Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pendugaan dan Pemetaan Habitat Pakan Alami Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Perairan Wawonii Barat, Konawe Kepulauan Muhtar, Muhtar; Sara, La; Asriyana, Asriyana
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 3, No 1 (2019): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.389 KB) | DOI: 10.33772/jsipi.v3i1.7566

Abstract

Informasi mengenai pendugaan dan pemetaan habitat pakan penyu hijau (Chelonia mydas) di Kecamatan Wawonii Barat sangat dibutuhkan untuk pengelolaan kawasan konservasi penyu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016. Data yang dikumpulkan meliputi data habitat pakan, frekuensi kehadiran penyu dan variabel data pendukung. Pengempulan data habitat pakan menggunkan metode survey, meliputi data  kepadatan dan komposisi jenis lamun dan makroalga. Pengamatan frekuensi kehadiran penyu dilakukan setiap minggu di setiap stasiun selama satu bulan. Pengamatan frekuensi kehadiran penyu dilakukan dari pukul 08.00-17.00 WITA. Parameter lingkungan diukur disetiap stasiun pengamatan bersamaan dengan pengamatan frekuensi kehadiran penyu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitat pakan alami penyu hijau berada pada ekosistem lamun dan makroalga. Habitat tersebut ditandai oleh adanya jenis lamun dan makroalga yang merupakan makanan kesukaan penyu hijau yaitu  T. hemprichii 280,51 tegakan/m2, C. serrulata 48,29 tegakan/m2,  dan jenis makroalga G. arcuata 0,25 tegakan/m2S. duplicatum 0,33 tegakan/m2. Habitat peneluran penyu berada di sekitar ekosistem lamun dan makroalga. Di sekitar ekosistem tersebut terdapat ekosistem karang sebagai tempat peristirahatan penyu.       Kata kunci : habitat pakan alami, penyu hijau, Wawonii Bara Konawe Kepulauan Indonesia
Aspek Biologi Reproduksi Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus, Linn 1758) di Perairan Toronipa, Konawe Basri, Muhammad Irfan; Sara, La; Yusnaini, Yusnaini
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 1, No 2 (2017): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.295 KB) | DOI: 10.33772/jsipi.v1i2.6624

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek biologi reproduksi (rasio kelamin, tahap dan indeks perkembangan gonad, fekunditas dan ukuran  pertama  matang  gonad)  rajungan  (P.  pelagicus)  di perairan Toronipa. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Oktober 2014. Sample rajungan diperoleh setiap bulan secara acak. Setiap sample yang diperoleh didentifikasi jenis kelaminnya dan diukur lebar karapas menggunakan caliper ketelitian 0,05 mm, dan ditimbang bobot tubuhnya menggunakan timbangan digital ketelitian 1 g. Total sampel yang diperoleh 179 individu jantan dan 191 individu betina. Rajungan betina yang mempunyai telur (berried female) dilepaskan dari pleopodnya untuk dianalisis fekunditasnya.Sex ratio antara rajungan jantan dan betina yang diperoleh dihitung dan dianalisis menggunakan uji Chi-square (α = 0,05). Tingkat kematangan gonad (TKG) sample yang diperoleh diamati dengan cara membuka karapasnya. Perkembangan kematangan tersebut dikategorikan kedalam lima kelas yang dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran dan warna gonad mengikuti prosedur Costa dan Negreiros-Fransozo (1998) dan Sumpton et al. (1994). Indeks Kematangan Gonad (IKG) juga dihitung menggunakan rumus: IKG = (berat gonad/berat tubuh total)*100%. Fekunditas rajungan dihitung menggunakan metode “raising factor”, sedang hubungan fekunditas dan bobot tubuh rajungan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear sederhana.Hasil penelitian menunjukan rasio J : B adalah 0,96 : 1, walaupun demikian rasio tersebut termasuk seimbang (p < 0.05). Rajungan diperairan ini mempunyai persentase tinggi pada TKG III dan IV yang cenderung dominan setiap bulan yang mempunyai IKG berkisar  3,45 - 5,06%. Puncak IKG terjadi pada bulan Mei (5,06%), sedang terendah pada bulan Juli (3,45%). Kemampuan reproduksi (fekunditas) organisma ini berkisar 0,48*106 - 2,98*106. Ukuran pertama matang gonad rajungan jantan lebih kecil (72,4 mm) dibadingkan dengan rajungan betina (78,5 mm). Pengelolaan rajungan di perairan ini harus hati-hati karena ukuran pertama matang gonad sangat kecil (< 10 cm), yang menunjukan bahwa rajungan di perairan ini mempunyai tingkat eksploitasi tinggi. TKG III dan IV tidak akan memberi potensi reproduksi jika eksploitasi dilakukan intensif. Fekunditas rajungan di perairan ini berhubungan dengan ukuran lebar karapas, yaitu semakin besar lebar karapas maka semakin besar jumlah fekunditas. Keywords: Portunus pelagicus, Biologi reproduksi, Nisbah kelamin, Fekunditas, Ukuran pertama gonad, Indeks kematangan gonad
Struktur Ukuran dan Parameter Populasi Rajungan (Portunus pelagicus, Linnaeus 1758) di Perairan Toronipa, Sulawesi Tenggara, Indonesia Muchtar, Ari Sandy; Sara, La; Asriyana, Asriyana
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 1, No 1 (2017): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.375 KB) | DOI: 10.33772/jsipi.v1i1.6589

