Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

BERAT DAN PANJANG BAYI SERTA NILAI Z SKORBAYI DENGAN ASI PREDOMINAN DAN PARSIAL BERDASARKAN STANDAR WHO 2005 DAN NCHS\WHO Anies Irawati; Endang L. Achadi; Abas B Jahari
GIZI INDONESIA Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i1.49

Abstract

New WHO standard introduce to implemented in every country including Indonesia. Thepopulation of children to develop new standard comes from good economic status and lowmobility. Three quarters infant were exclusive/predominantly breastfed for at least four month. InIndonesia, predominantly and partially breastfed most practiced than exclusive breastfeeding. Tocompare the growth of infantsaccording to WHO new standard and NCHSreference. Methods:Analyzed using secondary data of cohort prospective research of “the influence earlysupplementation infant feeding to first four month infant growth”. Developing curve of infant weightand length attainment for predominant and partially breastfed; also developing curve Z score(weight for age, weight for length and length for age) for predominant and partially breastfed. Bothcurves development are using new WHO standard and NCHS reference. During the first fourmonth, the weight and length deviation of infant with predominantly and partially breastfed usingnew who standard larger than NCHS, and infant with predominantly breastfed better than partiallybreastfed. The Z score curve for weight for age, length for age and weight for age simultaneouslyas a pattern of new WHO standard, but since birth until 4 month age the number of Z score forthose indicators lower than WHO new standard. New WHO standard anthropometry morerepresentative to infant growth than NCHS reference.Keywords: Predominant breastfed infants, partially breastfed infants, growth curve, New WHOstandard, NCHSreference
STATUS GIZI IBU SEBELUM HAMIL SEBAGAI PREDIKSI BERAT DAN PANJANG BAYI LAHIR DI KECAMATAN BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR: STUDI KOHOR PROSPEKTIF TUMBUH KEMBANG ANAK TAHUN 2012 - 2013 Anies Irawati; Salimar Salimar
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4015.119-128

Abstract

ABSTRACTWeight and length at birth are the good indicators to evaluate the possibility of survival, growth, and chronic disease as adults. This analysis aims to assess the effect of maternal nutritional status as pre-pregnant and pregnant on birth weight and length of infants at risk of chronic disease in adulthood. The design of this study was a prospective cohort, starting from pre pregnancy, during pregnancy until infant birth. Data analysis used multiple logistic regression. The result showed that 6 percent of infants birth weight <2500 g and 26.4 percent of infants birth weight to chronic disease risk (<3000 g). Approximately 30.1 percent of infants stunted at birth (<48 cm) and 62.6 percent infants at birth length <50 cm (standard WHO 2006). Mean of height pre-pregnancy is 151.9±5.6 cm and mean of body mass index (BMI) pre-pregnancy is 20.6±3.1 kg/m2. Maternal BMI pre-pregnancy is a major risk factor for birth weight infants < 3000 g after controlled by maternal height, weight gain during pregnancy, maternal age, parity, diarrhea, energy and protein intake and sex of the baby. Maternal height is a major risk factor for infant birth length (<50 cm) after controlled by pre-pregnant maternal BMI, maternal age, parity, weight gain during pregnancy, diarrhea, energy and protein intake. Conclusions, maternal nutritional status is a risk factor for pre-pregnant weight and birth length.Keywords: infant, birth weight, body mass index, length, maternalABSTRAKBerat dan panjang saat lahir merupakan indikator yang baik untuk melihat kemungkinan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan penyakit kronis ketika dewasa. Analisis ini bertujuan menilai pengaruh status gizi ibu ketika pra hamil dan hamil terhadap berat dan panjang bayi lahir yang berisiko pada penyakit kronis ketika dewasa. Disain penelitian adalah kohor prospektif sejak ibu pra hamil sampai bayi lahir. Studi kohor ini dimulai sejak tahun 2012 dan direncanakan berlanjut sampai tahun 2030. Data yang dianalisis adalah data tahun 2012 – 2013 pada 220 ibu dan bayi. Analisis data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 6 persen bayi lahir dengan berat <2500 g dan 26,4 persen bayi lahir dengan berat <3000 g. Sekitar 30,1 persen bayi lahir pendek (<48 cm) dan 62,6 persen bayi lahir dengan panjang lahir <50 cm (standard WHO 2006). Rerata TB pra hamil 151,9±5,6 cm dan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pra hamil 20,6±3,1 kg/m2. IMT ibu pra hamil merupakan faktor risiko utama berat bayi lahir <3000 g setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, pertambahan berat badan selama hamil, umur ibu, paritas, sakit diare, konsumsi energi dan protein serta jenis kelamin bayi. Tinggi badan ibu merupakan faktor risiko utama panjang lahir <50 cm setelah dikontrol variabel IMT ibu pra hamil, umur ibu, paritas, pertambahan berat badan selama hamil, sakit diare, konsumsi energi dan protein. Status gizi ibu pra-hamil merupakan faktor risiko berat dan panjang bayi lahir. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 119-128]Kata kunci: bayi, berat lahir, indeks massa tubuh, panjang lahir, wanita hamil
KEMUNGKINAN PENGGUNAAN ASAM LEMAK SEBAGAI INDIKATOR DERAJAT KONTAMINASI GABAH/BERAS OLEH KAPANG DAN MIKOTOKSIN Anies Irawati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 11 (1988)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1988.

