Nurul Annisa
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian "Farmaka Tropis", Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara Sarini Pani; Melisa I. Barliana; Eli Halimah; Ivan S. Pradipta; Nurul Annisa
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 4 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2722.634 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.4.280

Abstract

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Monitoring penggunaan antibiotik diperlukan dalam mendukung program pemerintah khususnya Dinas Kesehatan yang menyatakan penggunaan antibiotik untuk penyakit ISPA non-pneumonia adalah kurang dari 20%. Evaluasi penggunaan antibiotik ini menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Antibiotik yang digunakan untuk ISPA non-pneumonia adalah sebanyak 9 jenis dan antibiotik yang masuk dalam DU90% sebanyak 3 jenis yaitu amoksisilin 500 mg (2,723 DDD/1000 pasien-hari), siprofloksasin (0,378 DDD/1000 pasien-hari) dan sefadroksil (0,202 DDD/1000 pasien-hari). Analisis data secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD menunjukkan bahwa antibiotik yang banyak digunakan adalah amoksisilin (500 mg) 2723 DDD/1000 pasien-hari dan yang paling sedikit yaitu amoksisilin (125 mg/5 ml) 1,5 DDD/1000 pasien-hari. Efek peresepan penggunaan antibiotik jangka pendek pada pelayanan pengobatan dasar dapat meningkatkan kejadian resistensi. Diperlukan studi kualitatif untuk mengetahui pola ketidakrasionalan penggunaan antibiotik di pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dan mengembangkan model intervensinya.Kata kunci: ATC/DDD, DU 90%, ISPA non-pneumonia antibiotikMonitoring the Use of Antibiotics by the ATC/DDD Method and DU 90%: Observational Studies in Community Health Service Centers in North Gorontalo DistrictIrrational use of antibiotics may lead to increase morbidity and mortality. Monitoring of antibiotics was required to support government programs, especially The Department of Health stating the use of antibiotics for non-respiratory diseases pneumonia was less than 20%. The evaluation of antibiotics use in this research applied ATC / DDD methods and DU 90%. The antibiotic used for non-pneumonia ARI were 9 types and the antibiotics contained DU 90% were three types namely amoxicillin 500 mg (2,723 DDD/1000 patients-year), ciprofloxacin (0,378 DDD/1000 patients-day) and cefadroxil (0,202 DDD/1000 patients-day). Quantitative data analysis using the ATC / DDD indicated that the most used antibiotic was amoxicillin (500 mg) 2723 DDD / 1000 patients-day and the least was amoxicillin (125 mg / 5 ml) 1.5 DDD / 1000 patients-day. The effects of short-term use of antibiotic prescribing in primary medical care could increase the resistance. Qualitative studies were needed to determine the pattern of irrational antibiotic use in community health service center and to develop the intervention model.Keywords: ARI non-pneumonia antibiotics, ATC/DDD, DU 90%
Pengaruh Drug-Drug Interactions (DDI’s) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Salah Satu Rumah Sakit Di Samarinda Nurul Annisa; Risna Agustina
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 2 (2015): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Prosiding Seminar Nasional Kefa
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.166 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v2i1.36

Abstract

Banyak faktor yang mengakibatkan target terapi tidak tercapai dalam suatu pengobatan, salah satunya adalah terjadinya interaksi obat-obat. Hipertensi merupakan penyakit dengan kemungkinan besar komplikasi yang akan berdampak dalam penggunaan obat yang kompleks atau polifarmasi serta penggunaannya dalam jangka waktu yang panjang sehingga meningkatkan pula risiko terjadinya interaksi obat-obat. Interaksi obat-obat didentifikasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian target terapi hipertensi. Studi kohort retrospektif ini dianalisis dengan chi-square. Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi obat-obat yang didentifikasi melalui drugs.com database memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya target terapi hipertensi (<140/90 mmHg) terhadap penurunan tekanan darah sistol (p value 0,03) dan diastol (p value 0,01). Pasien yang mengalami interaksi obat-obat berisiko mengalami tekanan darah sistol tidak terkontrol (?140 mmHg) sebesar 3,30 kali lebih besar dibandingkan pasien yang di dalam terapinya tidak mengalami interaksi obat-obat (95% CI 1,10-9,86). Pasien yang mengalami interaksi obat-obat berisiko mengalami tekanan darah diastol tidak terkontrol (?90 mmHg) sebesar 4,00 kali lebih besar dibandingkan pasien yang di dalam terapinya tidak mengalami interaksi obat-obat (95% CI 1,33-12,03). Dibutuhkan penelitian lain yang serupa dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan data dikumpulkan secara prospektif untuk mengetahui interaksi obat-obat aktual.
Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Ayu Ulfa Sari; Nurul Annisa; Arsyik Ibrahim; Laode Rijai
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 4 (2016): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Prosiding Seminar Nasional Kefa
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.927 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v4i1.157

