Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Proceeding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan

Pertumbuhan Relatif Gurita, Octopus cyanea Gray, 1849 di Perairan Selat Makassar Dan Teluk Bone Sharifuddin Bin Andy Omar; Andi Rezki Dian Safitri; Ayu Rahmadhani; Joeharnani Tresnati; Suwarni Suwarni; Moh. Tauhid Umar; Ernawati Syahruddin Kaseng
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 7 (2020): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pertumbuhan relatif gurita, Octopus cyanea Gray, 1849 yang meliputi hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi, yang didaratkan di Pulau Bonetambung, Kota Makassar, dan di Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai. Pengambilan sampel gurita dilakukan pada bulan April sampai Juli 2019. Sampel gurita hasil tangkapan nelayan dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang total (TL, total length), panjang mantel dorsal (DML, dorsal mantle length), dan panjang mantel ventral (VML, ventral mantle length), kemudian ditimbang bobot tubuhnya (BW, body weight), dan selanjutnya dilakukan pengamatan gonad secara visual untuk mengetahui jenis kelaminnya. Jumlah gurita yang diperoleh di P. Bonetambung adalah sebanyak 60 ekor (40 ekor jantan dan 20 ekor betina) dan di P. Burung Lohe sebanyak 66 ekor (27 ekor jantan dan 39 ekor betina). Gurita betina memiliki rerata panjang total dan bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan gurita jantan, baik di P. Bonetambung maupun di P. Burung Lohe. Hubungan panjang total-bobot tubuh (TL-BW), hubungan panjang mantel dorsal-bobot tubuh (DML-BW), dan hubungan panjang mantel ventral-bobot tubuh (VML-BW) gurita jantan dan gurita betina yang tertangkap di P. Bonetambung dan di P. Burung Lohe seluruhnya menunjukkan tipe pertumbuhan hipoalometrik atau alometrik negatif yang berarti pertambahan panjang tubuh lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot tubuhnya. Rerata faktor kondisi berdasarkan TL-BW, DML-BW, dan VML-BW gurita jantan di P. Burung Lohe lebih besar dibandingkan gurita betina. Hasil yang sama juga diperoleh pada gurita jantan di P. Bonetambung, kecuali untuk rerata faktor kondisi berdasarkan VML-BW (betina lebih besar).Kata kunci: gurita, Octopus cyanea, pertumbuhan, Pulau Bonetambung, Pulau Burung Lohe
Biologi Reproduksi Gurita, Octopus cyanea Gray, 1948 di Perairan Selat Makassar dan Teluk Bone Sharifuddin Bin Andy Omar; Noviayu Wahyuddin; Andi Yeyen Apriani; Eka Aulia Junedi; Joeharnani Tresnati; Basse Siang Parawansa; Dwi Fajriyati Inaku
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 7 (2020): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biologi reproduksi gurita, Octopus cyanea Gray, 1849yang didaratkan di Pulau Bonetambung, Kota Makassar, dan di Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai. Kajian penelitian ini mencakup nisbah kelamin,tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran pertama kali matang gonad, dan indeks kematangan gonad (IKG). Pengambilan sampel dilakukan sejak bulan April hingga Juli 2019. Sampel gurita hasil tangkapan nelayan dari kedua lokasi penelitian dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang totalnya (TL, total length), ditimbang bobot tubuhnya (BW, body weight), dan dilanjutkan dengan pengamatan gonad secara visual untuk mengetahui jenis kelamin gurita tersebut. Nisbah kelamin gurita jantan dan betina di P. Bonetambung adalah 2,00:1,00, sedangkan di P. Burung Lohe adalah 1,00:1,44. Gurita betina matang gonad lebih banyak ditemukan selama penelitian dibandingkan gurita jantan di P. Bonetambung. Sebaliknya, gurita jantan matang gonad lebih banyak ditemukan daripada gurita betina di P. Burung Lohe. Gurita jantan matang gonad pada ukuran yang lebih kecil daripada gurita betina pada kedua lokasi penelitian. Nilai IKG gurita jantan di P. Bonetambung berkisar 0,2829-2,7532 dan gurita betina 0,0348-3,1267. Kisaran nilai IKG gurita jantan di P. Burung Lohe adalah 0,4726-2,2254 dan gurita betina 1,1153-3,3597. Secara umum, rerata IKG berdasarkan TKG gurita betina lebih besar daripada gurita jantan, baik di P. Bonetambung maupun di P. Burung Lohe.Kata kunci: biologi reproduksi, gurita, Octopus cyanea, Pulau Bonetambung, Pulau Burung Lohe
Analisis Hubungan Panjang Bobot Ikan Baronang Angin Siganus javus Linnaeus, 1766 yang ditemukan di Tempat Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar, Sulawesi Selatan Basse Siang Parawansa; Muhammad Ryas Rasyid; Suwarni, Suwarni; Joeharnani Tresnati
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 10 (2023): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL X KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan panjang bobot dan faktor kondisi dari ikan baronang angin, Siganus javus (Linnaeus, 1766) yang didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan Paotere, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan satu kali per bulan selama tiga bulan yaitu bulan Agustus – Oktober 2022 dengan lokasi pengambilan sampel di Tempat Pendaratan Ikan Paotere, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian yaitu 289 ekor yang terdiri dari 165 ekor ikan jantan dan 124 ekor ikan betina. Jumlah ikan yang diperoleh pada bulan Agustus yaitu 126 ekor, pada bulan September yaitu 92 ekor, dan pada bulan Oktober yaitu 71 ekor. Hasil penelitian berdasarkan waktu pengambilan sampel selama tiga bulan menunjukkan pola pertumbuhan dengan persamaan pada bulan Agustus W=0,00002L2,9482, bulan September W=0,00004L2,8124, dan bulan Oktober W=0,00004L2,8119, dan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pola pertumbuhan dengan persamaan pada ikan jantan W=0,00003L2,8926 dan ikan betina W=0,00005L2,77 , yang menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik pada bulan Agustus dan Oktober serta pada ikan baronang jantan yaitu pola pertumbuhan Panjang sebanding dengan pertambahan bobotnya dan bersifat alometrik negatif pada bulan September dan pada ikan baronang betina yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan bobot. Nilai faktor kondisi ikan baronang angin mencapai angka 1 mengindikasikan ikan tersebut memiliki kondisi fisik yang baik untuk bertahan hidup dan bereproduksi.