Abstract

Metoda analisis yang ada untuk mengukur derajat kontaminasi biji-bijian oleh jasad renik, terutama oleh kapang dan senyawa beracun mikotoksin, memang cukup peka dan andal tetapi kurang praktis digunakan di lapang. Waktu untuk analisis cukup lama (5-15 hari untuk metoda klasik atau metoda Ulster) dan biaya analisis mahal (dengan metoda ergosterol, Rp 60.000 per contoh). Dalam penelitian yang dilaporkan ini telah dicoba mengukur derajat kontaminasi beras oleh kapang dengan membandingkan kadar asam lemak beras pada saat sebelum dan sesudah disimpan selama sampai 200 hari. Kadar asam lemak ditentukan secara titrasi. Didapat korelasi yang bermakna antara peningkatan kadar asam lemak dengan derajat kontaminasi beras oleh kapang. Pada saat kadar asam lemak (hasil akktivitas lipase kapang) mencapai nilai 0.06 gram H2SO4 per 100 gram gabah dapat memberi petunjuk tentang derajat pencemaran beras oleh kapang tetapi tidak dapat memberi petunjuk dalam hal jenis kapang yang mencemari beras tersebut. Pada keadaan ini analisis kadar asam lemak saja agaknya tidak cukup, perlu dilanjutkan dengan analisis klasik serta identifikasi kapang dan mikotoksin (aflatoksin dan islanditoksin).
KADAR ZAT IODIUM DARI GARAM BERIODIUM SELAMA PROSES PENGEMASAN, PENYIMPANAN DAN PENANGANAN DI RUMAH TANGGA DI WILAYAH BOGOR Anies Irawati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 16 (1993)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2277.

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar iodium (KI03) yang masih ada dalam garam beriodium selama pengemasan, penyimpanan dan penanganan di rumah tangga. Pada penelitian ini garam beriodium dikemas dengan menggunakan 4 macam jenis pengemas yaitu plastik bening, plastik gelap, gelas bening dan gelas merah gelap. Masing-masing garam dalam kemasan disimpan selama 0.2, 4.6 dan 8 minggu; dan kemudian diambil kadar iodiumnya (KI03). Selaln itu diteliti pula kadar iodium yang ada pada sayuran (wortel, bayam dan labu siam) selelah masing-masing sayuran tersebut dibubuhi garam beriodium dan kemudian dimasak secara dikukus, direbus dan ditumis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garam beriodium yang dikemas dengan gelas yang berwarna merah gelap, selama penyimpanan kadariodium (KI03) yang masih ada paling banyak (39.43 ppm) dibanding ketiga jenis kemasan lainnya (antara 31.40 ppm dan 33.53 ppm). Dua minggu pertama peyimpanan merupakan periode berkurangnya kadar iodium (KI03) paling banyak yaitu antara 2.30 persen dan 14.40 persen. Semakin lama disimpan kadar iodium garam semakin rendah. Garam beriodium yang dibubuhkan pada sayuran yang dimasak dengan cara dikukus, kadar iodium yang masih ada paling banyak (antara 13.76 ppm dan 18.64 ppm) dibandingkan sayuran yang dimasak dengan kedua cara pemasakan lainnya (masih ada antara 7.86 ppm dan 12.04 ppm)
PENGETAHUAN GIZI MURID SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) DI KOTAMADYA BOGOR Anies Irawati; Damanhuri Damanhuri; Fachrurrozi Fachrurrozi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 15 (1992)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2245.

