Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Isolasi dan Uji Antibakteri Minyak Daun Sirih Hijau dan Merah Terhadap Streptococcus mutans. Rizkita, Aden Dhana; Cahyono, Edy; Mursiti, Sri
Indonesian Journal of Chemical Science Vol 6 No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Chemical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research is to identify the chemical content and compare the antibacterial effect of Piper betle L and Piper crocatum R oil against Streptococcus mutan. Betel oil is made at 100%, 75%, 50%, 25% concentration and amoxicillin 0.2% as positive control and propylene glycol as negative control. The research method started with oil isolation using distillation of steam and water then identified the content using GC-MS. Antibacterial activity was tested against Streptococcus mutans by disc diffusion method. The results of this research indicate that Piper betle L and Piper crocatum R oil contains terpenoid group compounds. After being characterized using GC-MS, betel oil contains 5 major active compounds that have antibacterial activity that is Sabinene, Myrsene, Camphene, Germacrene and β - Chariophillene. Piper betle oil has better antibacterial properties than Piper crocatum oil with clear zone reaches 10.5 mm while Piper crocatum oil is 7.1 mm.
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SEREH WANGI, SIRIH HIJAU, DAN JAHE MERAH TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS Aden Dhana Rizkita
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati diantaranya adalah daun sereh wangi, sirih hijau dan jahe merah. Ketiga tanaman ini dapat digunakan untuk menghambat atau membunuh bakteri patogen di dalam mulut yaitu bakteri Streptococcus mutans. Review penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya hambat ketiga tanaman herbal tersebut. Metode penelitian ini mengacu pada berbagai literatur. Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa diameter zona hambat ekstrak etanol sereh wangi dengan konsentrasi 5%, 7%, 10%, 15%, dan 20% berturut-turut sebesar 0.00mm, 5.92mm, 6.50mm, 7.88mm, dan 7.92mm. Sedangkan untuk ekstrak daun sirih hijau memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans sebesar 4.90mm, 7.20mm, 10.20mm, dan 12.00mm. Konsentrasi yang efektif terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dalam penelitian ini adalah konsentrasi 20% dan kadar hambat minimum adalah pada konsentrasi 1%. Sedangkan  pada ekstrak jahe merah menunjukan adanya efektifitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi masing-masing 10%, 20%, 40%, 60%, dan 80% sebesar 4.80mm, 4.85mm, 4.98mm, 5.23mm, dan 5.93mm. Kesimpulan dari paparan ini adalah masing-masing tanaman herbal tersebut mampu menghambat bakteri Streptococcus mutans. Aktifitas paling efektif untuk menghambat Streptococcus mutans adalah ekstrak daun sereh wangi karena memiliki daya hambat paling besar diantara ketiga tanaman herbal tersebut  pada konsentrasi 20 %. Kata kunci: daya hambat, ekstrak, Streptococcus mutans
Uji Efektivitas Sediaan Obat Kumur Dari Ekstrak Etanol Daun Prasman (Eupatorium Triplinerve Vahl) Terhadap Streptococcus Mutans Ilham Maulana; Anna Uswatun Hasanah; Rahmadhani Tyas; Aden Dhana Rizkita
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kesehatan Mahardika
Publisher : LPPM ITEKES Mahardika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54867/jkm.v9i1.96

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas sediaan obat kumur dari ekstrak etanol Daun Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas dari ekstrak etanol Daun Prasman terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Metode yang digunakan dalam pengambilan ekstrak dengan menggunakan metode maserasi. Ekstrak yang dihasilkan kemudian diformulasikan dengan variasi konsentrasi 1%, 2% dan 4% dan kontrol tanpa zat aktif. Pengujian obat kumur yang dilakukan antara lain pengujian organoleptis,pH dan uji aktivitas antimikroba yang dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar untuk menentukan diameter hambatan terhadap Streptococcus mutans dengan menggunakan piperdisk pada Medium Muller Hinton Agar (MNA). Setelah inkubasi 24 jam didapatkan zona hambatan Pada konsentrasi Ekstrak Daun Prasman 4%, 2%dan 1% yaitu sebesar 11,66 mm, 10,5 mm, dan 9,01 mm sedangkan formula kontrol negatif sebesar 7 mm. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4% memberikan daya hambat yang lebih efektif
Effect Of The Extraction Methods On The Identification Of Caffeine In The Extract Of Dragon Fruit Peel Reza pratama saputra; Nurlita Julianti; Azhari Firmansyah; Rhamal Amir; Aden Dhana Rizkita; Sintia Ayu Dewi
Indonesian Journal of Chemical Science Vol 12 No 3 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijcs.v12i3.75304

