis. The 16 articles were meet criteria for further analysis. Out of 16 articles 2 were intervented single nutrient, 6 articles using 2-3 nutrients, 5 article using multi-micronutrients, 3 articles with nutrient and carbohydrate food source. Out of 8 articles which using single nutrient (Vitamin A, Zinc or DHA) and combination single nutrient showed 3 articles have significant effect on linier growth of the children. The supplementation of multri-micronutrient 2 articles showed positive influence to linier growth. There was no significant effect of the intervention using nutrients combined with carbohydrate food source (solid food, porridge, maize) after 6 months. The conclusion was the intervention regarding combating stunting of children less than 3 years were available, whether single nutrient or multi-macronutrients. Though no conclusive to prevent stunting children. ABSTRAK  Stunting pada balita merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi kronis, baik saat pre- maupun post-natal. Review bertujuan mendapatkan cara pencegahan terjadinya stunting pada anak di bawah tiga tahun (batita) dan memperoleh data efikasi makro atau zat gizi mikro untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi dan anak batita. Artikel dikumpulkan dengan melakukan penelusuran secara komputer melalui MEDLINE, PUBMED, Google Search atau bibliografi dari artikel yang ditelusur. Hanya artikel dengan desain Randomized Control Trial (RCT) dan yang mempunyai teks penuh (full text) yang akan dimasukkan dalam review ini. Diperoleh 16 artikel dengan subjek bayi atau anak batita untuk diikutkan dalam analisis ini. Dari 16 artikel yang telah diekstraksi, ada 6 artikel dengan jenis intervensi kombinasi zat gizi (2-3 zat gizi), 5 artikel jenis intervensi multi-zat-gizi-mikro, 3 artikel intervensi dengan kombinasi zat gizi dan makanan serta 2 artikel intervensi dengan zat gizi tunggal. Hasil telaah terhadap 8 artikel intervensi menggunakan zat gizi tunggal (Vitamin A, Fe, Zn atau DHA) dan kombinasi zat gizi menunjukkan hasil yang berbeda, terdapat 3 artikel yang menunjukkan pemberian zat gizi tunggal memberikan peningkatan panjang badan yang signifikan. Pada pemberian multi-zat-gizi-mikro, terdapat 2 artikel yang memperlihatkan hasil positif terhadap perubahan panjang badan. Penambahan makanan sumber karbohidrat pada makanan padat, bubur nasi, maize kombinasi dengan pemberian ASI atau mineral seng atau multivitamin ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan linier pada bayi setelah 6 bulan intervensi. Disimpulkan bahwa intervensi pada bayi untuk penanggulangan masalah stunting dengan memberikan zat gizi tunggal, kombinasi 2-3 zat gizi (multi-zat-gizi-mikro) telah banyak dilakukan dan dampaknya tidak konklusif bisa mencegah anak batita menjadi stunting.Kata kunci: intervensi, stunting, anak di bawah 3 tahun (batita), systematic review
STATUS ZINC PADA LANSIA LAKI-LAKI YANG ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI DESA DAN KOTA Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih; Fitrah Ernawati
GIZI INDONESIA Vol 27, No 2 (2004): September 2004
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v27i2.10

Abstract

ZINC STATUS OF ANEMIC AND NON-ANEMIC MALE ELDERLY IN RURAL AND URBAN AREASThe elderly peoples are prone to micronutrients deficiency such as zinc. The impact of low intake of zinc is impaired functions of wound healing, immunity and taste and smell. The article presents the zinc state of elderly people with or without anemia. The age of subjects was 60 – 75 years. physically and clinically healthy, and agreed to participate in this study. Data collection including anthropometric measurements (body weight, height, mid-upper circumference), zinc, and Hb. Body Mass Index was calculated using ratio body weight to height. Hemoglobin level was analyzed using cyanmethemoglobin method and serum zinc was analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometer method. The average Body weight, height and MUAC of urban elderly were statistically higher compared to rural elderly. The proportion of anemic among elderly in rural was 29.0 percent and 15.7 percent in urban. Serum zinc level showed that the proportion of elderly who have low serum zinc level was higher in rural compared to urban area (76.0% vs 54.9%). Out of 54 elderly whose anemic 87.1 percent have serum zinc level below 70 mg/L, while in urban area out of 64 anemic elderly 68.8 % have serum zinc level below 70 mg/L.The proportion of elderly who have suffered anemia and have low serum level were higher in rural compared to urban area.Keywords: anemia, zinc, elderly
AKTIFITAS FISIK DAN PENGGUNAAN ENERGI PEKERJA LAKI-LAKI DENGAN JENIS PEKERJAAN BERBEDA Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih
GIZI INDONESIA Vol 31, No 2 (2008): September 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i2.60

