Ni Made Armini Wiendi
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Perbanyakan In Vitro Dendrobium Indonesia Raya ‘Ina’ melalui Embriogenesis Somatik Berbasis Sistem Bioreaktor Fitri Rachmawati; Ni Made Armini Wiendi; Nurhajati Ansori Mattjik; Agus Purwito; dan Budi Winarto
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 44 No. 3 (2016): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.183 KB) | DOI: 10.24831/jai.v44i3.12816

Abstract

ABSTRACTAn effective and efficient in vitro propagation system has important roles in preparing and producing high quality-seedlings of Dendrobium for commercial scale. The objective of this research was to establish an effective and efficient embryogenic callus (EC) proliferation method using bioreactor system and regeneration EC into plantlet for producing high quality seedlings of Dendrobium Indonesia Raya ‘Ina’. Differences in callus densities (5, 10, 15, and 20 g callus in 250 mL medium), aeration levels (2.5, 5.0, and 10.0 O2 volume  per  medium volume per minute; vvm), and regeneration media half-strength MS and 2 g L-1 NPK (32:10:10) combinated by 0.00, 0.05 mg L-1 BA, 150  mL L-1 coconut water and their combinations were tested in this experiment. The experiments were arranged using randomized completely block design (RCBD) with three replications for EC proliferation and randomized completely desaign (RBD) for EC regeneration. The results showed that combination of  aeration at 2.5 vvm and 10 g of EC was the most suitable aeration level and callus density for proliferation of EC in the 500 ml airlift bioreactor with 6.85 multiplication rate, 92.5% EC formation, and malformed callus morphology as low as 6.1%. The highest somatic embryos (SEs) formation was 87.7% with 44.5 SEs per clump and 92.1% SEs germination with 41.0 germinated-SEs per clump, 85.1% normal germinated-SEs, and whereas the best performance of plantlet was obtained from 1/2 MS + 0.05 mg L-1 BA semi solid medium. Plantlets were successfully acclimatized using Cycas rumphii medium with high survival rate (91.6%). Keywords: aerations, callus densities, germination, media, somatic embryos
Optimasi Produksi Bibit Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Kultivar Granola dengan Teknik Fotoautotrofik Sonya Putri Rai; Ni Made Armini Wiendi
Buletin Agrohorti Vol. 3 No. 1 (2015): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.218 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v3i1.14822

Abstract

Tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi in vitro pada umumnya tidak melakukan fotosintesis, lapisan kutikula dan jaringan pembuluh antara akar dan pucuk tidak berkembang serta stomata belum berfungsi dengan baik sehingga sulit bertahan pada saat aklimatisasi. Teknik fotoautotrofik perlu dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan planlet saat dipindahkan ke kondisi ex vitro. Penelitian ini bertujuan mempelajari respon pertumbuhan kentang kultivar Granola yang dikulturkan dengan sistem fotoautotrofik untuk menyediakan bibit kentang yang unggul dan bermutu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 2, analisis morfologi stomata dilakukan di Laboratorium Mikro Teknik, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 hingga April 2015. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan terpisah. Percobaan pertama menggunakan bahan tanam buku tunggal, percobaan kedua menggunakan bahan tanam pucuk. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor, yaitu konsentrasi gula dan ventilasi. Pada percobaan pertama diperoleh bahwa peningkatan konsentrasi gula nyata meningkatkan jumlah daun dan buku tunas kentang (Solanum tuberosum). Interaksi gula yang rendah dan penambahan ventilasi menyebabkan peningkatan jumlah stomata dan kloroplas serta mengecilnya diameter stomata daun. Sebanyak 45 % planlet yang ditumbuhkan pada media dengan konsentrasi gula 25 gL-1 dengan ventilasi 1 serta 67 % planlet dari media gula 25 gL-1 dengan ventilasi 2 mampu bertahan selama aklimatisasi dan diduga dapat digunakan untuk produksi bibit. Pada percobaan 2 tidak terdapat planlet yang mampu bertahan pada tahap aklimatisasi.
Pengaruh Pemberian Auksin (NAA) dengan Sitokinin (BAP, Kinetin dan 2ip) terhadap Daya Proliferasi Tanaman Kantong Semar (Nepenthes mirabilis) Secara In Vitro Bagus Setyo Yudhanto; Ni Made Armini Wiendi
Buletin Agrohorti Vol. 3 No. 3 (2015): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.589 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v3i3.15799