Abstract

Dragon fruit is a fruit that is abundantly available in Indonesia. Dragon fruit peel of Hylocereus sp. has become an increasingly popular natural ingredient in the food and beverage industry as it contains rich nutrients that can improve heart health, maintain healthy skin, support weight loss, boost our immune system, and make the body refreshed, including bioactive compounds such as alkaloids. The aim of this study was to identify the most effective extraction method in isolating caffeine compounds from dragon fruit peels. The methods used were maceration, percolation, reflux and fractionation extraction methods. Then for analysis using chromatography method KLT plate Silica Gel GF 254 and compound analysis using HPLC with flow rate of 2 ml/min, pump pressure 75 kgf/cm2, oven temperature 45o C, maximum temperature 85o C, wavelength 275 nm and isocratic eluent flow mode. Based on the research that has been done, it can be concluded that to determine the content of compounds in dragon fruit peel can be done by maceration, percolation and reflux methods. There is caffein at a retention time of 0.7 minutes
A REVIEW ARTICLE: ANTIOXIDANT ACTIVITY IN KALAKAI (Stenochlaena palustris): ARTIKEL REVIEW: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA KALAKAI (Stenochlaena palustris) Oksal, Efriyana; Ayuchecaria, Noverda; Agnestisia, Retno; Ariska, Risya; Tampubolon, Mulani Jeni Lestari; Dewi, Sintia Ayu; Maulana, Ilham; Rizkita, Aden Dhana
ALOTROP Vol. 7 No. 2 (2023): Alotrop 2023
Publisher : University of Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/alo.v7i2.29209

Abstract

Kalakai (scientific name Stenochlaena palustris) is a type of fern that is often used by the people of Kalimantan as a vegetable. The Kalakai plant which grows a lot in the lowland swamp areas of Central Kalimantan is a type of fern plant. Kalakai contains high levels of minerals, vitamin C, folic acid, and protein when compared to other local vegetables in Palangka Raya, Central Kalimantan. The active compounds that act as antioxidants in kalakai are flavonoids and phenols. Flavonoids and phenols act as free radical scavengers to prevent diseases that attack the body thereby strengthening the body's immunity. Traditionally, kalakai is consumed by the Dayak people. This article is a review article that uses the descriptive literature study method to find scientific information or research that proves coherently the benefits or applications of the kalakai. Kalakai which activity as an antioxidant has health benefits such as being able to increase hemoglobin levels so that it can prevent anemia has cytotoxicity in MCF-7 breast cancer cells and prevents antihyperlipidemic by reducing Low-density lipoprotein (LDL).
Understanding the structural foundation of mucroporin peptide as a potential anti-COVID-19 candidate: Computational methods Fakih, Taufik Muhammad; Ramadhan, Dwi Syah Fitra; Rizkita, Aden Dhana
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 11 No 2 (2023)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v11i2.41302

Abstract

.
REVIEW ARTIKEL : NANOEMULSI PERAK KOMBINASI KAYU MANIS DAN APLIKASINYA SEBAGAI LOZANGE NR Selay, Risma Eka Putri; Rizkita, Aden Dhana; Ananda, Lintang Tri; ismiati, Silfia; Maulidian, Yuda
Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains Vol 7 No 1 (2023): Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains
Publisher : Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58365/ojs.v7i1.212

Abstract

Nanoemulsi perak combain kayu manis dan aplikasinya sebagai lozange dengan menggunakan tumbuhan ekstrak kayu manis yang bisa menjadi inhibitor terhadap reseptor asetilcolin nicotinate yang terkandung dalam nikotin. Kayu manis (Cinnamomum verum) merupakan salah satu tanaman yang kulit batang, cabang, dan dahannya dapat digunakan sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah satu komoditas eksport Indonesia serta dapat memiliki nilai lebih jika dibuat dalam bentuk sediaan hard candy lozange . Oleh karena itu, review artikel ini dibuat untuk memberikan informasi berbagai hasil penelitian bahwa nanoemulsi perak combain kayu manis dengan menggunakan tumbuhan ekstrak kayu manis dapat menghambat reseptor asetilkolin nikotinat yang terkandung dalam nikotin. Ekstrak kulit kayu manis ini didapat dengan proses metode maserasi dan metode ultrasonic. Selanjutnya nanoemulsi ekstrak kayu manis yang sudah terbentuk itu dilakukan karakterisasi berdasarkan ukuran partikel potensial zeta dan gugus fungsi. Dilakukan pengujian fitokimia pada ekstrak kayu manis diantaranya pengujian alkaloida, flavonoid, tannin, saponin, steroid dan triterpenoid. Selain dilakukan pengujian fitokimia, terdapat pengujian interaksi kayu manis dengan reseptor yang terdapat dalam nikotin yaitu asetilkolin nikotinat. Terdapat sembilan ligan yang terdapat dalam kayu manis, tetapi setelah diuji menggunakan analisa docking di autodock hanya tiga ligan yang memiliki afinitas yang tinggi yaitu sisquiterpen, fenol dan linalool yang dapat menghambat nAChRy3 (4zk4) dan nAChRy7 (3sq9) sebagai reseptor peran nikotin.
REVIEW JURNAL : PENERAPAN NANO EMULSI DALAM UPAYA PENURUNAN KASUS TINGKAT TUBERKULOSIS Wahyuni, Nisa Sri; Baety, Shelly Siti Nour; Alwia, Nisa; Rizkita, Aden Dhana; Hafidz, Muhammad Rafi
Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains Vol 7 No 1 (2023): Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains
Publisher : Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58365/ojs.v7i1.217

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme cepat korosif, tuberkulosis dapat ditularkan dengan adanya tetesan yang mengandung basil, dan bergantung pada jumlah tuberkel yang terhirup dan daya tahan tubuh seseorang yang terinfeksi tuberkulosis. Dengan adanya peningkatan penyakit TBC pasar farmasi mengembangkan pengobatan pada teknologi pembentukan formulasi dalam bentuk nano yang memiliki banyak keunggulan diantaranya dapat mengurangi degradasi enzimatik dan dapat mengontrol laju pelepasan obat. Akibatnya, aksesibilitas obat dapat dibuat menjadi nanoemulsi. Nanoemulsi adalah kerangka pembawa obat sebagai emulsi dan memiliki ukuran molekul 20-500 nm. Senyawa allicin dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis, dan curcumin berhasil memberantas TB mikroorganisme. Tujuan review jurnal ini untuk memberikan informasi mengenai pembuatan nanoemulsi dari bahan alam ekstrak umbi daun bawang putih (Alliun sativum) dan daun kelor (Moringa oleifera Lamk) yang dapat menghambat dan memberantas penyakit tuberkulosis. Pembuatan nanoemulsi menggunakan beberapa metode antara lain ekstraksi, homogenisasi, dan maserasi. Bahan yang digunakan pada ekstrak daun kelor adalah propilen glikol, etanol 96%, VCO, tahap air pendukung fosfat. Sedangkan pada ekstrak umbi bawang putih adalah PEG 400, Virgin Coconut Oil (VCO), Tween 80, etanol 96%, dan aquadest. Surfaktan dan pelarut yang digunakan untuk kedua ekstrak tersebut adalah tween 80 dan 96% etanol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nanoemulsi pada ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dengan menggunakan hasil konsentrasi Virgin Coconut Oil (VCO) 8%. Dari ketiga susunan formulasi pada pengujian stabilitas nanoemulsi, tidak ada perubahan pada pengujian organoleptik, pada uji pH formulasi I dan II tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hasil yang ditunjukkan pada nilai p-Value 1.000 dan 0,225 (>0,05). Pada formulasi III menghasilkan perbedaan secara signifikan yang ditunjukkan pada nilai p-Value 0,038 (0,05). Sedangkan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) sebanyak 20% menghasilkan nanoemulsi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi 30%, pada perlakuan campuran antara kecepatan 30.000 rpm, dengan suhu ruang sekitar (27-30°C) dan waktu pengadukan selama 20 menit. Pada uji coba kedua ekstrak tersebut, setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil nanoemulsi yang stabil dan memiliki kelarutan yang baik.
REVIEW JURNAL : ENKAPSULASI GELATIN TULANG IKAN LELE Rizkita, Aden Dhana; Gibran, Syahrul Syah; Rohman, Ayu Andini Rizki Lestari; Saldaw, Antan; Yohanes, Kon
Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains Vol 7 No 1 (2023): Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains
Publisher : Praeparandi : Jurnal Farmasi dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58365/ojs.v7i1.218

Abstract

Sediaan yang mengandung satu jenis obat atau lebih dan dimasukkan ke dalam cangkang disebut kapsul. Cangkang kapsul dapat terbuat dari gelatin. Gelatin dapat ditemukan pada kulit atau tulang beberapa hewan, seperti sapi dan ikan. Tulang ikan lele juga dapat digunakan sebagai sumber gelatin. Oleh karena itu, review artikel ini dibuat untuk memberikan informasi berbagai hasil penelitian mengenai bagaiman membuat dan melakukan evaluasi cangkang kapsul dari tulang ikan lele Clarias garepinus. Metode penelitian yang digunakan untuk enkapsulasi gelatin tulang ikan lele menggunakan metode asam menghasilkan bubuk gelatin dari tulang ikan lele. Uji gelatin menunjukkan pH 4,85 dan kadar air 13,5%. Setelah mengubah jumlah gelatin yang digunakan, gelatin yang dihasilkan kemudian dipisahkan menjadi dua formula (formula I mengandung 25 gram gelatin dan formula II mengandung 35 gram gelatin). Dari uji yang di dapatkan formula 1 menghasilkan cangkang kapsul yang rapuh dan formula 2 menghasilkan cangkang kapsul yang tidak rapuh. Dalam uji coba kerapuhan di dapatkan hasil bahwa cangkang kapsul formula 2 memenuhi standar karena cangkang kapsul yang di hasilkan tidak rapuh. Setelah di lakukan penelitian dari beberapa jurnal dapat di simpulkan bahwa gelatin tulang ikan lele hampir memenuhi standar dan cangkang kapsul yang terbuat dari tulang ikan lele memenuhi standar.
Sosialisasi Cara Mendeteksi Kandungan Boraks pada Makanan Menggunakan Bahan Dapur Rizkita, Aden Dhana; Julianti, Nurlita; Ayu, Putri Diah; Fathimah Azzahra, Erica Ardhana
Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas
Publisher : Universitas Ekuitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52250/p3m.v7i2.619

Abstract

One of the dangerous food factors is the discovery of borax in food. Borax is a preservative that is not intended for food preservatives. Turmeric contains a curcumin compound which is capable of being an indicator for borax detection with color change parameters. The purpose of this research is to provide knowledge to the community around the campus to understand the method of early detection of borax on August 1, 2022 in the form of community service for the Bachelor of Pharmacy Study Program in the pharmaceutical chemistry scientific cluster. The method used is a lecture by giving a presentation of material related to borax followed by a demonstration of how to detect borax. The results of the service will have an impact on the knowledge of the community around the Stikes Bogor Husada campus about identifying food ingredients that contain borax in order to reduce the risk of exposure to borax by using turmeric which contains curcumin as a natural indicator of borax detection by providing an indicator of color change in food samples if it contains borax. The conclusion from this activity is that there is an increase in knowledge from the ignorance of the community around the Bogor Husada Stikes campus by using an assessment matrix in the form of a questionnaire conducted before and after the activity takes place whereby 43.3% increase in knowledge about borax, 83.3% increase in knowledge about how to identification of borax, and 85% increase in knowledge about the use of turmeric as a means of detecting borax. Keywords: Turmeric, curcumin, borax, food preservative, natural indicator. Abstrak Salah satu faktor makanan yang membahayakan adalah dengan ditemukannya boraks pada makanan. Boraks adalah bahan pengawet yang tidak diperuntukan untuk pengawet makanan. Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang mampu menjadi indikator untuk mendeteksi boraks dengan parameter perubahan warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat sekitar kampus untuk memahami metode dini deteksi boraks pada Tanggal 1 Agustus 2022 dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat Prodi S1 Farmasi rumpun keilmuan kimia farmasi. Metode yang digunakan yaitu ceramah dengan memberikan pemaparan materi terkait boraks dilanjutkan dengan demonstrasi cara mendeteksi boraks. Hasil pengabdian akan berdampak bagi pengetahuan masyarakat sekitar kampus Stikes Bogor Husada tentang identifikasi bahan makanan yang mengandung boraks agar mengurangi resiko paparan boraks dengan cara penggunaan kunyit yang mengandung kurkumin sebagai indikator alami deteksi boraks dengan memberikan indikator perubahan warna pada sampel makanan jika mengandung boraks. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah ada peningkatan pengetahuan dari ketidak tahuan masyarakat sekitar kampus Stikes Bogor Husada dengan menggunakan matriks penilaian berupa kuisioner yang dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan berlangsung dimana sebesar 43,3% peningkatan pengetahuan tentang boraks, sebesar 83,3% peningkatan pengetahuan tentang cara identifikasi boraks, dan sebesar 85% peningkatan pengetahuan tentang penggunaan kunyit sebagai cara mendeteksi boraks. Kata kunci: Kunyit, Kurkumin, Borak, Pengawet Makanan, Indikator Alami