Abstract

PHISICAL ACTIVITY AND ENERGY EXPENDITURE OF MALE WORKER WITH DIFFERENT ACTIVITY LEVELDaily physical activities considered as main component in estimating energy expenditure for group ofcommunity. Data on physical activities of male worker relating to their job/occupation in Indonesian isstill rarely found. The objective of the study is to compare daily physical activities and daily energyexpenditure of male workers with different of their activity level.Respondents were 51 male workers considered as light activity level and 50 as heavy activity level.Data collection including anthropometric measurement, physical activities was measured at their joblocation using combination of observation method and recall method 5 day consecutively. Total energyexpenditure was estimated using factorial estimated of total energy expenditure. The results showedthat male worker with light activity level spent their time in doing their job significantly longer than highactivity level (589 minutes vs. 520 minutes). However in term of the energy cost for their doing the jobthe male worker with high activity level was higher compared to male worker with light activity level(2273 Kcal vs. 1242 Kcal). Mean value daily total energy expenditure was 2408 Kcal/day for lightactivity and 3548 Kcal/day for high activity.Keywords: physical activities, energy expenditure, male worker.
ALTERNATIF CARA DETEKSI KANDUNGAN IODIUM PADA GARAM BERIODIUM DI PASAR Yuniar Rosmalina; Faisal Anwar; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2207.

Abstract

Mengingat tingginya biaya yang diperlukan dalam menganalisa kandungan iodium pada garam secara laboratorium, serta pentingnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah gangguan akibat kekurangan iodium, maka diperlukan teknologi sederhana untuk mendeteksi iodium pada garam iodium yang diperjualbelikan di pasar. Untuk itu telah dilakukan penelitian mengenai beberapa cara mendeteksi iodium pada garam menggunakan sumber karbohidrat dan sumber zat pereduksi, seperti Dioscorea Hispida Dennst (gadung), Manihot utilissima (singkong), atau Rubber seed (biji karet). Berdasarkan jenis dan jumlah campuran yang digunakan ada 6 formula yang diuji pada penelitian pendahuluan yaitu formula ICo, IICo, IC1, IIC1, ISo, dan IISo. Pada penelitian lanjutan, formula yang terpilih diuji menggunakan garam iodium yang dibeli dari pasar di Kodya Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula IICo dan IIC1 menggunakan perasan singkong atau gadung, serta formula IISo menggunakan parutan biji karet, dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi kadar iodium pada garam beriodium. Formula IICo terdiri dari 4 ml perasan gadung atau singkong, dicampur dengan 45 g garam beriodium dan 8 ml asam cuka 25 persen. Formula IIC1 sama seperti formula IICo, tapi menggunakan gadung yang telah disimpan tiga minggu, dan singkong yang telah disimpan dua minggu. Formula IISo terdiri dari 7 gr parutan biji karet, ditambah dengan 45 g garam iodium dan 16 ml asam sitrat. Hasil penelitian lanjutan menunjukkan hanya 11.1 persen garam beriodium di Kodya Bogor mempunyai kandungan diatas 30 ppm, dan 88.9 persen dibawah 30 ppm. Garam beriodium yang mempunyai kandungan di atas 30 ppm akan menunjukkan warna biru atau ungu, dan yang mempunyai kandungan dibawah 30 ppm akan menunjukkan warna cokelat, warna biru yang tidak stabil atau tidak menunjukkan perubahan warna.
DAMPAK SUPLEMENTASI YODIUM PADA IBU ATAU BAYI TERHADAP STATUS YODIUM, STATUS GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN BAYI Ance M. Dahro; Dewi Permaesih; Yuniar Rosmalina
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2365.