Abstract

Auksin dan sitokinin umumnya digunakan sebagai zat pengatur tumbuh secara in vitro. Sudah ditemukan bahwa kombinasi auksin (NAA) dan sitokinin (BAP, kinetin, dan 2ip) untuk proliferasi tunas Nepenthes mirabilis secara in vitro. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor, auksin sebagai faktor pertama dan sitokinin sebagai faktor kedua. Kombinasi auksin dan sitokinin yang digunakan adalah NAA: 1 dan 2 mg / l sedangkan BAP, kinetin, dan 2ip masing-masing sebanyak 0, 2,5, dan 5 mg / l. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke media Murashige dan Skoog (MS). Hasil terbaik untuk proliferasi tunas yaitu perlakuan tanpa sitokinin dan tambahan NAA 1 mg / l sebanyak 5,2 tunas dalam 10 minggu.
Proliferasi Tunas Adventif Tagetes (Tagetes erecta L.) Kultivar African Crackerjack dengan BAP, GA3, dan IAA Secara In Vitro Muhammad Baidowi; Ni Made Armini Wiendi
Buletin Agrohorti Vol. 5 No. 1 (2017): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.428 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v5i1.15893

Abstract

Tujuan penelitian ini mempelajari proliferasi tunas adventif eksplan hipokotil, epikotil, dan kotiledon Marigold (Tagetes erecta L.) secara in vitro dengan kombinasi BAP, GA3, dan IAA. Percobaan pertama adalah mengenai sterilisasi benih. Eksplan percobaan dua dan tiga adalah epikotil, hipokotil, dan kotiledon dari kecambah aseptik. Eksplan epikotil berhasil terproliferasi sedangkan hipokotil dan kotiledon tidak terproliferasi karena oksidasi fenol. Interaksi BAP dan IAA berpengaruh nyata pada induksi kalus epikotil pada semua minggu pengamatan, sedangkan interaksi BAP dan GA3 tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Komposisi media MS ditambah IAA dan BAP berhasil menginduksi kalus 70.7% dari eksplan epikotoil, 49.3% dari eksplan kotiledon, 53% dari hipokotil. Komposisi media MS ditambah GA3 dan BAP berhasil menginduksi kalus 60% dari eksplan epikotoil, 48% dari eksplan kotiledon, 46% dari hipokotil. Pada percobaan dua, media MS dengan 0.87 mg L-1 IAA + 0.5 mg L-1 BAP dan media MS dengan 0.43 mg L-1IAA + 0.5 mg L-1BAP terbaik dalam menginduksi tunas adventif eksplan epikotil. Pada percobaan tiga, proliferasi tunas adventif tertinggi pada media MS dengan 1.73 mg L-1GA3 + 1.5 mg L-1 BAP. IAA berpengaruh nyata pada eksplan bertunas pada satu 1 MSP, tunas per eksplan pada 3 MSP, dan daun pertunas pada 4 MSP dan 5 MSP, sedangkan BAP berpengaruh nyata pada induksi kalus pada 1 MSP, eksplan bertunas pada 3 MSP, dan tunas per eksplan pada 3 MSP. Pada percobaan tiga, GA3 berpengaruh nyata pada pembentukan akar pada 4 MSP dan 5 MSP, sedangkan BAP berpengaruh nyata pada proliferasi tunas per eksplan pada 3 MSP.
Proliferasi In Vitro Plb Anggrek Dendrobium lasianthera Hasil Induksi Mutasi Genetik dengan Kolkisin Melalui Penambahan Benzyl Adenine Gilar Bawonoadi; Ni Made Armini Wiendi; . Krisantini
Buletin Agrohorti Vol. 5 No. 2 (2017): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.327 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v5i2.16791

Abstract

Dendrobium lasianthera merupakan spesies anggrek yang endemik di Papua. Proliferasi atau perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan merupakan salah satu alternatif dalam memperbanyak spesies tanaman dengan jumlah individu yang terbatas. Keragaman karakteristik pada tanaman hias, baik yang bersifat alami atau hasil dari induksi mutasi, dianggap penting dalam menentukan nilai ekonomisnya. Pengembangan protokol produksi membutuhkan penelitian terkait media yang sesuai untuk memperbanyak tanaman. Penelitian dilakukan dengan mengkulturkan eksplan anggrek Dendrobium lasianthera berupa plb (protocorm-like body) dari anggrek D. lasianthera yang telah diinduksi mutasi melalui perendaman dalam larutan mutagen kolkisin pada penelitian sebelumnya. Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan pertumbuhan 960 eksplan dari 16 kombinasi perlakuan (termasuk kontrol) perendaman kolkisin ditumbuhkan pada media MS0 yang ditambahkan sitokinin BA (6-Benzyladenine) sebanyak 1 mgL-1 dan 2 mgL-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dengan kombinasi perlakuan perendaman yang berbeda memiliki kemampuan pertumbuhan yang berbeda secara nyata, dilihat dari jumlah daun, akar, plb dan tunas baru yang terbentuk selama periode pengamatan.Perbedaan dalam konsentrasi BA dalam media tidak menunjukkan respon yang berbeda nyata dalam jumlah daun dan akar baru yang terbentuk, namun nyata meningkatkan jumlah tunas baru yang terbentuk dan mempercepat pembentukan tunas. Eksplan yang ditumbuhkan pada media BA 1 mgL-1 memiliki rata-rata waktu awal pembentukan tunas yang lebih singkat dibandingkan dengan media BA 2 mgL-1. Beberapa planlet hasil induksi mutasi menunjukkan perbedaan fenotipe dari planlet kontrol berupa bentuk daun yang berbeda.
Perbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith melalui Proliferasi Tunas Adventif Secara In Vitro Tubagus Kiki Kawakibi Azmi; Ni Made Armini Wiendi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.634 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.3.115-123

