Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENATALAKSANAAN DIET DAN PERKEMBANGAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK DI TFC (Therapeutic Feeding Center) PUSKESMAS TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2011 – 2013 Imran Tumenggung
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 1, No 1 (2015): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v1i1.10

Abstract

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Penanganan kasus balita gizi buruk harus dilakukan dengan serius. Pusat Pemulihan Gizi atau TFC (therapeutic feeding center) merupakan sarana tempat pelayanan/ penanganan balita gizi buruk yang bertujuan untuk pemulihan dan peningkatan status gizi balita secara intensif dan terintegrasi antara pelayanan medis, nutrisi, dan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penatalaksanaan diet dan perkembangan status gizi balita gizi buruk yang dirawat di TFC Puskesmas Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2011-2013. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Besar sampel 33 balita sesuai kriteria inklusi. Data diperoleh dari status pasien dan wawancara dengan petugas gizi di TFC. Hasil penelitian diperoleh bahwa penatalaksanaan diet balita gizi buruk yang dirawat inap di TFC telah dilaksanakan berdasarkan pedoman dan disesuaikan syarat dan prinsip diet pada fase-fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Sebagian besar balita yang dirawat mengalami peningkatan berat badan tetapi tidak mengalami peningkatan status gizi karena adanya penyakit penyerta, lamanya hari rawat yang singkat dan perawatan yang tidak tuntas akibat pulang paksa. Saran untuk pengelola TFC dan petugas gizi Puskesmas untuk mengintensifkan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi bagi pihak keluarga khususnya orang tua balita gizi kurang dan gizi buruk. Kata kunci : penatalaksanaan diet, status gizi, balita gizi buruk.
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GOUT ARTRITIS DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Imran Tumenggung
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 1, No 2 (2015): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v1i2.12

Abstract

Penyakit gout artritis adalah salah satu penyakit peradangan sendi yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang beresiko terserang penyakit asam urat atau gout arthritis adalah pola makan (mencakup frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah/porsi makan) tinggi purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh terhadap asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian penyakit gout artritis di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan case control study. Besar sampel sebanyak 42 orang pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi square (X2dan Odds Ratio (OR). Hasil uji statistik didapatakan bahwa pada α = 0,05, p value = 0,04, X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (4,356 >3,481), dimana Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai OR = 4, 136. Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian penyakit gout arthritis. Pasien dengan pola makan tidak baik berisiko 4,1 kali lebih besar mengalami penyakit gout artritis. Kata Kunci : pola makan, gout artritis.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK BADUTA Rahmawati Hamzah; Imran Tumenggung; Denny Indra Setiawan
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 5, No 2 (2019): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v5i2.526

Abstract

ABSTRACT MP-ASI or Breast Milk Supplementary Feeding is food or drink instead of Breast Milk which contains nutrient given to the baby after having Exclusive Breast for 6 months, the baby should be given Breast Milk Supplementary Feeding due to after 6 months, Breast Milk cannot meet the nutrients need for protein energy and several essential micronutrients. According to data of Riskesdas 2013, babies in Indonesia that consumed Breast Milk Supplementary Feeding aged 6-24 months were 30,2%, and those that consumed early Breast Milk Supplementary Feeding were 69,8%. The research aimed to find out the mothers’ knowledge on giving Breast Milk Supplementary Feeding (MP-ASI) at Baduta children in Lonuo Village, Tilongkabila Sub-districk, Bone Bolango District. The research was descriptive survey research. The samples were 30 mothers and babies. The research variable had an independent variable, namely mothers’ knowledge on giving Breast Milk Supplementary Feeding. The research finding revealed that 12 people (40%) out of 30 respondents were in a good category of mothers’ knowledge, 10 people (34%) were in a sufficient category, and 8 people (26%) were in less category. In conclusion, the research showed that most mothers and babies had good knowledge. ABSTRAK MP-ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi setelah pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, bayi harus diberi makanan pendamping ASI karena setelah 6 bulan ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi akan energi protein dan beberapa mikronutrien penting. Di Indonesia menurut data Riskesdas 2013, bayi yang mendapatkan MP-ASI usia 6-24 bulan sebanyak 30,2% dan yang mendapat MP-ASI dini 69,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak baduta di Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 30 orang ibu bayi dan balita. Variabel penelitian yaitu variabel mandiri yaitu pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI. Hasil penelitian dari 30 responden menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang dikategorikan Baik sebanyak 12 orang (40%), Cukup sebanyak 10 orang (34%), dan Kurang sebanyak 8 orang (26%). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berpengetahuan baik.  
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting di Desa Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Talibo, Sofyawati D.; Tumenggung, Imran; Misnati, Misnati; Amalia, Mutia Reski; Nuryani, Nuryani; Hadi, Novian Swasono
Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2024): Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51873/jhhs.v8i2.336

