Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

EVALUASI PENATALAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS KOTA BENGKULU Susilo, Avrilya Iqoranny; Satibi, Satibi; Andayani, Tri Murti
JURNAL MEDIA KESEHATAN Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Media Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu Volume 13 No 2 Desember 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jmk.v13i2.573

Abstract

Health Chronic Disease Management Program (Prolanis) BPJS Health as a system of health services and proactive approach implemented in an integrated manner involving participants, health facilities and BPJS Health becomes an important factor because it becomes one of the indicators of the fulfillment of the commitment of service at puskesmas. This study aims to determine the management of Prolanis which includes membership, activities, availability of drugs and availability of funds Prolanis, knowing the barriers to the implementation of Prolanis and know the ratio of visits and quality of life of participants Prolanis. The research was conducted by descriptive method through interview technique, check list and WHOQoL questionnaire for quality of life measurement. Data retrieval used primary data by interviewing 40 informants and filling questionnaire on 262 participants of Prolanis. The secondary data was obtained from P-Care Puskesmas application. Analysis of the results of research was using descriptive analysis with narrative exposure accompanied by data tables. The results showed that from 20 Puskesmas 1 Puskesmas had not fulfilled the minimum requirement of Prolanis formation, 4 Puskesmas had not conducted gymnastic and educational activities, 2 Puskesmas did not implement pharmacy service standard for drug distribution Prolanis and 4 Puskesmas had not utilized Prolanis fund provided by BPJS Kesehatan. 50% in some puskesmas cause puskesmas to be in unsafe zone for assessment of capitation indicator. For measurement of quality of life of participants Prolanis obtained 95, 04% of respondents have good quality of life.
Prevalensi Penyimpanan Antibiotik Di Rumah Tangga Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu Zamharira Muslim; Riska Anggia Juita; Avrilya Iqoranny Susilo
Jurnal Farmasi Higea Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : STIFARM Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52689/higea.v14i1.432

Abstract

Penyimpanan obat-obatan yang umumnya dilakukan di rumah tangga memiliki tujuan tersendiri baik itu sedang digunakan ataupun untuk penggunaan di masa mendatang. Antibiotik yang masih banyak disimpan untuk digunakan sebagai swamedikasi dalam rumah tangga. Penyimpanan antibiotik dapat memicu penggunaan obat yang tidak rasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tren penyimpanan antibiotik di masyarakat kecamatan Teluk Segara kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif, sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40 orang ibu rumah tangga menyimpan obat antibiotik. Antibiotik yang disimpan mayoritas jenis Amoxicillin (67,39%), sebagian besar memperoleh antibiotik tidak menggunakan resep dokter (57,50%) dan alasan masyarakat menyimpan antibiotik untuk antisipasi bila terjadi sakit dimasa mendatang (48,10%). Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa penyimpanan antibiotik di masyarakat Bengkulu masih sangat tinggi.
Community Behavior Study Regarding Drug Purchases at Bengkulu City Pharmacies in 2021 Avrilya Iqoranny Susilo; Zamharira Muslim
SANITAS: Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan Vol 13 No 1 (2022): SANITAS Volume 13 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36525/sanitas.2022.4

Abstract

At this time the practice of self-medication or self-medication is increasingly being carried out by the community. This is done for various reasons, including feeling that the disease they are suffering from is only a minor illness that does not need to be treated by a doctor. This study aims to get a picture of people's behavior when searching for drugs at pharmacies in their self-medication practice in the Bengkulu City area. The research was conducted using a direct survey research method using observation sheets. Determination of the sample of pharmacies and respondents was done by using purposive sampling technique. People already have a choice of what medicine they will buy at the pharmacy to relieve the pain they feel (84.7%) and ask pharmacists for advice in making choices (15.3%). Most of the drugs used in the practice of self-medication by the community are brand-name drugs (81%) and a small percentage of people use generic drugs (19%). The choices in the use of drugs are over-the-counter drugs (21.4%), limited over-the-counter drugs (28.8%) and hard drugs (49.8%). Based on this, the behavior of people who go to pharmacies to practice self-medication, most of them already have a choice of what medicine they will buy to relieve the pain they feel. The thing that must be a concern is that many people choose to use hard drugs in their self-medication practice without asking for advice from pharmacists at the pharmacy (49.8%), while hard drugs in their use must use a doctor's prescription.
UJI SPF FORMULASI EKSTRAK DAUN TEH HIJAU(Camellia sinensis L) SEBAGAI KRIM TABIR SURYA Nanda Destiawan; Resva Meinisasti; Avrilya Iqoranny Susilo
Jurnal Pharmacopoeia Vol 1 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.914 KB) | DOI: 10.33088/jp.v1i1.137