Abstract

Penelitian tingkat pengetahuan gizi murid SD dan SLTP telah dilakukan di Kotamadya Bogor. Sampel terdiri dari 270 murid SD dan 270 murid SLTP yang berasal dari 6 SD dan 6 SLTP. Pengetahuan yang ingin diketahui meliputi guna makanan dan zat gizi, bahan makanan sumber zat gizi, empat sehat lima sempurna, kebiasaan makan, serta sumber pengetahuan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid SD maupun SLTA kurang memahami pengetahuan gizi dengan baik. Pengetahuan yang kurang dipahami adalah guna zat gizi dan bahan makanan sumber zat gizi. Pengetahuan gizi murid SLTP relatif lebih baik daripada pengetahuan gizi murid SD. Ada kaitan erat antara tingkat pengetahuan gizi orangtua murid (ayah dan ibu) dan materi ilmu gizi di sekolah (sumber pengetahuan gizi) dengan pengetahuan gizi murid SD dan SLTP.
STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH FAVORIT DAN BUKAN FAVORIT Anies Irawati; Heryudarini Harahap; Dyah Santi Puspitasari; M. A. Husaini
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2200.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang status gizi murid di sekolah favorit dan bukan favorit taman kanak-kanak (TK) maupun sekolah dasar (SD). Penelitian dilakukan di tiga provinsi/daerah yang berbeda keadaan geografi dan sosial budayanya, yaitu DKI Jakarta, DIY dan Lampung. Di tiap-tiap daerah tersebut diteliti tiga TK (satu TK favorit dan dua TK bukan favorit) dan tiga SD (satu SD favorit dan dua SD bukan favorit). Kecuali untuk DIY, jumlah SD yang menjadi lokasi penelitian adalah 4 SD (1 SD favorit dan 3 SD bukan favorit), dan dari ketiga TK yang dijadikan sebagai lokasi penelitian tidak ada yang berstatus TK favorit. Jumlah sampel untuk TK favorit dan bukan favorit masing-masing sebanyak 90 dan 349 murid, sedangkan untuk SD favorit dan bukan favorit masing-masing sebanyak 789 dan 1742 murid. Jumlah murid TK dan SD favorit yang berada diatas P>50 sebanyak 51.8%, sedangkan pada sekolah bukan favorit sebanyak 42.9%. Rata-rata BB murid TK maupun SD favorit lebih berat daripada murid sekolah bukan favorit. Jumlah murid TK favorit yang berstatus gizi kurang (dibawah P3) sebanyak 1.1% dan pada TK bukan favorit sebanyak 2.0%. Jumlah murid SD favorit yang berstatus gizi kurang sebesar 3.4% dan pada SD bukan favorit sebesar 4.7%. Jumlah murid yang berstatus gizi kurang pada TK dan SD bukan favorit lebih banyak daripada TK dan SD bukan favorit. Jumlah murid TK favorit yang berstatus gizi lebih (diatas P>97) sebanyak 12.2% dan pada TK bukan favorit sebanyak 6.0%, sedangkan pada SD favorit sebanyak 8.6% dan SD bukan favorit sebanyak 2.9%. Jumlah murid yang berstatus gizi lebih pada TK dan SD favorit lebih banyak daripada TK dan SD bukan favorit. Di DKI Jakarta, murid TK maupun SD yang berstatus gizi lebih masing-masing 19.5% dan 10.9%, lebih tinggi daripada di kedua daerah lainnya. Murid TK yang berstatus gizi-lebih lebih banyak berada di DIY dibandingkan dengan dua daerah lainnya, yaitu sebanyak 3.5%. Murid SD yang berstatus gizi kurang lebih banyak terdapat di DKI Jakarta, yaitu sebesar 5.0%. Pada umumnya dengan menggunakan KMS Anak Sekolah, pada sekolah favorit kecenderungan kurvanya terletak pada persentil yang sama, tetapi pada sekolah bukan favorit cenderung naik. Aspek positif dari KMS Anak Sekolah ini, tampaknya memotivasi peningkatan BB responden.
PROFIL KEADAAN GIZI USILA DI DKI JAKARTA DAN YOGYAKARTA Heryudarini Harahap; Anies Irawati; Dyah Santi Puspitasari; Sihadi Sihadi; M. A. Husaini
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2203.

