Triska Susila Nindya
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik Shafira Roshmita Diniyyah; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.727 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i4.2017.341-350

Abstract

 Background: Undernutrition is still the major of nutritional problem in Indonesia. Toddlers are one of age group that are susceptible to nutritional problems.  One of the direct cause of malnutrition  is nutrient intake.  Low intake of energy, protein and fat causes the utilization of nutrient intake become not optimal and susceptible to infectious diseases. Objectives: The purpose of this study was to analyze the correlation between energy, protein and fat intake with underweight toddlers aged 24-59 months. Methods: This research used a cross sectional study design with a sample size of 62  toddlers that living in the Suci Village Gresik. Data were collected by interview with questionnaires that related to the characteristic of toddlers and parents, form food recall 2x24 hours and measurement of weight toddlers based on WAZ index.  Data were analyzed using fisher exact test. Results: Underweight toddlers have lower intake of energy, protein and fat intake than non underweight toddlers. The results showed that there are 79.0% non underweight toddlers and 21.0% underweight, most of toddlers have adequate levels of energy, protein and fat intake. There was a correlation between energy (p=0.007), protein(p=0.039) and fat intake(p=0.010) with nutritional status of toddlers based on WAZ index.  Conclusions: It was suggested to increase the varied  and  food sources of  high energy, protein and fat, so the malnutrition can’t getting worse.ABSTRAK Latar Belakang:  Gizi kurang masih menjadi masalah gizi utama di Indonesia. Balita merupakan salah satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi. Penyebab langsung terjadinya gizi kurang salah satunya dipengaruhi oleh asupan zat gizi. Asupan energi, protein dan lemak yang rendah menyebabkan pemanfaatan zat gizi tidak optimal dan rentan mengalami penyakit infeksi.         Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan energi, protein dan lemak dengan kejadian gizi kurang balita usia 24-59 bulan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional  dengan jumlah sampel 62 balita yang tinggal di wilayah Desa Suci Gresik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan kuesioner terk1q`3aq15b`6aait karakteristik balita dan orangtua, form food recall 2x24 jam dan pengukuran berat badan balita menggunakan indikator BB/U. Data dianalisis menggunakan uji fisher exact.Hasil:  Hasil dari penelitian ini menunjukkan balita dengan status gizi baik 79,0% dan balita gizi kurang 21,0%. Sebagian besar balita memiliki tingkat asupan energi, lemak dan protein dalam kategori cukup. Terdapat  hubungan antara asupan energi (p=0,007), protein (p=0,039) dan lemak (p=0,010) dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/U. Kesimpulan: Balita gizi kurang memiliki tingkat asupan energi, protein dan lemak lebih rendah dibandingkan dengan balita gizi baik. Perlu meningkatkan asupan bahan makanan sumber energi, protein dan lemak yang tinggi serta bervariasi agar kondisi gizi kurang tidak semakin memburuk.
Hubungan Antara Asupan Energi, Zat Gizi Makro dan Total Energy Expenditure dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Baiq Qamariyah; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.157 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.59-65