Abstract

ABSTRACTThis research was  aimed  to determine the effects of  BAP and medium on adventitious  shoot proliferation of  Paphiopedilum  glaucophyllum  J.J.  Smith in vitro. Plantlet of 1 year 9 months old from  seed  germination  in  vitro  on modified  Knudson  C  medium  was  used  as  an  explant.  This research was arranged in a Factorial Design with three  replications. The first factor was different concentration of BAP, consisting  of 1 and 2 mg L-1(All combination medium were added with 0.5 mg L-12.4-D). The second factor was different concentration of macro and micro nutrient from MS (Murashige and Skoog) and KC (Knudson C) medium, consisting  of 1, ¾, ½, and ¼ concentrationsof macro and  micro  nutrient.  The  result  showed  that  plantlets  failed  to  response to  the  entireadventitious  shoot  proliferation  combination  medium  within 16 weeks.  Concentration  of  medium affected to  leaves and root growth. The optimum growth was achieved at ¾ concentration of macro and micro nutrient from KC medium, combined with 2 mg L-1BAP for leaves growth and 1 mg L-1BAP for root growth. BAP affected callus  induction. The highest percentage of callus induction  was achieved at 1 mg L-1BAP (48.61%).Key words: BAP, KC, MS, medium, proliferation. ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh zat pengatur tumbuh BAP dan media MS (Murashige  &  Skoog)  dan  KC  (Knudson  C)  terhadap kemampuan proliferasi  tunas  adventif Paphiopedilum  glaucophyllum  J.J.Smith  secara  in vitro.  Bahan  tanaman  yang  digunakan  adalah planlet hasil pengecambahan biji secara in vitro  yang telah berumur 1 tahun 9 bulan yang  diperoleh dari Pusat Konservasi Tumbuhan,  Kebun Raya,  Bogor.  Penelitian  menggunakan Rancangan Acak Lengkap  (RAL)  dengan  dua  faktor  perlakuan  yang  disusun secara  faktorial  dengan  tiga  ulangan. Faktor  pertama  adalah  BAP  yang terdiri  dari  1  dan  2  mg  L-1,  penggunaan  BAP  dikombinasikan dengan 0.5 mg L-1 2.4-D. Faktor kedua adalah media (MS dan KC) dengan konsentrasi hara makro dan mikro masing-masing adalah 1, ¾, ½, dan ¼ konsentrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proliferasi  tunas  adventif  tidak  terjadi pada  semua  perlakuan.  Konsentrasi  media  (MS  dan  KC) berpengaruh nyata terhadap  pertumbuhan  daun  dan  akar.  Pertumbuhan  daun  dan  akar optimum diperoleh  pada  ¾  konsentrasi  hara  makro  dan  mikro  pada kedua jenis  media.  Pertumbuhan  daun tertinggi diperoleh pada media KC ¾ konsentrasi hara makro dan mikro ditambah 2 mg L-1. Media KC  ¾ konsentrasi hara  makro  dan  mikro  ditambah  1  mg  L-1menghasilkan  jumlah  total akar tertinggi.  BAP  berpengaruh  nyata  terhadap  persentase  planlet berkalus.  Jumlah  planlet  berkalus tertinggi diperoleh pada media yang mengandung 1 mg L-1 BAP (48.61%).Kata kunci: BAP, KC, MS, media, proliferasi.
Mutasi Induksi Dendrobium sylvanum var. flava Menggunakan Kolkisin secara In Vitro Musalamah; Ni Made Armini Wiendi; Sri Rianawati
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.541 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.1.54-62