Abstract

Daun alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang sudah sejak lama dikenal masyarakat indonesia serta digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan konsentrasi efektif dari fraksi n-heksan, etil asetat dan n-butanol. Pengujian daun alpukat ini menggunakan metode disc diffusion dengan mengamati Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum. Bakteri yang diujikan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Konsentrasi fraksi yang digunakan yakni 0,5%, 1%, 3%, 5% dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan adanya potensi antibakteri pada semua fraksi daun alpukat yang ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar paper disk. Zona bening terbesar adalah 10,09 mm diperoleh dari fraksi n-heksan dengan konsentrasi 10% pada biakan bakteri Escherichia coli.
Pengaruh Pemberian Leaflet dan Reminder Terhadap Outcome Terapi dan Kepatuhan Pasien Hipertensi Geriatrik di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Rinda Aulia Utami; Nurul Annisa; Victoria Yulita Fitriani; Adam M. Ramadhan
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 4 (2016): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Prosiding Seminar Nasional Kefa
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.017 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v4i1.196

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia yang merupakan penyakit degeneratif yang berakibat polifarmasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian leaflet dan reminder terhadap ketercapaian outcome terapi dan kepatuhan pasien. Pemberian leaflet dan reminder merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektifitas terapi dan kepatuhan pada pasien geriatrik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experimental prospektif dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian leaflet dan reminder pada rata-rata perbandingan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah dengan nilai p value yaitu 0,020 sedangkan pada rata-rata perbandingan tekanan darah diastol sebelum dan sesudah tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai p value yaitu 0,173 dan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemberian leaflet dan reminder terhadap kepatuhan responden hipertensi geriatrik dengan p value yaitu 0,915. Pengontrolan gaya hidup pada pasien hipertensi geriatrik dengan pengaruh pemberian konseling tambahan dari apoteker diharapkan untuk dapat di teliti lebih lanjut.
Cost Minimalization Analysis (CMA) dan Cost Efectivness Analysis (CEA) Antibiotika Profilaksis dan Paska Bedah Sesar Terindikasi di Salah Satu Rumah Sakit Samarinda Arniah Arniah; Nurul Annisa; Laode Rijai
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 5 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.906 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v5i1.218

Abstract

Bedah sesar adalah melahirkan janin melalui pembedahan di abdomen dan uterus. Komplikasi bedah sesar dapat terjadi sekitar 30-85%, hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan antibiotik yang bervariasi dengan biaya yang bervariasi pula sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui antibiotik profilaksis dan paska bedah dengan biaya yang lebih minimal serta mengetahui antibiotik profilaksis dengan efektivitas yang lebih baik pada kasus bedah sesar. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dengan teknik populasi sampling pada pasien bedah sesar terindikasi di salah satu rumah sakit di Samarinda periode Juni 2015-Juni 2016. Data dianalisis menggunakan metode evaluasi ekonomi Cost Minimalization Analysis (CMA) dan Cost Effectivness Analysis (CEA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotika profikasis yang paling banyak digunakan adalah seftriakson (166 kali) dan seftazidim (36 kali). Antibiotika paska bedah yang paling banyak digunakan adalah sefadroksil (117 kali) dan siprofloksasin (66 kali). Hasil analisis menunjukkan bahwa total biaya perawatan pasien dengan antibiotik profilaksis seftriakson adalah sebesar 9.179.784,- dan seftazidim adalah 9.105.537,- sedangkan antibiotik paska bedah sefadroksil sebesar 9.542.964,- dan siprofloksasin sebesar 8.843.990,-. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotika profilaksis seftazidim lebih efisien dibandingkan seftrikson. Sedangkan untuk antibiotika paska bedah siprofloksasin lebih efisien dibandingkan sefadroksil berdasarkan metode evaluasi ekonomi CMA. Antibiotik profilaksis pada kasus bedah sesar yang lebih efektif adalah seftazidim daripada seftiakson berdasarkan metode evaluasi ekonomi CEA.
Kajian Kesesuaian Pemilihan Antibiotik Empiris pada Pasien Sepsis di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Arwin Widi Astutik; Nurul Annisa; Rolan Rusli; Arsyik Ibrahim
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 5 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.45 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v5i1.219

Abstract

Terapi antibiotik empiris merupakan salah satu komponen penunjang keberhasilan terapi sepsis. Pemilihan antibiotik empiris harus rasional, adekuat dan tepat untuk menghindari terjadinya resistensi dan mengurangi mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk studi pada pasien sepsis yang meliputi karakteristik pasien sepsis, pola penggunaan antibiotik empiris, pola sensitivitas dan resistensi bakteri terhadap antibiotik, dan menilai kesesuaian pemilihan antibiotik empiris berdasarkan hasil kultur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif pada bagian rekam medis, dengan kriteria inklusi, subjek penelitian adalah pasien diagnosa sepsis, dewasa, dan dirawat inap di ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda selama periode Januari-Oktober 2016. Antibiotik empiris yang digunakan adalah sefotaksim 16 kali penggunaan dengan resistensi sebesar 87,5% dan seftriakson 30 kali penggunaan dengan resistensi sebesar 80%. Kesesuaian antibiotik berdasarkan uji sensitivitas bakteri menunjukkan persentase kesesuaian adalah 8,69%.
Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Sempaja Samarinda Mi’atu Khabbah; Welinda Dyah Ayu; Nurul Annisa; Rolan Rusli
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 5 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.868 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v5i1.233