Abstract

Background: Nutritional status of students can be influenced by many factors such as energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure.Objectives: this study aimed to determine association of energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure with nutritional status of elementary students.Methods: this study was observasional analitic research with cross-sectional design wich was done in SDN Pacarkembang 1 Surabaya on July 2017.The sample was 66 students in grade 4 and 5 with simple random sampling. Variabel in study was nutritional status, energy intake, macro nutrient intake, and total energy expenditure. Data were collected through interview using food recall 2 x 24 hour, physical activity recall, weight and high measurement. Analysis data used independent sample T-test analysis.Results: this study showed the most of nutritional status was normal (69.7%). There were correlations of energy intake (p=0.000), protein (p=0.017), fat (p=0.040) carbohydrate (p=0.001) and total energy expenditure (p=0.000) with nutritional status of elementary students.Conclusion: energy intake, macro nutrient intake and total energy expenditure were associated with nutritional status of school children.School children should reduce the consumption of food high in energy, protein, fat and increase physical activity.ABSTRAKLatar Belakang: Status gizi pada anak sekolah dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure.Tujuan: penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure dengan status gizi anak sekolah dasar.Metode: Penelitian adalah observasional analitik dengan rancang studi cross-sectional yang dilaksanakan di SDN Pacarkembang 1 Surabaya pada Juli 2017. Sampel Penelitian adalah siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 66 orang yang diambil dengan simple random sampling. Variabel penelitian meliputi status gizi, asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan recall 2x24 jam, recall aktivitas fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis data menggunakan uji independent sampel T-test.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi siswa normal (69,7%). Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (0,017), lemak (p=0,040), karbohidrat (p=0,001) dan total energy expenditure (p=0,000) dengan status gizi anak sekolah dasar.Kesimpulan: asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar. Sebaiknya anak sekolah dasar dapat mengurangi konsumsi makanan tinggi energi protein dan lemak serta meningkatkan aktivitas fisik.
Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian Percetakan dan Pengemasan di UD X Sidoarjo Uswatun Khasanah; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.586 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.83-89

Abstract

Background : Work produvtivity is the top priority demanded of every workforce to produce the product. Many factors can affect work produktivity such as nutritional status and anemia. Anemia is a nutritional problem that can cause fatigue, weakness, loss of work capacity and produktivity.Objective: The purpose of this research was to analyze the relation between hemoglobin levels and nutritional status with women employee’s produktivity in stamping and packaging section at UD X Sidoarjo.Methods: This reserch was an observational analytic study designed with cross sectional. The population was all women employees in production of 130 people and the sample of 54 respondents selected by random sampling. Data collection used height and weight measurement, measurement of hemoglobin levels, and questionnaires. Data were analyzed using chi square test.Results: The result showed that there was a correlation between the nutritional status and productivity (p=0.014), but there was no correlation between Hb concentration and productivity (p=0.836).Conclusion: The better the nutritional status were, the higher the productivity would be. It is recommended that the women employees of this company to aware on their nutritional status.ABSTRAKLatar Belakang: Produktivitas kerja menjadi hal utama yang harus dimiliki setiap tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seperti status gizi dan anemia. Anemia merupakan masalah gizi yang dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan kapasitas kerja serta produktifitas pada tenaga kerja.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan kadar hemoglobin dengan produktivitas pekerja wanita bagian percetakan dan pengemasan di UD X Sidoarjo.Metode: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini merupakan semua pekerja wanita di bagian produksi sebanyak 130 orang dan didapatkan besar sampel sebanyak 54 responden yang dipilih secara random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran kadar hemoglobin, dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square.Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa responden cenderung memiliki produktivitas diatas rata-rata. Terdapat hubungan antara status gizi dengan produktivitas (p=0,014), namun tidak terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas (p=0,836).Kesimpulan: Semakin baik status gizi semakin meningkat produktivitasnya. Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan produktivitas. Dianjurkan agar pegawai wanita perusahaan menyadari status gizi mereka.
Hubungan antara Kehamilan Remaja dan Riwayat Pemberian ASI Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pujon Kabupaten Malang Dwi Agista Larasati; Triska Susila Nindya; Yuni Sufyanti Arief
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.241 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i4.2018.392-401