Abstract

Latar belakang: Balita merupakan kelompok yang rawan mengalami masalah gizi, salah satunya stunting. Salah satu penyebab stunting adalah pola asuh ibu terhadap balitanya. Pola asuh ibu terkait dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Pengetahuan yang kurang dapat menjadikan pola asuh ibu kurang sehingga memengaruhi kejadian stunting pada balita. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan. Metode penelitian: Jenis Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu yang memiliki balita stunting usia 24- 59 bulan sebanyak 96 orang. Analisis data mengunakan uji Chi Square dan Fisher Exact. Hasil: Karakteristik keluarga balita yang menggambarkan pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta penghasilan kepala keluarga perbulan ditemukan bahwa 99% ayah balita bekerja. Sedangkan data pekerjaan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita tidak bekerja. Pendidikan ayah dan ibu balita sebagian besar memiliki pendidikan tinggi. Data jumlah penghasilan kepala keluarga perbulan menunjukkan sebagian besar di bawah UMR. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden kurang yaitu 59 orang (61,5%), sebagian besar bersikap positif yaitu sebanyak 70 orang (72,9%), tetapi sebagian besar berperilaku kurang baik yaitu sebanyak 89 orang (92,7%), dan angka kejadian stunting yaitu 24 orang (25,0%). Analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan antara penghasilan rata-rata perbulan rumah tangga dengan kejadian stunting. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Simpulan: Pendidikan ayah dan penghasilan rata-rata per bulan keluarga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting.
Program Kelompok Binaan Wirausaha Berbasis Unit Layanan Kewirausahaan Mutia Reski Amalia; Sugiyanto, Maya K.; Tumenggung, Imran; Agustina, Rahma Dewi
Jurnal Abmas Negeri (JAGRI) Vol. 5 No. 2 (2024): Volume 5 Nomor 2 Desember 2024
Publisher : Sarana Ilmu Indonesia (salnesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36590/jagri.v5i2.883

Abstract

Sebagian besar mahasiswa menjadikan pekerjaan sebagai pegawai pemerintah atau karyawan swasta sebagai tujuan utama setelah menyelesaikan studinya. Berbagai upaya untuk menciptakan wirausaha baru telah banyak dilakukan, tetapi belum mencapai hasil yang optimal. Fakta tersebut mendorong pengembangan program pengembangan kewirausahaan yang lebih terintegrasi dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di Poltekkes Kemenkes Gorontalo. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang akan dilakukan oleh tim dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Gorontalo bertujuan menciptakan alumni binaan wirausaha mandiri berbasis IPTEK dan membina keberlanjutan usaha alumni binaan. Kegiatan yang dilakukan berupa pemunculan motivasi kewirausahaan dengan mengembangkan imajinasi, persepsi dan kepercayaan diri agar binaan termotivasi menjadi wirausaha, pendampingan teknis pembuatan produk dan praktek pemasaran. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini telah menghasilkan empat kelompok binaan. Satu kelompok merupakan mahasiswa yang telah memiliki produk dan membutuhkan pengembangan produk serta pemasaran. Tiga kelompok merupakan kelompok binaan yang baru dibentuk. Keempat kelompok telah mengembangkan produknya masing-masing dan juga melakukan praktek pemasaran. Usaha mandiri kelompok binaan telah memproduksi produk makanan dan usaha mandiri kelompok binaan telah memasarkan produk makanan.
ANALISIS DAYA TERIMA PROKIES PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI KURANG Napu, Arifasno; Pangalo, Paulus; Domili, Indra; Tumenggung, Imran; Marendra, Zulfito; Dewi, Ayu Bulan Febry Kurnia; Pomalingo, Anna Yuliastani; Alam, Raden Ayu Cahyaning
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 11, No 2 (2025): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v11i2.1562