Abstract

ABSTRACTIn Vitro mutation using colchicine on 2 month of self-pollinated protocorm like bodies of Dendrobium sylvanum var. flava was conducted to determine the effects of concentration and immersion duration in colchicine on proliferation of PLBs, and to identify of ploidy variants based on stomatal variable. Research was arranged using factorial completely randomized design with three factors in three replications. The first factor was concentration of colchicine, consisted of five concentrations (0.02; 0.04, 0.06; 0.08; dan 0.1%). The second factor was duration of immersion in the colchicine, consisted of four durations (1; 24; 48; 72 hours). The third factor was proliferation medium consisted of two concentrations of BAP (1; 0.5 mg L-1). Analysis of variance showed the significant effect of colchicine treatment on percentage of survived explants. LD50 in media 1 mg L-1 BAP was obtained at a colchicine concentration of 0.069% with duration immersion of 58.19 hours. On Media 0.5 mg L-1 BAP, LD50 was obtained at colchicine concentration of 0.054% with duration immersion of 47.63 hours. Percentage of solid polyploid mutant of Dendrobium sylvanum var. flava can not be determined on MV2 generation because the stomata leaf showed chimeras based on the chloroplast number in cell guard and stomata size.Keywords: colchicines, Dendrobium sylvanum, mutation, number of chloroplast stomatal density.ABSTRAKMutasi dengan kolkisin pada PLBs hasil selfing Dendrobium sylvanum var. flava umur 2 bulan dilakukan secara In Vitro dengan tujuan mempelajari pengaruh konsentrasi kolkisin, durasi perendaman dalam kolkisin, media proliferasi terhadap pertumbuhan PLBs Dendrobium sylvanum var. flava serta mengidentifikasi variasi ploidi berdasarkan variabel stomata. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3 Faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama ialah konsentrasi kolkisin yang terdiri atas 5 taraf (0.02; 0.04, 0.06; 0.08; dan 0.1%). Faktor kedua ialah durasi perendaman yang terdiri atas 4 taraf (1; 24; 48; 72 jam). Faktor ketiga ialah media proliferasi media V&W yang ditambah BAP terdiri atas 2 taraf (1; 0.5 mg L-1). Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh kolkisin yang nyata terhadap variabel persentase hidup. LD50 pada media 1 mg L-1 BAP diperoleh pada konsentrasi 0.069 % dengan durasi perendaman 58.19 jam. Pada media 0.5 mg L-1 BAP, LD50 diperoleh pada konsentrasi 0.054 % dengan durasi perendaman 47.63 jam. Persentase mutan poliploid pada MV2 Dendrobium sylvanum var. flava ini belum dapat ditentukan karena stomata daunnya masih kimera berdasarkan karakter jumlah kloroplas sel penjaga dan ukuran stomata.Kata kunci: Dendrobium sylvanum, jumlah kloroplas, kerapatan stomata, kolkisin, mutasi.
Induksi mutasi Stevia rebaudiana dengan perendaman kolkisin secara in vitro (Induced mutation of Stevia rebaudiana through colchicine soaking in vitro) Masna Maya SINTA; Ni Made Armini WIENDI; Syarifah Iis AISYAH
E-Journal Menara Perkebunan Vol 86, No 1 (2018): April, 2018
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.959 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v1i1.277