Abstract

Background: Stunting is growth failure which commonly occurs among children. In Indonesia, the prevalence of stunted growth is still high. The high number of stunted children is a result of the risk factors, which are early marriage that causes adolescent pregnancy, and non-exclusive breastfeeding.Objectives: To analyze the relationship between teenage pregnancy and a history of exclusive breastfeeding against the incidence of stunting in infants under five years.Method: This research was a descriptive analysis which used case-control method. The samples in this research were 58 children, who were selected using multiple stage sampling, and divided into two groups; stunting and non-stunting. The collected data include the children’s height measurement andquestionnaire of exclusive breastfeeding history, as well as questionnaire of mother’s age at first pregnancy and the respondents’ identity. The data were analyzed using SPSS software with chi square test and WHO AnthroResults: The results of this research revealed significant correlation between adolescent pregnancy and stunted children (p=0.016), with odds ratio of 3.86. Moreover, significant correlation was also manifested between non-exclusive breastfeeding and stunted children (p=0.003), with odds ratio of 3.23. The younger the mother at pregnancy and the absence of exclusive breastfeeding resulted in higher risk of child stunting. Therefore, this research concluded that adolescent pregnancy and non-exclusive breastfeeding might increase the risk of child stunting.Conclusion: This research concluded that adolescent pregnancy and non – exsclusive breastfeeding might increase the risk of stunting in children.ABSTRAKLatar Belakang: Stunting adalah kejadian gagal tumbuh yang sering terjadi pada anak. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri masih tinggi. Tingginya jumlah anak yang mengalami stunting merupakan hasil dari tingginya faktor yang memengaruhinya seperti; pernikahan dini yang menyebabkan terjadinya kehamilan pada remaja dan pemberian ASI yang tidak eksklusif.Tujuan: Menganalisis apakah terdapat hubungan antara kehamilan remaja dan riwayat pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting pada balita.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik, menggunakan metode case – control. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 anak, yang dipilih menggunakan metode multiple stage sampling dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu stunting dan non – stunting. Data yang dikumpulkan meliputi pengukuran panjang badan anak dan kuisioner riwayat pemberian ASI eksklusif, kuisoner usia ibu pertama kali hamil dan identitas responden. Analisis data menggunakan software SPSS dengan uji Chi – square untuk menganalisis hubungan variabel dependen dengan independen sedangkan software WHO Antro digunakan untuk menganalisis status gizi balita (TB/U) menurut z – score.Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan antara kehamilan remaja dengan kejadian stunting pada balita (p = 0,016) dengan nilai Odds – ratio adalah 3,86. Di samping itu juga ditemukan hubungan yang signifikan antara pemberian ASI non – eksklusif dengan kejadian stunting pada balita (p = 0,00) dengan nilai Odds – ratio adalah 3,23. Semakin muda usia ibu mengalami kehamilan dan anak tidak diberikan ASI eksklusif maka akan semakin besar risiko anak mengalami stunting.Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehamilan remaja dan pemberian ASI non – eksklusif dapat meningkatkan risiko anak mengalami stunting.
Perbedaan Praktik Pemberian Makan dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Balita Status Gizi Kurang dan Normal Rizqiyah Fitri Nafadza; Annas Buanasita; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.477 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i1.2019.63-70

Abstract

Background: Underweight is a problem caused by many factors, factors that directly affect nutritional status are nutritional intake and infectious disease. Meanwhile, indirect factors that affecting nutritional status is feeding practices, household food security and environmental health.Objectives: The objective of this study was to analyze the differences of feeding practice and household food security between toddlers with underweigt and normal nutritional status.Methods: The research was an observational analytic with cross sectional design. The sample was 80 toddlers from 6-24 months in Tanah Kali Kedinding Sub-District, Surabaya. They are consist of 40 normal and 40 underweight toddlers. Data was collected by interview using questionnaire, FFQ, recall 24 hours and US-HSFFM for household food security. Data were analyzed by using Mann-Whitney Test.Results: Good feeding practice for normal toddlers was 15% while for underweight toddlers was 7.5%. Toddlers with normal nutritional status come from secure household was 65.5% while underweight toddlers was 32.5%. The result found there was a difference of feeding practice (0.032) and household food security (0.012) between toddlers with underweight and normal nutritional status.Conclusion: There was difference in feeding practices, toddlers with normal nutritional status get better feeding practice than toddlers with underweight. There was difference in the household food security, toddlers with normal nutritional status mostly come from secure households.ABSTRAKLatar belakang: Gizi kurang adalah masalah gizi pada balita yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang secara langsung berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi dan riwayat penyakit infeksi. Sementara itu, faktor tidak langsung yang mempengaruhi diantaranya praktik pemberian makan, status ketahanan pangan rumah tangga dan kesehatan lingkungan.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan praktik pemberian makan dan status ketahanan pangan rumah tangga pada balita status gizi kurang dan normal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 80 balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya dengan masing-masing balita gizi kurang dan normal berjumlah 40 balita. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner, FFQ dan recall 24 jam untuk praktik pemberian makan serta US-HSFFM (United State of Household Food Security Survey Module) untuk ketahanan pangan rumah tangga. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil: Praktik pemberian makan yang baik pada balita gizi normal sebesar 15% sedangkan pada balita gizi kurang sebesar 7,5%. Balita gizi normal yang berasal dari keluarga tahan pangan yaitu 62,5% sedangkan gizi kurang yaitu 32,5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan praktik pemberian makan (p=0,032) dan status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,012) pada balita status gizi kurang dan normal.Kesimpulan: Terdapat perbedaan praktik pemberian makan dimana balita dengan status gizi normal mendapatkan pemberian makan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan balita gizi kurang. Terdapat perbedaan status ketahanan pangan rumah tangga, balita dengan status gizi normal lebih banyak berasal dari rumah tangga tahan pangan.
JENIS KELAMIN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL INFORMASI NILAI GIZI DI KALANGAN MAHASISWA Nimas Olivia Oktarini Siti Rahayu Nadhiroh Triska Susila Nindya
Adi Husada Nursing Journal Vol 2 No 2 (2016): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.461 KB)