Abstract

Latar belakang : Teh hijau memiliki kandungan flavonoid yang tinggi terutama katekin (20–30% dari berat kering). Berbagai hasil penelitian menunjukkan teh hijau bermanfaat untuk mencegah kanker, osteoporosis, kardiovaskular, aterosklerosis, menyembuhkan penyakit ginjal, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sementara untuk kecantikan teh bermanfaat sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan dini Tujuan : Untuk mengetahui kadar SPF ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) yang digunakan sebagai krim tabir surya Metode penelitian : Metode yang digunakan adalah metode Eksperimental Hasil : Berdasarkan Pengujian yang dilakukan pada ketiga formula krim tabir surya yang meliputi uji sifat fisik kimia yang terdiri atas uji organoleptis, uji homogenitas, uji Ph, dan penetuan nilai SPF sudah memiliki kriteria sebagai sediaan krim tabir surya Kesimpulan : Krim Tabir Surya ekstrak etanol daun teh dapat disimpulkan bahwa krim tabir surya memenuhi standar krim yang baik. Nilai SPF formulasi f1 sebesar (0,64). Formula f2 sebesar (0,92), dan f3 sebesar (7,63) proteksi ekstra. Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan formula yang paling tinggi memiliki nilai spf adalah formula 3. Peningkatan konsentasi ekstrak etanol daun teh dalam krim tabir surya semakin meningkatkan nilai SPF.
TREN PENYIMPANAN OBAT KERAS OLEH IBU RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU Dedek Dwi Pratiwi; Zamharira Muslim; Avrilya Iqoranny Susilo
Jurnal Pharmacopoeia Vol 1 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.06 KB) | DOI: 10.33088/jp.v1i1.140