Abstract

plementasi yodium pada ibu menyusui dan bayi di 2 kecamatan Magelang. Responden adalah ibu menyusui sebanyak 216 orang dan bayinya yang berumur 7-12 minggu dalam keadaan sehat. Responden dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan yaitu I: ibu dan bayi diberi kapsul yodium; II: hanya ibu yang diberi kapsul yodium; III: hanya bayi yang diberi kapsul yodium; IV: ibu dan bayi sebagai pembanding. Yodium yang diberikan pada ibu menyusui dosis 200 mg, sedangkan untuk bayi dosis 100 mg. Dilihat dampaknya pada status yodium melalui pemeriksaan yodium dalam urin bayi pada hari ke 0, 1, 7, 60, 90 dan 180 dihitung dari hari pertama intervensi; kadar hemoglobin pada hari ke 180 dan status gizi bayi berdasarkan hasil pengukuran anthropometri pada hari ke 0, 90 dan 180. Dari hasil penelitian didapati median kadar yodium dalam urin bayi kelompok I, II dan III naik mencapai puncaknya pada hari pertama setelah pemberian kapsul yodium masing-masing yaitu 27450 ug/l, 15500 ug/l dan 26000 ug/l. Bila dibandingkan dengan awal pemeriksaan kenaikan ekskresi yodium dalam urin kelompok I, II dan III masing-masing adalah 283 kali, 152 kali dan 245 kali. Yodium dalam urin bayi kelompok I dibandingkan dengan kelompok II diasumsikan tidak sama pada setiap waktu pemeriksaan ternyata cenderung tidak terlalu berbeda. Yodium dalam urin bayi pada hri pertama kelompok II dan kelompok III yang bila dibandingkan dengan ekskresi yodium urin kelompok I menunjukkan bahwa ekskresi kadar yodium urin bayi makin tidak konsisten bila dosis suplemen makin tinggi. Ekskresi yodium dalam urin bayi yang mendapat yodium dosis hanya 100 mg ternyata jumlahnya cenderung sama dengan ekskresi yodium dalam urin ibu yang memperoleh dosis 200 mg, yang menunjukkan adanya perbedaan toleransi penyerapan yodium oleh tubuh bayi dan dewasa. Bayi yang hanya mendapat ASI saja (kelompok II) ekskresi yodium dalam urinnya sudah menggambarkan kecukupan perolehan yodium pada bayi hingga hari ke 180. Pada akhir penelitian bayi dengan status gizi baik (standar BB/U, WHO-NCHS) dari ketiga kelompok perlakuan jumlahnya turun sekitar 5-8% dan kelompok pembanding naik 1%, sedangkan bayi dengan status gizi kurang pada ketiga kelompok perlakuan jumlahnya naik 5-10% dan kelompok pembanding turun 1%. Riwayat penyakit seminggu sebelum pemeriksaan menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan angka sakit pada setiap kali pemeriksaan meningkat jumlahnya, tidak demikian pada kelompok pembanding. Hal ini sesuai dengan data status gizi baik pada kelompok perlakuan yang cenderung menurun, sehingga pemberian yodium tidak terlalu berpengaruh terhadap status gizi. Kadar hemoglobin setiap kelompok bayi pada hari ke 180 cenderung sama dan tidak berbeda bermakna (Fsign=0.919). Kadar Hb kelompok I, II, III dan IV masing-masing yaitu 11.1±1.07, 11.2±1.03, 11.1±1.12 dan 11.1±1.17 ug/dl, sehingga dapat dikatakan pemberian yodium tidak berpengaruh pada kadar hemoglobin.
HASIL ANALISIS VITAMIN A DAN β-KAROTEN BAHAN MAKANAN SUMBER VITAMIN A DAN KAROTEN DENGAN METODE HPLC Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2371.

Abstract

Telah dilakukan analisis vitamin A DAN β-Karoten terhadap beberapa jenis pangan dengan menggunakan metode HPLC. Analisis dilakukan terhadap 9 jenis serealia dan umbi-umbian, 3 jenis kacang-kacangan, 40 jenis sayuran, 11 jenis daging dan hasilnya, 7 jenis telur dan hasilnya, 8 jenis ikan, 12 jenis buah-buahaan, dan 7 jenis kelompok lain-lain. Hasilnya menunjukkan sumber β-Karoten yang tinggi pada kelompok serealia dan umbi-umbian adalah umbi jalar, pada kelompok sayuran adalah daun katuk, daun pepaya, daun singkong, daun melinjo, daun talas dan daun sintrong, pada kelompok telur adalah telur bebek, pada kelompok buah-buahan adalah mangga golek dan mangga gedong. Sedangkan kelompok kacang-kacangan dan kelompok daging kandungan β-Karotennya rendah. Hati ayam, hati bebek, dan hati kambing merupakan sumber vitamin A yang tinggi, sedangkan pada kelompok ikan didapati ikan lele mempunyai kandungan vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya.
DAMPAK PENGGUNAAN "SLOW RELEASED RHODIFUSED - IOD" UNTUK IODISASI AIR TANAH TERHADAP KANDUNGAN IODIUM AIR MINUM, URINE ANAK SEKOLAH DAN IBU HAMIL Yuniar Rosmalina; Ance Murdiana; Moecherdiyantiningsih Moecherdiyantiningsih; Dewi Permaesih; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1938.