Abstract

Konsumen di Indonesia masih kurang memperhatikan label pangan. Mahasiswa ternyata juga tidak memiliki kebiasaan membaca label informasi nilai gizi. Kebiasaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status diet, keterpaparan media informasi, pengetahuan tentang label informasi nilai gizi, dll. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observational dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Besar sampel penelitian yaitu masing-masing 24 responden dari mahasiswa angkatan 2013 – 2015 S1 reguler Prodi Ilmu Gizi FKM UNAIR dan S1 Prodi Statistika FST UNAIR. Uji statistik yang digunakan adalah fisher’s exact. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p=0,007) dengan kebiasaan membaca label informasi nilai gizi. Variabel pengetahuan (p=0,237) tidak berhubungan signifikan dengan kebiasaan membaca label informasi nilai gizi. Responden perempuan memiliki kebiasaan membaca label informasi nilai gizi daripada responden laki-laki. Peningkatan edukasi kepada responden laki-laki mengenai label informasi nilai gizi perlu diadakan. Kata Kunci : jenis kelamin, pengetahuan, label pangan, label informasi nilai gizi ABSTRACT Consumers in Indonesia are still lacking attention to the food label. It turns out that Students were also not have the habit of reading nutrition fact. These habits can be influenced by several factors such as gender, education level, diet status, exposure of media information, knowledge about the nutrition fact, etc. This study was observational study with cross sectional design. This study used stratified random sampling. Each of sample size consist of 24 respondents from 2013-2015 regular S1 Nutrition Department FKM and S1 Statistics FST UNAIR. The statistical test that used was Fisher's exact. The analysis showed that there was a significant relationship between gender (p = 0.007) with the habit of reading nutrition fact. Knowledge (p = 0.237) was not significantly associated with the habit of reading nutrition fact. Female respondents have the habit of reading nutrition fact than male respondents. Increasing education to male respondents regarding nutrition fact needs to be held. Keywords : gender, knowledge, food label, nutrition fact DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>
HUBUNGAN STATUS GIZI, TINGKAT ASUPAN ENERGI, BEBAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS PEKERJA WANITA DI PERUSAHAAN BAUT DAN MUR: Relationship of Nutrition Status, Energy Intake Level, Workload with Productivity of Female Worker in Bolt and Nut Manufacturer Melda Monisca Butar; Triska Susila Nindya
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 1 No. 1 (2018): OCTOBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v1i1.21