Abstract

Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Pemilihan obat harus sesuai dengan anjuran dokter karena tanpa penggunaan yang benar, obat bisa membahayakan nyawa. Maka dari itu, Badan Pengawasan Obat dan Makan (BPOM) membuat aturan dan penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan Pserta pengamanan distribusinya. Penelitian ini bertujuan untuk diketahui tren penyimpanan obat keras oleh ibu rumah tangga di Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Penelitian ini yakni survey deskriptif, sampel yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling dengan metode wawancara. Hasil penelitian ini didapatkan dari 50 responden sebanyak 46 ibu rumah tangga yang menyimpan obat keras (78%), obat keras yang banyak disimpan seperti asam mafenamat (30%), masyarakat yang membeli obat keras tanpa resep dokter (60%), penyimpanan obat keras dirumah sebagai antisipasi (72%), dari penelitian yang telah dilakukan masyarakat yang menyimpanobat keras sebanyak (78%) jenis obat keras yang banyak ditemui yaitu asam mafenamat (30%).
ANALISA PRAKTIK SWAMEDIKASI DI KOTA BENGKULU AVRILYA IQORANNY SUSILO; RESVA MEINISASTI
Journal of Nursing and Public Health Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Praktik swamedikasi merupakan praktik penggunaan obat-obatan pada seseorang untuk mengobati gejala atau gangguan kesehatan yang didiagnosis sendiri atau berdasarkan keluhan gejala yang pernah dirasakan di masa lampau. Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 60% masyarakat di Indonesia melakukan pengobatan sendiri. Praktik swamedikasi ini jika dilakukan dengan benar dapat mengurangi beban pemerintah dalam pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Akan tetapi, praktik swamedikasi yang dilakukan tidak tepat dapat menimbulkan resiko tidak tercapainya efek kesembuhan yang diinginkan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan praktik swamedikasi di masyarakat Kota Bengkulu. Penelitian deskriptif ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel, diperoleh sebanyak 200 responden di Kota Bengkulu yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikasi (0,05). Dari hasil analisa univariat diperoleh distribusi demografi responden berusia antara 20-39 tahun (54,5%), berjenis kelamin wanita (64%) dan sudah menikah (77,5%). Dalam aspek pelayanan kesehatan, kepemilikan asuransi kesehatan (83%). Praktik swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan nyeri (22%), alasan melakukan swamedikasi karena penyakit yang dialami kategori ringan (41,5%), jangka waktu keluhan sakit yang dirasakan yaitu kurang dari 3 hari (77,5%), tingkat keparahan sakit yang dirasakan ringan (76%), jangka waktu penggunaan obat 1-3 hari (77%), sumber informasi obat yang digunakan adalah dari resep dokter (38,5), sumber informasi pemakaian obat adalah tenaga farmasi di apotik (68,5), rata-rata kunjungan ke apotek dalam 1 bulan adalah 1 kali (43%) dan tempat memperoleh obat selain di apotek adalah toko obat (63%). Hasil analisis hubungan antara variabel dependen dan variabel independen diperoleh hasil bahwa ada hubungan variabel umur (p=0,03), jenis kelamin (p=0,043) dan keparahan penyakit (p=0,014) dengan praktek swamedikasi di Kota Bengkulu. Sedangkan variabel Status Pernikahan, pendidikan, pekerjaan, jarak rumah, lama sakit, kepemilikan BPJS, lama penggunaan obat menunjukkan tidak ada hubungan dengan praktek swamedikasi di Kota Bengkulu.
GAMBARAN PERILAKU SWAMEDIKASI PADA PENGELOLA PANTI ASUHAN DI KOTA BENGKULU AVRILYA IQORANNY; ZAMHARIRA MUSLIM; DESTY MIRDHA LEZA
Journal of Nursing and Public Health Vol 11 No 1 (2023)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/jnph.v11i1.4062

Abstract

Pendahuluan: Perilaku swamedikasi merupakan respon seseorang terhadap rangsangan dari luar sehingga individu tersebut melakukan pengobatan sendiri tanpa resep dokter untuk mengobati penyakit yang dialaminya.Swamedikasi adalah upaya manusia untuk mengobati penyakit dan gejala penyakit ringan seperti demam, batuk, flu, nyeri dan lain-lain tanpa resep dokter. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku swamedikasi pada Pengelola Panti Asuhan diKota Bengkulu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel Total sampling untuk melihat gambaran pengetahuan sikap dan tindakan tentang swamedikasi pada Pengelola Panti Asuhan diKota Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan perilaku pengelola panti asuhan berada dalam kategori baik sebanyak 13 orang (76,47%) kategori cukup sebanyak 2 orang (11,76%) dan kategori kurang sebanyak 2 orang (11,76%). Dan berdasarkan aspek pengetahuan yaitu kategori baik sebesar (70,59%),sikap yaitu kategori cukup sebesar(47,06%), dan tindakan kategori kurang yaitu (0%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk gambaran perilaku swamedikasi pada pengelola panti asuhan dalam swamedikasi di Kota Bengkulu, menunjukkan dalam kriteria baik.
Penguatan dan Pendampingan Pelayanan Kesehatan Berbasis Pklt Poltekkes Kemenkes Bengkulu sebagai Implementasi IPE dan IPC Darwis; Dino Sumaryuno; Kamsiah; Avrilya Iqoranny Susilo; Lusi Andi Andriani
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v8i8.13352