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai iodisasi air menggunakan sistim Rhodifused-Iod yang dilakukan di desa Cigadog, kabupaten Garut Subyek penelitian adalah anak sekolah dasar, 100 anak di daerah perlakuan dan 100 anak di daerah kontrol. Diperoleh 30 ibu hamil sebagai subyek penelitian di  daerah perlakuan dan 16 ibu hamil di daerah kontrol. Bahan yang digunakan untuk iodisasi air ialah Polymer Silikon Rhodifuse Iod yang diletakkan di dalam sumber air minum (mata air) yang kemudian air tersebut dialirkan ke masing-masing MC (mandi cuci) sebagai sumber air minum. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kandungan iodium air dari 4-5 ug/l menjadi 17,6-34,6 ug/l. Namun pada 5 bulan setelah iodisasi mulai terjadi penurunan kandungan iodium. Hasil analisis kandungan iodium urin pada anak sekolah menunjukkan prosentase perubahan status iodium urin sebelum dan sesudah iodisasi adalah 45,5% di daerah perlakuan dan 38,6% di daerah kontrol. Sedangkan prosentase perubahan status iodium urin pada ibu hamil sebelum dan sesudah iodisasi adalah 58,6% di daerah perlakuan dan 36,4% di daerah kontrol.
PREVALENSI ANEMI DAN KEADAAN GIZI PENDUDUK SEKITAR LINGKUNGAN PABRIK SEMEN DI CITEUREUP KABUPATEN BOGOR Y. Krisdinamurtirin; Sukati Saidin; Ance Murdiana; Anies Irawati; Effendi Rustan; Yuniar Rosmalina; Dyah Santi Puspitasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1942.

Abstract

Anemi gizi besi dan KkP dinyatakan sebagai masalah gizi utama di Indonesia. Adanya pabrik semen kemungkinan udara tercemar unsur silika, yang dapat turut terserap waktu menarik nafas; keadaan ini mungkin dapat menghambat pembentukan hemoglobin dan berpengaruh terhadap terjadinya infeksi saluran pernafasan. Penelitian mengenai prevalensi anemi serta keadaan gizi telah dilakukan pada penduduk sekitar pabrik semen Indocement di tiga desa dari sembilan desa yang ada di kecamatan Citeurep. Desa-desa sebagai lokasi penelitian yaitu desa Puspanegara (sebelah barat), desa Citeureup (terletak pabrik semen Indocement) dan desa Thrikolot (sebelah selatan). Cakupan subyek pada penelitian ini ialah 138 orang laki-laki dewasa (bapak/pekerja), 541 orang perempuan dewasa (ibu hamil 33 orang, ibu menyusui 203 orang dan ibu tidak hamil tidak menyusui 305 orang); 544 orang anak sekolah dasar dan 540 orang balita; keseluruhan adalah 1744 subyek, berasal dari 529 keluarga. Anemia ditentukan dengan pemeriksaan hemoglobin cara methemoglobin dan hematokrit cara micro. Kategori keadaan gizi anak balita dan anak sekolah ditentukan dengan nilai berat badan terhadap umur baku NCHS, untuk ibu hamil dan ibu menyusui ditentukan dengan BMI, sedangkan untuk ibu tidak hamil tidak menyusui dan dewasa laki-laki digunakan nilai berat badan terhadap tinggi badan baku Puslitbang Gizi, 1979. Prevalensi atau prosentase anemi yang ditemukan yaitu di desa Puspanegara: dewasa laki-laki 11.3%; ibu tidak hamil tidak menyusui 30%; ibu hamil 50%; ibu menyusui 30%; anak SD 44% dan Anak Balita 30%; di desa Citeureup: dewasa laki-laki 9%; ibu tidak hamil tidak menyusui 26%; ibu hamil 55%; ibu menyusui 29%; anak SD 57% dan anak balita 41%; di desa Thrikolot: dewasa laki-laki 14%; ibu tidak hamil tidak menyusui 14%; ibu hamil 27%; ibu menyusui 28%; anak SD 36.5% dan anak balita 32%. KKP masih ditemukan pada berbagai kelompok umur, yaitu di desa Puspanegara: pada anak balita, KKP ringan 19%, KKP sedang 7.6%, dan KKP berat 0.6%; pada anak SD KKP ringan 30%, KKP sedang 16%, dan KKP berat 7%; ibu tidak hamil tidak menyusui 3.7%; ibu menyusui 23.6%; dewasa laki-laki 18%; di desa Citeureup: pada anak balita, KKP ringan 29%, KKP sedang 14.3%, dan KKP berat 2.4%; pada anak SD KKP ringan 38.4%,KKP sedang 16.5%, dan KKP berat 5.75; ibu tidak hamil tidak menyusui 1.4%; ibu menyusui 25.2%; dewasa laki-laki 40.6%; di desa Thrikolot: pada anak balita, KKP ringan 25%, KKP sedang 16%, dan KKP berat 4%; pada anak SDKKP ringan 41%, KKP sedang 17%, dan KKP berat 5%; ibu tidak hamil tidak menyusui 1.2%, ibu menyusui 42.7%; dewasa laki-laki 14.3%; ibu hamil (gabungan di 3 desa: 9.1%).
STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN BOGOR PADA KRISIS EKONOMI Dewi Permaesih; Yuniar Rosmalina; Reviana Christijani; Sri Martuti; Susilowati Herman
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 23 (2000)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1489.