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ukuran dan parameter populasi rajungan (P. pelagicus) di perairan Toronipa yang dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Total sampel yang diperoleh adalah 376 ekor rajungan jantan dan 331 ekor rajungan betina. Kelas ukuran lebar karapas rajungan yang banyak tertangkap selama penelitian berkisar 95,84 mm – 106,35 mm untuk jantan dan 90,97 mm – 105,15 mm untuk betina. Data lebar karapas rajungan yang diperoleh dianalisis dan ditemukan 3 rata-rata kelompok ukuran (kohort). Ukuran lebar karapas rajungan tersebut dominan berada pada rata-rata 91,92 mm. Parameter populasi CW∞, K, and t 0 rajungan jantan dan betina terdapat kecenderungan nilai yang berbeda, yaitu CW∞ = 155,76 mm, K = 0,83/year, dan t 0 = - 0,126 untuk rajungan jantan, sedang CW∞ = 184,82 mm, K = 0,43/year, dan t 0 = - 0,231 untuk betina. Data parameter populasi rajungan tersebut mengindikasikan bahwa rajungan di perairan ini diusahakan dijaga/dipelihara dan dikelola baik karena nilai K kedua jenis kelamin relatif rendah dan akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai nilai CW∞ kedua jenis kelamin. Diharapkan data dalam penelitian ini dapat menjadi bahan merumuskan pengelolaan rajungan agar supaya populasinya dapat dipertahankan. Kata Kunci:Struktur ukuran, Parameter populasi, Portunus pelagicus, Perairan Toronipa.
Hubungan Lebar Karapas dan Bobot Tubuh Rajungan (Portunus Pelagicus) Pada Zona Intertidal dan Zona Seagrass di Perairan Bungin Permai, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Indonesia Permatahati, Yustika Intan; Sara, La; Yusnaini, Yusnaini
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 3, No 1 (2019): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.286 KB) | DOI: 10.33772/jsipi.v3i1.6575

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan lebar karapas dan bobot tubuh rajungan pada zona berbeda (intertidal dan seagrass zone) di perairan Bungin Permai Konawe Selatan. Pengambilan sampel rajungan dilakukan menggunakan alat tangkap bubu lipat ukuran (53 x 40 x 25) cm dengan ukuran mata jaring 1,5 inchi sebanyak 50 unit. Seluruh sampel yang diperoleh diidentifikasi jenis kelaminnya, diukur lebar karapasnya (CW) menggunakan kaliper ketelitian 0,1 mm, dan ditimbang bobotnya (W) menggunakan electronic balance ketelitian 1 g. Untuk mengetahui hubungan CW dan W rajungan digunakan analisis regeresi. Sampel yang diperoleh berjumlah 162 individu yang terdiri atas 89 individu jantan (54,93%) dan 73 individu betina (45,06%). Hubungan CW dan W rajungan tersebut dianalisis menggunakan regresi linear. Hasil analisis menunjukan persamaan regresi rajungan jantan pada zona intertidal dan seagrass masing-masing adalah W = 4,771(CW)3,2648 (r = 0,9643) dan W = 4,4673(CW)3,1273 (r = 0,9654), sedangkan  rajungan betina pada zona intertidal dan seagrass masing-masing adalah W = 4,3097(CW)3.0168 (r  = 0,9349) dan W = 3,8177(CW)2,7689 (r = 0,9407). Data tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara CW dan W rajungan dengan pola pertumbuhan relatif sama pada kedua zona penelitian. Kata Kunci: Portunus pelagicus, hubungan lebar karapas dan bobot tubuh, zona intertidal, zona seagrass 
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Erlinda, Suristiana; Sara, La; Irawati, Nur
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan Vol 1, No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.746 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makanan rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Lakara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di perairan Lakara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Sampel rajungan ditangkap menggunakan jaring (gillnet) di perairan dalam. Sampel rajungan yang tertangkap dipilih secara acak (random). Sebanyak 19 individu digunakan untuk analisis komposisi makanan. Setiap sampel di pisahkan menurut kelas ukuran dan jenis kelaminnya. Komposisi kelompok makanan dalam lambung rajungan terdiri dari empat kelompok yaitu plankton, daging, moluska dan material tidak teridentifikasi (MTT). Pada ukuran dewasa ditemukan kelompok makanan plankton dengan persentase komposisi sebesar 62,6 %, daging 26 %, material tidak teridentifikasi 8,7 % dan moluskasebesar 2,7 %. Persentase komposisi makanan antara jenis kelamin jantan dan betina tidak terlalu memiliki perbedaan. Nilai persentase komposisi makanan untuk kelompok plankton rajungan jantan adalah 62 % dan 62 % pada betina, daging pada jantan 27,3 % dan 24 % pada betina, material tidak teridentifikasi pada jantan 9,1 % dan 8.0 % pada betina dan moluska pada jantan 1,7 % dan 6,0 % pada betina.Kata Kunci : komposisi makanan, Portunus pelagicus, isi lambung.
Keanekaragaman dan hasil tangkapan sampingan Jaring Insang di perairan Lalowaru Kabupaten Konawe Selatan Muhajirah, Eva; Sara, La; Asriyana, .
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan Vol 3, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.787 KB)