Abstract

Integrated health services are one of the methods that are easier to develop, especially with the IPE and IPC approaches in basic and comprehensive plenary health services in the field of health at the age level which include health improvement, prevention, treatment. This community service activity is carried out in conjunction with PKLT. The purpose of this activity is to provide learning experiences to students in real life in the community and contribute to health services, including the introduction of health problems, mobilizing community participation. This KKN activity is carried out for 18 effective days, from January 16 to January 28, 2023, students are in workshops during the activity. The focus of activities in the RT 2 to RT 10 puskesmas area includes the working area of the Anggut Atas Health Center, Anggut Atas Village, Gading Cempaka District, Bengkulu City. The form of activity uses the method of jumping directly and being around residents. Activities are divided into three stages including the Preparation, Implementation and Evaluation stages. prevention and provision of hypertension, DM, rheumatism in the form of STBM, garbage disposal, composting of Posbindu activities, Posyandu, family planning services through individual group counseling and Door to Door activities, demonstrations and simulations of elderly subjects, mothers of toddlers, adolescents and community leaders in particular, 28 elderly people, 15 people with hypertension, 9 people with DM, 8 people with high cholesterol, 15 families who do not have healthy latrines, 15 couples of childbearing age who have not had 15 pairs of contraceptives. It is hoped that the puskesmas can continue to be active in improving the degree of public health in the Anggut Atas Village area. It is expected that cross-program and sectoral cooperation will always provide support and direction to the community in improving health status
OVERVIEW OF ANTIBIOTIC USE USING ATC/DDD METHOD IN KUALA LEMPUING HEALTH CENTER, BENGKULU CITY, 2020-2021 Mitha Selpana; Zamharira Muslim; Avrilya Iqoranny Susilo
Proceeding B-ICON Vol. 2 No. 1 (2023): Proceeding of The 3rd Bengkulu International Conference on Health (B-ICON 2023)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/bicon.v2i1.210

Abstract

The high use of antibiotics in every region of Indonesia causes a high possibility of irrational use of antibiotics. this study is to find out how the use of antibiotics using the ATC/DDD method is described at the Kuala Lempuing Health Center, Bengkulu City in 2020 and 2021. The type of research is descriptive in nature with a purposive sampling technique using the ATC/DDD method on outpatient prescriptions containing antibiotics. The results of this study showed The most widely used antibiotic is amoxicillin. The total value of DDD/1000 KPRJ at the Kuala Lempuing Health Center the total DDD/1000 KPRJ value during 2020 was 3873.4 and in 2021 it increased to 4591.3. This study concludes Amoxicillin is the most widely used antibiotic. The highest total value of DDD/1000 KPRJ at the Kuala Lempuing Health Center occurred in 2021.
IMPLEMENTATION OF PHARMACY STANDARD SERVICE AND RELATED FACTORS IN BENGKULU CITY Laksono, Heru; Susilo, Avrilya Iqoranny; Muslim, Zamharira; Ningsih, Lisma; Febriyanto, Tedy
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 18 No. 3 (2023): Avicenna: Jurnal Ilmiah
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v18i3.5822

Abstract

Introduction: The current development of pharmaceutical science has caused a shift in the orientation of pharmaceutical services from managing drugs as commodities to comprehensive services (pharmaceutical care). Pharmacists are not only drug managers but in a broader sense, include the implementation of rational drug use in the context of patient safety. Method: This research is an analytical observational study with a cross sectional design. The research population in this study were pharmacies operating in Bengkulu City, with samples taken using a purposive sampling technique taking into account the activeness of pharmacies in sending reports. Data collection was carried out by interviewing research respondents using a questionnaire. The Pharmaceutical Service Standard variable uses pharmaceutical standard indicators by referring to Minister of Health Regulation Number 73 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies. Results and Discussion: Overall research results show that pharmaceutical service standards in Bengkulu City pharmacies have not been implemented properly. The results obtained were that there were still 54% of pharmacies that had not implemented service standards for providing information to support the correct and rational use of medicines, monitoring the use of medicines to find out the final destination, as well as the possibility of medication errors. Conclusion: The existence of pharmaceutical service standards in pharmacies aims to improve the quality of pharmaceutical services; guarantee legal certainty for pharmaceutical personnel; and properly protect patients and the pharmaceutical community. The factor that hinders the implementation of pharmaceutical service standards in Bengkulu City pharmacies is the number of prescriptions that must be served every day (p value = 0.039, OR= 2.131). Keyword : Pharmacy ; Pharmaceutical Care; Standard of Service