Abstract

NUTRITIONAL STATUS OF UNDERFIVE YEARS CHILDREN DURING ECONOMIC CRISIS AT BOGOR DISTRICT.Background: The relationships between nutritional status, growth and development of vital organ have been published else where. The increasing of body weight and height can be used as indicators of good nutritional status of ctildren under five of age. The prevalence of severe malnutrition of children under five years lends to increase. Vitamin A deficiency and anemia were also still problems in Indonesia. The periodic information about nutritional status of children less than five years of age is important.Method: The assessment of nutritional status of under five children had been conducted in the area of 10 Puskesmas in Kabupaten Bogor. The selection of these areas based on the survey in 1992. Data collection was carried out twice in April 1999 and November 1999. The assessment included vitamin A status, anthropometry and hemoglobin level.Results: The result shows there was no case of xerophthalmia among the children. However, analysis shows that 7.3% children under five of age have serum vitamin A level below 10 ug/dl in April 1999 and 6.8 in November 1999.The prevalence of severe malnutrition based on weight for age tend to increase 3.1% (in 1992), 3.9% (in April 1999), and 4.4% (in November 1999). The prevalence of underweight significantly increased (p<0.05) from 11.4% to 24%. The prevalence of wasting also shows significantly increased both at 0-23 months and 24-60 months of age from 4.7% to 13.9% and 6.3 to 11.6% respectively. The prevalence of stunting not significantly increased. The prevalence of anemia increased from 41.7% in 1992 to 48.7% in April 1999 and 49.2% in November 1999. However, the increase was not significant statistically.Key Words: underfive years old, nutritional status, vitamin A status, anemia status.
KEBUTUHAN IBU HAMIL AKAN TABLET BESI UNTUK PENCEGAHAN ANEMI Fitrah Emawati; Yuniar Rosmalina; Susilowati Herman
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 23 (2000)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1498.

Abstract

THE NEED OF IRON TABLET OF PREGNANT WOMEN TO PREVENT FROM ANEMIA.Background: The prevalence of anemia among pregnant women remain high about 51%. Many studes have been done to reduce prevalence anemia among pregnant women, however the studes do not encourage of the pregnant women to full fill their need of Iron tablet.Objective: To know the knowledge of anemia and its consequence, anemia status and the need of iron tablet of pregnant women who get anemia counseling from midwife and those who did not get counseling.Method: The site of the study was Bogor Municipality. Cohort observation was used in the study. The Subjects were pregnant women of second and third trimester and they were grouped into two groups with and without anemia counseling by midwife during iron tablet administration. The data gathered were the need of iron tablet social economic, knowledge about anemia and its consequence, hemoglobin and hematocrit.Results: we found a significance increase of knowledge about anemia and its consequence in the group of women with anemia counseling, but their need of iron tablet is still low about 20-30 percent in the two groups. There were 52 percent women with counseling group consuming the entire tablet given from midwife. However, anemia was remaining high 46,2 percent among pregnant women with counseling group.Conclusions: The percentage of anemia after four month anemia counseling is high since the need of iron tablet of pregnant women is low.Key Words: pregnant women, iron tablet anemia