Abstract

Informasi mengenai keanekaragaman ikan dan hasil tangkapan sampingan pada jaring insang sangat dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keramahan jaring insang dan sebagai upaya meminimalkan hasil tangkapan sampingan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman ikan dan hasil tangkapan sampingan  pada perikanan jaring insang di perairan Lalowaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2017. Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap 2 minggu selama 3 bulan. Sampel ikan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dengan ukuran mata jaring 1, 1½, 1¾, dan 2 inci. Semua ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam wadah kemudian dipilah berdasarkan jenis dan masing-masing dihitung jumlahnya, selanjutnya dilakukan pengukuran panjang total dan berat total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 famili dari 45 jenis. Nilai indeks keanekaragaman saat bulan gelap maupun bulan terang tergolong tinggi yaitu berada pada kisaran 0,58-1,00 saat bulan gelap dan 0,79 - 0,91 saat bulan terang. Proporsi hasil tangkapan utama yaitu 25% dan hasil tangkapan sampingan sebesar 75% yang terdiri dari hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dan dibuang kembali ke laut dengan proporsi masing-masing yaitu 86% dan 14%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat tangkap jaring insang yang dioperasikan nelayan termasuk alat tangkap yang tidak selektif karena memiliki nilai indeks keanekaragaman dan hasil tangkapan sampingan yang tergolong tinggi.Kata Kunci : Hasil tangkapan sampingan, Jaring insang, dan Keanekaragaman
Karakteristik biofisik habitat peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Kampa, Konawe Kepulauan Ridwan, Exfar Alli; Sara, La; Asriyana, .
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan Vol 2, No 4 (2017): Oktober 2017
Publisher : Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.997 KB)