Abstract

Bi’o is a traditional Gorontalo food for toddlers which predominantly contains carbohydrates because it is only made from sago and palm sugar. Cookies in a pot/pan while stirring until thick/cookies, cooled and then ready to be served. Bi’o modified from sago and palm sugar are added with HPI (hydrolysis of mackerel protein), eggs, butter, chocolate and chocochip into a dough, molded, baked for 30 minutes at 150 degrees Celcius and the results are called prokies (protein cookies). The objective of study was to analyze the acceptability of prokies for well-nourishe and malnourished toddlers. The method of study was experimental research design that analyzing the acceptability of prokies. The pediatrician performs a medical examination. There were 38 well-nourished toddler respondents 39 malnourished toddler who met the criteria. The results indicated that  the average acceptability for prokies in well-nourished toddlers on the firts day was 4.11±0.65 and on the thirtieth day 4.18±0.56, while malnutrition on the first day was 4.00±0.61 and on the thirtieth day 4.33±0,66 which showed there was no signifikan difference ( p value = 0,05). Likewise, the reason for score aceptance was because the taste, aroma, color and texture average >4.0. The conclution showed that  prokies were liked by normal nutrition and wasted nutrition toddlers because of  taste, aroma, color and texture that were eaten completely in the first day to the thirtieth day, so it can be used to overcame in nutritional problems.Bi’o merupakan makanan tradisional Gorotalo untuk balita, sebagian besar hanya mengandung karbohidrat karena terbuat dari sagu dan gula aren. Bi’o dimasak dalam panci/wajan sambil diaduk hingga kental/matang, didinginkan lalu siap dihidangkan. Bi’o yang dimodifikasi yakni menggunakan sagu dan gula aren ditambahkan dengan HPI (hidrolisis protein ikan tenggiri), telur, mentega, coklat dan chocochip menjadi adonan, dicetak, dipanggang selama 30 menit pada suhu 150 derajat Celcius dan hasilnya disebut prokies (protein cookies). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis daya terima prokies pada balita gizi baik dan gizi kurang. Desain penelitian menggunakan penelitian eksperimental dengan menganalisis daya terima prokies. Dokter anak melakukan pemeriksaan kesehatan. Responden balita gizi baik berjumlah 38 orang dan balita gizi kurang ada 39 orang yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan prokies balita gizi baik pada hari pertama adalah 4,11±0,65 dan pada hari ketiga puluh 4,18±0,56, sedangkan pada gizi kurang pada hari pertama adalah 4,00±0,61 dan pada hari ketiga puluh 4,33±0,66 yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p value = 0,05). Demikian pula, alasan kesukaan karena rasa, aroma, warna dan tekstur rata-rata >4,0. Kesimpulan menunjunkkan bahwa prokies disukai oleh balita gizi baik dan gizi kurang karena rasa, aroma, warna dan teksturnya serta dihabiskan sejak hari pertama hingga hari ketiga puluh sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah gizi. 
Housewives’ Compliance in Reading Food Labels in Gorontalo City Tumenggung, Imran; Herawati, Lucky; Talibo, Sofyawati
Kesmas Vol. 10, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, masalah label pada kemasan makanan kurang mendapat perhatian konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari determinan kepatuhan membaca label pada kemasan makanan oleh ibu rumah tangga di Kota Gorontalo. Penelitian dengan metode survei ini dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus 2013. Data dikumpulkan secara potong lintang dengan menggunakan angket. Variabel terikat adalah kepatuhan membaca label pada kemasan makanan yang terdiri dari label informasi nilai gizi, komposisi makanan, masa kedaluwarsa, harga, dan status halal. Variabel bebas adalah usia, tingkat pendidikan, dan keterpaparan dengan media informasi. Besar sampel 262 orang ditentukan secara accidental technique. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh membaca label kedaluwarsa, label harga, dan label halal. Faktor usia berhubungan dengan kepatuhan membaca label informasi nilai gizi, label kedaluwarsa dan label harga. Tingkat pendidikan berhubungan dengan kepatuhan membaca label informasi nilai gizi, label komposisi, label harga, dan lebel halal. Keterpaparan dengan media informasi berhubungan dengan kepatuhan membaca label komposisi, kedaluwarsa, harga, dan halal. Disarankan kepada institusi terkait, yaitu dinas kesehatan untuk melakukan upaya meningkatkan pemahaman pentingnya membaca label kemasan makanan, terutama yang berkaitan dengan informasi nilai gizi dan komposisi bahan makanan. In Indonesia, food packaging labels’ problem received less attention from consumers. This study aimed to determine the housewives’ compliance in reading food packaging labels and its determinants in Gorontalo City. This studied was conducted from July to August 2013. The study was a cross sectional survey, using enquetten in data collection. The dependent variable was compliance in reading labels on food packaging consisting of labels information about nutritional value, food composition, expiration date, price and halal status, while the independent variables were age, education level and exposure to information media. This study involved 262 respondents selected through accidental sampling technique. Data analyisis used chi square test. This study showed that most respondents dutifully read the labels on expiration date, price tag, and halal status. Age was found associated with compliance in reading labels on information about nutritional value, expiration date and price. Education level was found related to information about nutritional value, food composition, price and halal labels. Exposure to the information media was related to compliance in reading food composition, expiration date, price and halal labels. This study suggested that the authorized institution namely health agency should educate people to understand the importance of reading food packaging labels, especially information about nutritional value and food composition.