Abstract

Stevia rebaudiana Bert. is a plant producing steviol glycosides that have 200-300 times sweeter than sucrose. These steviol glycosides are produced in the leaves and then spread to all parts of the plant including stems. The use of superior stevia planting material is important for stevia sugar industry. One of the stevia breeding programme is to increase genetic diversity through colchicine soaking to produce polyploid plants. Polyploid plants usually have higher vigor than diploid plants. The purpose of this research was to induce genetic diversity of stevia through colchicine soaking in vitro. Single nodes of sterile stevia clone BS were soaked in colchicine at the concentration of 0.01; 0.02; 0.04; 0.08 and 0.1% for 48 and 72 hours, and in sterile aquadest as a control. Plantlet subcultures were done until MV4 (mutant vegetative 4). Putative mutants were observed by plantlet vigor and stomata analyses on MV5. Vigor of plantlets was observed by counting the number of leaves, nodes, roots, fresh weight and dry weight of the plantlet. Stomata analysis was performed by calculating stomata density, stomata size and chloroplast number in stomata guard cells. Results showed that colchicine soaking treatment increased significantly fresh weight and dry weight of putative mutants. Colchicine soaking treatment increased chloroplast number on stomata guard cell and stomata size, but decreased stomata density. Stevia soaked in colchicine for 48 hours at concentration 0.01-0.04% produce putative mutants with high chromosome numbers. [Key words: poliploidy, stomata, chloroplast, mutant]AbstrakStevia rebaudiana Bert. merupakan tanaman penghasil glikosida steviol yang memiliki tingkat kemanisan 200-300 kali lebih tinggi dibandingkan sukrosa. Glikosida steviol ini diproduksi di daun yang kemudian disalurkan ke bagian tanaman lainnya termasuk batang. Penggunaan klon terbaik stevia merupakan salah satu kunci penting keberhasilan industri gula stevia. Salah satu program pemuliaan tanaman stevia adalah meningkatkan keragaman tanaman melalui mutasi dengan kolkisin sehingga menghasilkan tanaman poliploid. Tanaman poliploid umumnya memiliki vigor lebih baik dibandingkan tanaman diploid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keragaman stevia melalui peren-daman kolkisin in vitro. Buku tunggal steril stevia klon BS direndam dalam kolkisin dengan konsentrasi 0,01; 0,02; 0,04; 0,08 dan 0,1% selama 48 dan 72 jam dengan perendaman dalam air steril sebagai kontrol. Sub kultur dilakukan hingga MV4 (mutan vegetatif 4). Pengamatan mutan putatif dilakukan meliputi analisis morfologi dan stomata pada MV5.  Analisis morfologi dilakukan dengan mengamati jumlah daun, buku, akar, bobot basah serta bobot kering planlet. Analisis stomata dilakukan dengan menghitung kerapatan stomata, ukuran stomata serta jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata. Hasil menunjukkan bahwa perendaman stevia pada kolkisin meningkatkan bobot basah serta bobot kering stevia in vitro. Perlakuan perendaman kolkisin meningkatkan jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata serta ukuran stomata namun menurunkan kerapatan stomata. Perendaman stevia selama 48 jam pada konsentrasi kolkisin 0,01-0,04% menghasilkan mutan putatif dengan jumlah kromosom tertinggi.[Kata kunci: poliploidi, stomata, kloroplas, mutan]
Optimalisasi Pengembangan Pertanian Modern melalui Program ”Ngariung Tani” (Studi Kasus: Desa Sindangsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur) Amelia Paramitha Mahanani; Lailatul Qodriyah Agne Verawati; Ni Made Armini Wiendi
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) Vol. 2 No. 3 (2020): Juni 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.887 KB)

Abstract

Currently the development of the concept of modern agriculture that is used combines two concepts, namely optimization of agricultural production through improving technology and improving the quality of crop yields using the latest technology that reflects the modernity in the agricultural world. "Ngariung Tani" is carried out by means of discussion between farmers and students, and PPL as an intermediary between students and farmers. This activity aims to discuss issues of agriculture and agricultural cultivation in the village of Sindangsari where most people earn a living as farmers. The increasing insight of students about the practice of rice cultivation and problems, especially those in the village of Sindangsari and the increasing insight of farmers about the modern agricultural system is an indicator of the success of discussion activities in community service. Keywords: agriculture, cultivation, Sindangsari, technology
Regeneration of Raja (Musa AAB Group) and Kepok (Musa ABB Group) bananas on various stages of in vitro culture Shafira Puti Nazihah; Megayani Sri Rahayu; Ni Made Armini Wiendi
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 51 No. 1 (2023): Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy)
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.906 KB) | DOI: 10.24831/ija.v51i1.46196

Abstract

Banana group can be divided into two groups based on their method of its utilization. Banana group that can be eaten immediately after ripening is called "dessert banana", e.g., Raja, while the group that needs particular processing before consumption is called "plantain banana", e.g., Kepok. This study aimed to compare the growth of Raja banana with Kepok plantain through experiments at three stages of the in vitro culture media: the shoot initiation, shoot multiplication, and plantlet acclimatization, also to compare the growth of Raja bananas with Kepok plantains in response to cytokinins BAP and TDZ at shoot multiplication stage. Planting material was in the form of rhizomes that was prepared with the same size. The experiment was performed using a completely randomized design. Results showed that Kepok plantain could adapt faster to the media condition than Raja banana; the phenomenon was evident in the growing speed of Kepok during shoot initiation stage. The proportion of the B genome did not show a direct effect on shoot induction at the multiplication stage or enlargement and organ formation at the acclimatization stage. Shoot induction at the multiplication stage depended more on the composition of the media used. The combination of BAP 3 mg L-1 and TDZ 0.01 mg L-1 in MS media produced the best shoot induction rate, and TDZ 0.01 mg L-1 in MS media had the highest shoot elongation rate. Keywords: banana, BAP, genome, PGR, plantain, TDZ