Abstract

Informasi tentang karakteristik biologi dan fisika pantai peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) sangat dibutuhkan dalam pengelolaan kawasan konservasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik biologi dan fisika sarang penyu hijau di pantai Kampa Kepulauan Konawe. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 dengan metode survei. Kemiringan, lebar pantai, suhu pasir, kelembaban, jarak antara sarang dan pasang tertinggi, dan jarak antara sarang dan permukiman diukur pada setiap stasiun. Pengukuran kemiringan pantai menggunakan waterpass dan penentuan tekstur pasir pantai dilakukan dengan mengambil sampel pasir yang diukur menggunakan metode pipet. Klasifikasi substrat menggunakan Segitiga Miller. Kelembaban pasir diukur menggunakan hygrometer, sedangkan suhu pasir yang diukur pada kedalaman 30 cm (kondisi dalam sarang) pada pagi, siang dan malam hari menggunakan termometer merkuri. Lebar pantai, dan jarak antara vegetasi dan pasang tertinggi diukur dengan meteran roll. Jarak pantai bersarang dan hunian diukur menggunakan Perangkat Lunak ArcMap. Vegetasi pantai diidentifikasi dan masing-masing spesies ditentukan persentasenya. Identifikasi vegetasi dilakukan sejauh 10 m dari vegetasi pertama. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara parameter biologi (struktur vegetasi) dan fisika (suhu, kelembaban, lebar pantai, kemiringan pantai, tekstur pasir) pantai Kampa, Kepulauan Konawe. Oleh sebab itu, wilayah pesisir di daerah ini perlu mendapat perlindungan agar populasi penyu di daerah ini tetap terjaga.Kata kunci: Chelonia mydas, Biofisik, Konawe Kepulauan, Pantai Kampa,.
Beberapa aspek biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.) di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan Kardin, .; Sara, La; Pangerang, Utama K.
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan Vol 1, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.054 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan sidat (Anguilla sp.) di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan. Penelitian ini dilaksankana selama tiga bulan yaitu pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Pengambilan sampel ikan sidat dilakukan menggunakan alat tangkap pancing dan electrical fishing di tiga stasiun yang telah ditentukan berdasarkan keterwakilan karakteristik lingkungan. Total sampel yang diperoleh selama penelitian sebanyak 98 individu. Panjang ikan sidat yang tertangkap berkisar 240-764 mm. Hubungan panjang dan bobot tubuh organisme ini mengikuti pola pertumbuhan isometrik (b<3), Sedangkan faktor kondisinya berkisar 0,617-1,711. Parameter kualitas air seperti suhu (25-26 oC), pH air (7-8), kecepatan arus (20,75-22,07 m/s), kedalaman (40-87 cm) berada pada kisaran yang mendukung kehidupan ikan sidat. Keadaan substrat berbatu dan berpasir sangat disenangi organisme ini.Kata Kunci: sebaran ukuran Ikan Sidat, pertumbuhan, faktor kondisi, kelimpahan.
Hasil Tangkapan Utama dan Tangkapan Sampingan Bagan Rambo di Perairan Teluk Lasolo Kabupaten Konawe Utara Chaidir, Zul; Sara, La; Alimina, Naslina
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 3, No 2 (2019): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/.v3i2.9732

Abstract

The aim of this study was analyze the main catch and by catch of bagan rambo in Lasolo Bay of Konawe Utara regency. This study was done about 2 months (on January–February) 2019 by survey method. The taking of fish samples was carried out as many as 30 trips using bagan rambo by the sampling method was stratified random sampling. All samples obtained were separated by type then measurements of the length and weight of each species were caught. The composition of the overall catch species as many as 37.881 individuals consisted of 50 species, each of 46 species of fish from 24 families and 2 groups of non fish each of 3 species of molluscs and 1 species of crustaceans. The main catch was dominate by anchovy (Stolephorus commersoni) as much as 73.83%, by catch useable as much as 26.13% consisting of 45 species, and by catch discarded as much as 0.026% consisting of 3 pufferfish species (Tetraodon sp.).Key words: catch composition, main catch, by catch, bagan rambo
Keragaan Spesies dan Seks Rasio Kepiting Bakau (Scylla sp) Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Muara Sungai Wawoone, Konawe Rosmiati, Rosmiati; Sara, La; Yusnaini, Yusnaini
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 3, No 2 (2019): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsipi.v3i2.9978

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan spesies dan rasio kelamin kepiting bakau (Scylla sp) berdasarkan kerapatan mangrove di Muara Sungai Wawoone, Konawe. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Februari 2018. Lokasi penelitian dibagi dalam 3 stasiun menurut kerapatan hutan mangrove, yaitu: Stasiun I – hutan mangrove rapat (1.500 ind/Ha), stasiun II – hutan mangrove sedang (1000 - < 1.500 ind/Ha), dan stasiun III – hutan jarang/rusak (< 1000 ind/Ha). Alat tangkap yang digunakan untuk sampling kepiting bakau adalah bubu berbentuk bulat sebanyak 15 unit pada setiap stasiun. Semua sample yang diperoleh dari setiap stasiun dicatat, diidentifikasi spesiesnya, jenis kelaminnya berdasarkan morfologi abdomennya, diukur lebar karapasnya menggunakan caliper (ketelitian 0,1 mm) dan ditimbang bobot tubuhnya menggunakan timbangan elektronik (ketelitian 1 g). Setiap spesies dan jenis kelamin dihitung jumlahnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa S. serrata mendominansi spesies lain pada semua kondisi kerapatan hutan mangrove. Sex rasio S. serrata menunjukan jantan lebih banyak jumlahnya dibandingkan jenis kelamin betina yang diduga bahwa jenis kelamin betina sudah bermigrasi ke laut lebih dalam untuk memijah. Spesies lainnya walaupun jumlahnya sedikit tetapi masih tetapi menyenangi kondisi hutan mangrove di perairan ini.