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang profil keadaan gizi usila di DKI Jakarta dan DIY. DKI Jakarta menggambarkan daerah perkotaan dengan etnik yang beragam; DIY menggambarkan daerah pedesaan dengan etnik Jawa yang kebudayaannya masih kuat dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan pada 90 orang usila di DKI Jakarta dan 180 usila di DIY dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Hasil penelitian menunjukkan 82.8% dan 58.3% usila masing-masing untuk DKI Jakarta dan DIY adalah perempuan. Usila perempuan yang janda adalah 91.9% di DKI Jakarta dan 78.1% di DIY. Usila laki-laki yang duda 62.5% di DKI Jakarta dan 16.0% di DIY. Rata-rata jumlah anggota keluarga Usila di Jakarta 6.4 ± 3.5 orang, lebih besar daripada jumlah anggota keluarga Usila di DIY, yaitu 4.0% ± 2.2 orang. Pendapatan keluarga Usila di DKI Jakarta dan DIY hampir sama, yaitu Rp 87.744 di DKI Jakarta dan Rp 85.988 di DIY, tetapi pendapatan per kapita berbeda. Rata-rata pendapatan per kapita di DKI Jakarta adalah Rp 14.590 dan DIY Rp 18.160. Konsumsi zat-zat gizi Usila di DKI Jakarta dan DIY umumnya tidak ada yang mencapai 100% RDA, kecuali konsumsi vitamin C di Usila di DIY. Konsumsi kalori, protein dan zat besi Usila di kedua daerah penelitian kurang dari 80%, kalsium kurang dari 60%. Konsumsi zat-zat gizi Usila di DIY. Rata-rata perbedaan konsumsi berkisar antara 19.2%-59.3% kecukupan gizi pada laki-laki dan 8.2%-41.3% kecukupan gizi pada perempuan. Lebih dari 3/4 laki-laki berstatus gizi kurus yaitu 83.3% di DKI Jakarta dan 89.9% di DIY. Tidak terdapat laki-laki yang berstatus gizi gemuk, sedangkan pada perempuan terdapat 21.5% di DKI Jakarta dan 2.2% di DIY yang berstatus gizi gemuk. Prevalensi anemia Usila di DKI Jakarta lebih tinggi daripada di DIY yaitu 50.0% pada laki-laki dan 52.3% pada perempuan, dibanding 39.1% pada laki-laki dan 35.3% pada perempuan.
PENELITIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN PADA MURID SEKOLAH DASAR Anies Irawati; Trintrin Tjukarni; Dyah Santi Puspitasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2343.

Abstract

Study on addition of the nutrition and health education conducted for elementary school children. The study conducted in 8 elementary school in Bogor, covered 252 school children (treatment group) and 269 school children (control group). Design of study is case control with pre and post test. The knowledge of nutrition and health consists: knowledge of the function of food and nutrition, food and nutrition resources, sanitary and health, other nutrition's knowledge such as food for pregnant women and lactating women, diarrhea and food for child development. The result of the study showed that after treatment (1-3 month), the knowledge for food and nutrition function increase from 47-50 percent becomes 70-83 percent. The knowledge for food and nutrition resources increase from 47-64 percent becomes 82-84 percent. The knowledge for sanitary and health increase from 50-78 percent becomes 85-91 percent. Other nutrition's knowledge increases from 45-66 percent becomes 68-84 percent. The best method is that teacher provides the material with special time (more than 90 percent student with true answer). Other methods, the teachers give material through ORKES topics (more than 80 percent with true answer). Base on the result of the study, the program to improve nutrition and health knowledge for elementary school children should be done. The program could be integrated with the curriculum.Keywords: nutrition knowledge, health knowledge, elementary school
PREVALENSI ANEMI DAN KEADAAN GIZI PENDUDUK SEKITAR LINGKUNGAN PABRIK SEMEN DI CITEUREUP KABUPATEN BOGOR Y. Krisdinamurtirin; Sukati Saidin; Ance Murdiana; Anies Irawati; Effendi Rustan; Yuniar Rosmalina; Dyah Santi Puspitasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1942.