Abstract

ABSTRACT Women's participation in employment increases from year to year, due to the increasing number of industries requiring women's skills. The health of women workers should be of special concern in order to increase productivity. This study aims was to analyze the relationship of nutritional status, the level of energy intake, the workload with the productivity of female workers part of the packaging. This research was observational analytic with cross-sectional study design. This research was conducted in PT X, the sample size of this research was all female worker population of packaging with 35 people. Data were collected by measuring height, body weight, pulse rate, and 2 x 24 hour food recall interview. The analysis data using contingency coefficient test to see strenght relationship between varibael. The results of this research were female employee with characteristics most of the age group of 30-49 years, mostly elementary school graduates, most of them were married, and more than five years of service. The results showed that value of contingeny coefficient was nutrition status (0.458), energy intake level (0.388), and work load (0.341). Of the three variable was only nutritional status with moderate stregth relationship, while the level of energy intake level and the workload had a weak stregth relationship. It can be concluded that productivity among female worker in PT X is more affected by nutritional status compared energy intake level and work load. Companies are advised to providing canteen, providing counseling on balanced nutrition, and exercise activity.
Program SESAMA: Edukasi Hidup Sehat dengan Tanaman Sehat untuk Pengendalian Hipertensi di Desa Pondok: Pengabdian Dinda Dwi Ariani; Triska Susila Nindya; R. Azizah
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Vol. 4 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Volume 4 Nomor 2 (October 202
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jerkin.v4i2.2899

Abstract

The Healthy Living with Healthy Plants (SESAMA) Socialization and Education Program was implemented in Pondok Village, Ponorogo Regency, as a community-based hypertension control effort. The objective of this activity was to increase public knowledge and awareness about hypertension and encourage the adoption of a healthy lifestyle through the use of local plants, especially cucumbers, which have the potential to lower blood pressure naturally. The implementation method was carried out on January 23, 2025, involving 47 participants aged 45–75 years through a pre-test stage, presentation of material on hypertension and healthy plants, cucumber planting practice, interactive discussion, and a post-test as an evaluation. The approach used not only focused on delivering information, but also practical skills so that the community was able to apply the knowledge gained in everyday life. The results of the activity showed a significant increase in participant knowledge, with an average pre-test score of 44,40 and a post-test increase to 75,30%, or an increase of 30,9%. These findings prove that health education combined with direct practice can be an effective strategy in preventing hypertension. In addition to providing health benefits, this activity also fosters community independence in utilizing local plants sustainably. Thus, the SESAMA program has the potential to become a simple, economical, and applicable intervention model in controlling hypertension at the village level.
EATING OUTSIDE HOME DURING PANDEMIC: PERSPECTIVE BASED ON HEALTH BELIEF MODEL AND FUTURE IMPLICATIONS Rachmah, Qonita; Atmaka, Dominikus Raditya; Nindya, Triska Susila; Megatsari, Hario; Nor, Norfezah Md
Media Gizi Indonesia Vol. 20 No. 3 (2025): MEDIA GIZI INDONESIA (NATIONAL NUTRITION JOURNAL)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v20i3.298-303

Abstract

The COVID-19 pandemic has led to a significant decline in eating outside the home (EOH). This study aimed to compare eating habits before and after the pandemic using the Health Belief Model (HBM) to explore the implications of EOH and its potential long-term effects. A quantitative cross-sectional design was employed, involving 401 young adults aged 18–25 years living in Indonesia, selected through accidental sampling. Data on the participants’ general characteristics, EOH frequency, and health beliefs were collected online using SurveyMonkey. Descriptive statistics were used to summarize each variable, and binary logistic regression was conducted to identify the predictors of EOH behavior and frequency. The majority of the respondents were female, unmarried, and held a diploma or undergraduate degree. Nearly 40% reported weight gain during the pandemic, although the frequency of EOH significantly declined (p < 0.000). The frequency of EOH was significantly associated with self-efficacy in eating at home, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers (p < 0.05). In conclusion, understanding the underlying factors contributing to reduced EOH is crucial. Enhancing self-efficacy, emphasizing the benefits of home eating, and addressing perceived risks and barriers may help promote healthier eating behaviors among young adults.