Abstract

Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat diukur dengan membandingkan antara harapan pasien terhadap kualitas pelayanan kefarmasian yang diinginkan dengan kenyataan yang diterimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasien dan pelaksanaan standar minimal pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Penelitian observasi deskriptif dilakukan terhadap 270 responden menggunakan metode incidental sampling. Data dikumpulkan melalui kuisioner kepuasan pasien dan standar pelayanan minimal di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,75% responden puas terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas. Standar pelayanan waktu tunggu resep di bagian farmasi Puskesmas dapat dikatakan baik dan hampir memenuhi standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Kesesuaian Waktu Pemberian Obat Hemodialisa Di RSUD A.W Sjahranie Samarinda Nur Anggreani; Rolan Rusli; Nurul Annisa
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 5 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.946 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v5i1.236

Abstract

Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dialyzer) ke dalam dialysate. Pemberian obat pada penyakit hemodialisa ditinjau berdasarkan kesesuaian obat (terdialisis atau tidak) serta waktu pemberian obat (sebelum atau sesudah hemodialisis). Tujuan dari penelitian ini mengetahui kesesuaian obat pada pasien dengan hemodialisis. Studi ini merupakan penelitian observasi dan data disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat-obatan yang pemberiannya sesuai adalah amlodipine, calos, amoxicilin, dan isosorbit dinitrat. Obat-obatan yang tidak sesuai pemberiannya adalah asam folat, diazepam, valsartan, tramadol dan furosemide.
Kajian Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (SMC) Fatma Sari; Nurul Annisa; Laode Rijai
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 6 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.305 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v6i1.252

Abstract

Gagal ginjal gronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan yang bersifat persisten dan menetap. Pasien gagal ginjal kronik umumnya disertai dengan penyakit penyerta lain sehingga meningkatkan kompleksitas pengobatan dan meningkatnya jumlah penggunaan obat yang juga akan meningkatkan potensi Drug Related Problems (DRP’s). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, pola pengobatan dan mengidentifikasi DRP’s pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (SMC). DRP’s yang diidentifikasi adalah interaksi obat potensial. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Populasi penelitian adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (SMC) periode Januari 2017- Agustus 2017 dan diperoleh 21 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik didominasi oleh perempuan 61,91%, pada kelompok usia 46 – 55 tahun (lansia awal) 57,14 %. Penyakit penyerta terbanyak adalah Diabetes Melitus 30,76%. Jumlah penggunaan obat responden umumnya menggunakan 6 – 10 obat sebanyak 10 pasien (47,62 %) dengan penggunaan terbanyak obat sistem kardiovaskular 31,66%. DRP’s yang ditemukan yaitu interaksi obat, berdasarkan dengan presentase tingkat keparahan yaitu mayor 1,72%, moderate 53,45 dan minor 44,82%.
Observasi Klinik Perubahan Kadar Malondialdehid pada Perokok dan Non-Perokok dengan Pemberian Minuman Antioksidan Jus Buah Naga Merah (H.Polyrhizus) Pasuria Panjaitan; Nurul Annisa; Laode Rijai
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 6 (2017): Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.989 KB) | DOI: 10.25026/mpc.v6i1.257

Abstract

Malondialdehid (MDA) adalah salah satu biomarker terjadinya stres oksidatif akibat adanya radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C Weber) Britton & Rose) terhadap kadar MDA urin pada responden perokok dan non-perokok. Pemberian jus buah naga merah dilakukan selama 7 hari dengan dosis 200 gram/orang. Diukur kadar MDA responden perokok dan non-perokok pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan ke-7 dan dianalisis menggunakan metode TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Substance) yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada ?= 531 nm. Hasil yang diperoleh untuk rata-rata penurunan kadar MDA urin pada 5 responden perokok secara berturut-turut adalah 1,140;0,527;0,421;0,038;0,052 mg/dl (rata-rata= 0,435 mg/dl). Sedangkan 3 responden non-perokok, terjadi penurunan kadar MDA urin yaitu 1,033;0,505;0,842 mg/dl (rata-rata=0,793 mg/dl) dan terjadi kenaikan MDA urin pada 2 responden non-perokok yaitu 0,123;0,271 mg/dl (rata-rata=0,197 mg/dl). Dari data observasi klinik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C Weber) Britton & Rose) memiliki aktifitas sebagai antioksidan.