Abstract

Anemi gizi besi dan KkP dinyatakan sebagai masalah gizi utama di Indonesia. Adanya pabrik semen kemungkinan udara tercemar unsur silika, yang dapat turut terserap waktu menarik nafas; keadaan ini mungkin dapat menghambat pembentukan hemoglobin dan berpengaruh terhadap terjadinya infeksi saluran pernafasan. Penelitian mengenai prevalensi anemi serta keadaan gizi telah dilakukan pada penduduk sekitar pabrik semen Indocement di tiga desa dari sembilan desa yang ada di kecamatan Citeurep. Desa-desa sebagai lokasi penelitian yaitu desa Puspanegara (sebelah barat), desa Citeureup (terletak pabrik semen Indocement) dan desa Thrikolot (sebelah selatan). Cakupan subyek pada penelitian ini ialah 138 orang laki-laki dewasa (bapak/pekerja), 541 orang perempuan dewasa (ibu hamil 33 orang, ibu menyusui 203 orang dan ibu tidak hamil tidak menyusui 305 orang); 544 orang anak sekolah dasar dan 540 orang balita; keseluruhan adalah 1744 subyek, berasal dari 529 keluarga. Anemia ditentukan dengan pemeriksaan hemoglobin cara methemoglobin dan hematokrit cara micro. Kategori keadaan gizi anak balita dan anak sekolah ditentukan dengan nilai berat badan terhadap umur baku NCHS, untuk ibu hamil dan ibu menyusui ditentukan dengan BMI, sedangkan untuk ibu tidak hamil tidak menyusui dan dewasa laki-laki digunakan nilai berat badan terhadap tinggi badan baku Puslitbang Gizi, 1979. Prevalensi atau prosentase anemi yang ditemukan yaitu di desa Puspanegara: dewasa laki-laki 11.3%; ibu tidak hamil tidak menyusui 30%; ibu hamil 50%; ibu menyusui 30%; anak SD 44% dan Anak Balita 30%; di desa Citeureup: dewasa laki-laki 9%; ibu tidak hamil tidak menyusui 26%; ibu hamil 55%; ibu menyusui 29%; anak SD 57% dan anak balita 41%; di desa Thrikolot: dewasa laki-laki 14%; ibu tidak hamil tidak menyusui 14%; ibu hamil 27%; ibu menyusui 28%; anak SD 36.5% dan anak balita 32%. KKP masih ditemukan pada berbagai kelompok umur, yaitu di desa Puspanegara: pada anak balita, KKP ringan 19%, KKP sedang 7.6%, dan KKP berat 0.6%; pada anak SD KKP ringan 30%, KKP sedang 16%, dan KKP berat 7%; ibu tidak hamil tidak menyusui 3.7%; ibu menyusui 23.6%; dewasa laki-laki 18%; di desa Citeureup: pada anak balita, KKP ringan 29%, KKP sedang 14.3%, dan KKP berat 2.4%; pada anak SD KKP ringan 38.4%,KKP sedang 16.5%, dan KKP berat 5.75; ibu tidak hamil tidak menyusui 1.4%; ibu menyusui 25.2%; dewasa laki-laki 40.6%; di desa Thrikolot: pada anak balita, KKP ringan 25%, KKP sedang 16%, dan KKP berat 4%; pada anak SDKKP ringan 41%, KKP sedang 17%, dan KKP berat 5%; ibu tidak hamil tidak menyusui 1.2%, ibu menyusui 42.7%; dewasa laki-laki 14.3%; ibu hamil (gabungan di 3 desa: 9.1%).
PEMBERIAN FORMULA TEMPE PADA PENDERITA GIZI BURUK UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN Anies Irawati; Rossy Rozanna
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1947.

Abstract

PEMBERIAN FORMULA TEMPE PADA PENDERITA GIZI BURUK UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN