Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Kesetiaan Konsumen Remaja KFC Ditinjau Tipe Kepribadian Gunawan, Steve Adrianto; Moningka, Clara
Metamorfosis vol. 2 no. 11 november 2008
Publisher : Metamorfosis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA IDENTITAS SOSIAL Suwartono, Christiany; Moningka, Clara
HUMANITAS Vol 14, No 2: August 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.67 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v14i2.6967

Abstract

Social identity is an essential part of individual’s self-concept in the context of a particular group of his/her social environment. The social environment in this study referred to Indonesian as a nation. The authors adapted the Collective Self-Esteem Scale (CSE) from Luhtanen and Crocker to identify social identity; to detect to the extent that individual recognizes themselves as Indonesian as a nation. In this research, the scale is called as Social Identity Scale. A total of 298 participants of this study were Jakarta residents with a minimum education of High School or equivalent. For validation purpose, the analysis used Confirmatory Factor Analysis (CFA), using measurement model. The reliability testing used Cronbach's alpha and Omega coefficients. The results of this study indicate the Social Identity Scale in the context of Indonesian has four factors as CSE scale (Luhtanen & Crocker, 1992) and reliable. AbstrakIdentitas sosial merupakan bagian penting dari konsep diri individu sebagai bagian dari kelompok tertentu dalam lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksud pada penelitian ini adalah bangsa Indonesia. Peneliti melakukan adaptasi skala Collective Self-Esteem (CSE) dari Luhtanen dan Crocker yang dapat mengidentifikasikan identitas sosial yaitu sejauh mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Dalam penelitian ini, skala tersebut kemudian diberi judul Skala Identitas Sosial. Partisipan penelitian ini adalah penduduk Jakarta berjumlah 298 orang dengan pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA), khususnya dengan measurement model. Pengujian reliabilitas dilakukan melalui koefisien Cronbach’s alpha dan koefisien Omega. Hasil penelitian ini menunjukkan skala Identitas Sosial dalam konteks bangsa Indonesia ini memiliki empat faktor sesuai dengan skala CSE dan reliabel. 
SELF EFFICACY DAN KECEMASAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENGHADAPI PENSIUN Christian, Christian; Moningka, Clara
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.519 KB) | DOI: 10.24854/jpu12012-9

Abstract

Pensiun merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi para individu dewasa madya, apalagi bila individu tersebut sedang berada di puncak karirnya. Ketakutan akan pensiun tersebut menimbulkan kecemasan. Mengatasi kecemasan dapat berbeda tergantung pada kemampuan untuk mengatasi kecemasan tersebut (Cheung & Sun dalam Pajares, 2006) dan ditingkatkan melalui kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan yang kuat yang disebut self efficacy. (Bandura dalam Baron & Byrne, 2004). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pengawai negeri sipil. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 87 orang yang akan menjelang pensiun hingga akhir tahun 2013 pada kementrian X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala Self Effi cacy dan skala Kecemasan menghadapi pensiun yang diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert berdasarkan komponen self effi cacy (Bandura, 1986) dan bentuk kecemasan menghadapi pensiun (Bucklew, 1980). Dari hasil analisa diperoleh diperoleh hubungan yang negatif antara self effi cacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil dengan nilai r = -.409 (p = .01). Artinya adalah semakin tinggi self effi cacy maka semakin rendah tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun, dan sebaliknya semakin rendah self effi cacy maka semakin tinggi tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun.
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRA-NIKAH DI SMA KRISTEN YPKM MANADO Moningka, Clara
KESMAS Vol 3, No 1 (2014): VOLUME 3 NOMOR 1, Januari 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyebab seks bebas pada remaja adalah kurangnya pengawasan dari orang tua, perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja, adanya rasa ingin tahu, dan pendidikan agama yang kurang kuat. Dampak dari seks bebas yaitu aborsi pada remaja, penyakit kelamin dan homoseksualitas. Survey awal pada bulan Juli 2014 di  SMA Kristen YPKM Manado, jumlah keseluruhan siswa 50 orang dan dari hasil wawancara terdapat beberapa siswa yang belum mengerti tentang seks pranikah. Pada tahun ajaran 2013/2014 terdapat 5 siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh penyuluhan tentang seks pra-nikah terhadap pengetahuan remaja di SMA Kristen YPKM Manado. Jenis Penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest and postest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 siswa. Sampel adalah total populasi yaitu 50 responden. Analisis data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis statistik deskritip menggunakan software SPSS. Hasil analisis data menunjukan terjadi peningkatan jumlah responden yang berpengetahuan baik yaitu dari 25 responden (50%) menjadi 46 responden (92%) serta tidak terdapat responden yang berpengetahuan kurang setelah diberikan penyuluhan. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak sekolah untuk bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang seks pra-nikah. Kata Kunci : Pengetahuan Remaja, Penyuluhan, Seks Pra-NikahABSTRACTThe causes of free sex in adolescents are a lack of supervision from parents, hormonal changes that increase adolescent sexual desire, curiosity, and less strong religious education. The effects of free sex are abortion in adolescents, venereal disease and homosexuality. The initial survey in July 2014 at YPKM Manado Christian High School, the total number of students was 50 people and from the results of interviews there were several students who did not understand premarital sex. In the 2013/2014 school year there were 5 students who were expelled from school due to pregnancy. The purpose of this study was to identify the effect of counseling on pre-marital sex on the knowledge of adolescents at YPKM Christian High School in Manado. The type of research used is the research design of one group pretest and posttest. The population in this study amounted to 50 students. The sample is a total population of 50 respondents. Data analysis in the form of frequency distribution tables and deskritip statistical analysis using SPSS software. The results of data analysis showed an increase in the number of respondents who were well-informed, namely from 25 respondents (50%) to 46 respondents (92%) and there were no respondents who were less knowledgeable after being given counseling. Based on the results of the study, it is expected that the school will cooperate with health workers in providing health education about premarital sex. Keywords: Knowledge of Youth, Counseling, Pre-Marriage Sex
RESILIENSI PEREMPUAN DEWASA MUDA YANG PERNAH MENGALAMI KEKERASAN SEKSUAL DI MASA KANAK-KANAK Sisca, Hyu; Moningka, Clara
Jurnal Psikologi Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kekerasan seksual yang terjadi di masa kanak-kanak merupakan suatu peristiwa krusial karena membawa dampak negatif pada kehidupan korban di masa dewasanya. Angka kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap tahunnya. Kemampuan resiliensi dibutuhkan anak agar dapat tumbuh kembali rasa percaya dari individu yang sudah dirusak oleh pelaku kekerasan seksual tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif dalam menganalisa data. Data yang diperoleh melalui proses wawancara mendalam. Jumlah subyek penelitian adalah 3 orang sesuai dengan kriteria subyek penelitian yang sudah ditentukan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemampuan resiliensi yang diperoleh dari lingkungan serta dari segi spiritual, yaitu melakukan pendekatan diri kepada Tuhan. Hal ini membawa dampak seperti diterimanya nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang positif dan juga menjadikan Tuhan sebagai pegangan hidup yang kokoh untuk mencari kebermaknaan dalam peristiwa kekerasan seksual yang dialami. Sementara itu, subyek yang tidak mengalami resilien dikarenakan faktor internal dirinya sendiri yang cenderung menyalahkan keadaan dan orang lain di sekitarnya sehingga sulit untuk dapat menerima masa lalunya. Penelitian ini menunjukkan gejolak dalam jiwa korban kekerasan seksual dalam menghadapi dampak negatif yang dihasilkan untuk memiliki kemampuan resiliensi. Apa dan bagaimana cara subyek melangkah ke proses resiliensi dapat menjadi pembelajaran bagi korban kekerasan seksual yang sangat banyak jumlahnya.
Self efficacy dan kecemasan pegawai negeri sipil menghadapi pensiun Christian, Christian; Moningka, Clara
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 1 No 1 (2012)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu21

Abstract

Pensiun merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi para individu dewasa madya, apalagi bila individu tersebut sedang berada di puncak karirnya. Ketakutan akan pensiun tersebut menimbulkan kecemasan. Mengatasi kecemasan dapat berbeda tergantung pada kemampuan untuk mengatasi kecemasan tersebut (Cheung & Sun dalam Pajares, 2006) dan ditingkatkan melalui kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan yang kuat yang disebut self efficacy. (Bandura dalam Baron & Byrne, 2004). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pengawai negeri sipil. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 87 orang yang akan menjelang pensiun hingga akhir tahun 2013 pada kementrian X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala Self Efficacy dan skala Kecemasan menghadapi pensiun yang diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert berdasarkan komponen self efficacy (Bandura, 1986) dan bentuk kecemasan menghadapi pensiun (Bucklew, 1980). Dari hasil analisa diperoleh diperoleh hubungan yang negatif antaraself efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil dengan nilai r = -.409 (p= .01). Artinya adalah semakin tinggi self efficacy maka semakin rendah tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun, dan sebaliknya semakin rendah self efficacymaka semakin tinggi tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun.
Pengembangan Skala Deception Behavior in Social Media Selviana, Maria; Moningka, Clara
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology 2020: Online first
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu143

Abstract

Kemajuan teknologi Internet di dunia memunculkan fenomena baru dalam penggunaan media sosial. Media sosial tidak hanya digunakan untuk berhubungan dengan orang lain, namun juga untuk membentuk kesan yang baik, bahkan untuk melakukan manipulasi. Pengguna media sosial seringkali memanipulasi penampakan mereka di media sosial, seperti mengedit foto atau memalsukan identitas mereka. Fenomena ini termasuk dalam Deception Behavior (perilaku menipu). Meski fenomena ini sering dijumpai, belum banyak studi yang berupaya untuk mengukur kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam perilaku menipu di media sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat skala Deception Behavior in Social Media berdasarkan teori Utz (2005). Partisipan penelitian adalah pengguna aktif media sosial sebanyak 457 orang di wilayah Jabodetabek dengan rentang usia 15-40 tahun. Penelitian ini meliputi pembuatan butir dan pengujian dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA), dilanjutkan dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Sementara itu, reliabilitas diuji dengan menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala ini reliabel untuk mengukur deception behavior di media sosial.
PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA IDENTITAS SOSIAL Christiany Suwartono; Clara Moningka
HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal Vol 14, No 2: August 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.67 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v14i2.6967

Abstract

Identitas sosial merupakan bagian penting dari konsep diri individu sebagai bagian dari kelompok tertentu dalam lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksud pada penelitian ini adalah bangsa Indonesia. Peneliti melakukan adaptasi skala Collective Self-Esteem (CSE) dari Luhtanen dan Crocker yang dapat mengidentifikasikan identitas sosial yaitu sejauh mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Dalam penelitian ini, skala tersebut kemudian diberi judul Skala Identitas Sosial. Partisipan penelitian ini adalah penduduk Jakarta berjumlah 298 orang dengan pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA), khususnya dengan measurement model. Pengujian reliabilitas dilakukan melalui koefisien Cronbach's alpha dan koefisien Omega. Hasil penelitian ini menunjukkan skala Identitas Sosial dalam konteks bangsa Indonesia ini memiliki empat faktor sesuai dengan skala CSE dan reliabel.
Self efficacy dan kecemasan pegawai negeri sipil menghadapi pensiun Christian Christian; Clara Moningka
Jurnal Psikologi Ulayat Vol 1 No 1 (2012)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu21

Abstract

Pensiun merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi para individu dewasa madya, apalagi bila individu tersebut sedang berada di puncak karirnya. Ketakutan akan pensiun tersebut menimbulkan kecemasan. Mengatasi kecemasan dapat berbeda tergantung pada kemampuan untuk mengatasi kecemasan tersebut (Cheung & Sun dalam Pajares, 2006) dan ditingkatkan melalui kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan yang kuat yang disebut self efficacy. (Bandura dalam Baron & Byrne, 2004). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pengawai negeri sipil. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 87 orang yang akan menjelang pensiun hingga akhir tahun 2013 pada kementrian X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala Self Effi cacy dan skala Kecemasan menghadapi pensiun yang diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert berdasarkan komponen self effi cacy (Bandura, 1986) dan bentuk kecemasan menghadapi pensiun (Bucklew, 1980). Dari hasil analisa diperoleh diperoleh hubungan yang negatif antara self effi cacy dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil dengan nilai r = -.409 (p = .01). Artinya adalah semakin tinggi self effi cacy maka semakin rendah tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun, dan sebaliknya semakin rendah self effi cacy maka semakin tinggi tingkat kecemasan pegawai negeri sipil yang akan menghadapi pensiun.
THE ROLE OF WORK MOTIVATION AND ORGANIZATIONAL CULTURE ON ORGANIZATIONAL COMMITMENT: CASE STUDY OF GENERATION X AND Y TAXI DRIVERS IN PT. Z Karen Febriena Andini van den Broek; Clara Moningka; Yulius Fransisco Angkawijaya
MANASA Vol 6 No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Faculty of Psychology, Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.988 KB)

Abstract

The gap between generation X and Y becomes a challenge to avoid turnover in organizations. Taxi companies have experienced high turnover due to the emergence of the phenomenon of online taxi. One way to retain employees is to increase organizational commitment. Organizational commitment can be influenced by motivation and organizational culture. This study focuses on the effect of motivation and organizational culture on organizational commitment of generation X and Y taxi drivers. This research is a quantitative research, using regression and two-way ANOVA to 184 respondents in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. The result of analysis shows that motivation significantly influences organizational commitment of taxi drivers of both generations (p < .05). Motivation and organizational culture simultaneously affect the organizational commitment of the generation X driver (p < .05) but does not affect generation Y (p > .05). There is no difference in organizational commitment based on organizational culture on both generations. In this study, age and tenure is an important factor affecting organizational commitment. There is no difference in organizational culture because it is affected by task identity. Task identity can be a powerful factor in predicting organizational commitment.