Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

The Renal Toxicity of Welding Fumes in Heavy Equipment Manufacturer Workers Mulyana, Mulyana; Adi, Nuri P.; Kurniawidjaja, Meily Kurniawidjaja; Pratami, Vani N.; Wijaya, Andi; Yusuf, Irawan
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.437 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.199

Abstract

Exposure to welding fumes in the workplace has been associated with decreasing renal function. We studied renal function parameters in men workers from heavy equipment manufacturer exposed to welding fumes. This study aimed to evaluate renal function status among worker exposed to welding fumes. A case-control design, random study, was conducted among welder (35 subjects) and nonwelder (35 subjects) with more than 1 years experience in the same job task in a heavy equipment manufacturer. All subjects were completed physical examination, informed consent, questionnaire and laboratory tests. Renal function was easured as creatinine serum using enzimatic method. Urinary heavy metals level was analyzed using inductively coupled plasma mass spectrometry. Comparisson analysis between group was performed to determined median level for each variable. Linear regressionmodel was developed to predict renal function function parameter status urinary heavy metals level as variable. This study showed there were higher creatinine serum, chromium, iron, manganese and nickel in welder than non welder(p<0.05). After multivariate analysis, urinary nickel is a predictor for renal function status among welder. Exposure to welding fumes was significantly correlated with renal function status in welder. Nickel is the predictive variable for renal function. Although statistically significant but in clinical field needs carefully interpreting data.Keyword: Nickel, renal function, welder, welding fumesToksisitas Renal Uap Las pada Pekerja Industri Alat BeratPajanan uap las di tempat kerja telah dihubungkan dengan penurunan fungsi ginjal. Dalam penelitian ini, kami menguji status fungsi ginjal pada pekerja pria yang terpajan uap las di industri alat berat. Penelitian ini mengevaluasi status fungsi ginjal pada pekerja terpajan uap las, dengan desain kontrol kasus, acak, dilakukan pada 35 subjek pengelas dan 35 bukan pengelas yang telah bekerja paling tidak 1 tahun dengan jenis pekerjaan yang sama di industri alat berat. Seluruh subjek telah melakukan pemeriksaan fisik,pengisian form kesediaan setelah penjelasan, kuesioner, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar kreatinin dilakukan dengan metode enzimatik. Pemeriksaan kadar logam berat dalam urin dengan inductively copled plasma mass spectrometry. Dilakukan analisis perbandingan untuk membedakan nilai median antar kelompok. Dilakukan juga analisis multivariat untuk menentukan variabel prediksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa status fungsi ginjal pada pekerja las lebih rendah dibandingkan dengan bukan pengelas. Nikel urin merupakan variabel prediksi yang bermakna terhadap penurunan fungsi ginjal. Walaupun secara statistik diketahui bermakna, namun dalam penggunaan klinis harus dilakukan interpretasi dengan hati-hati.Kata kunci: Fungsi ginjal, nikel, pengelas, uap las
Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain pada Perawat di Rumah Sakit Kurniawidjaja, L. Meily; Purnomo, Edy; Maretti, Nadia; Pujiriani, Ike
Majalah Kedokteran Bandung Vol 46, No 4 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perawat berisiko tinggi nyeri pinggang bawah. Tujuan penelitian ini menilai faktor risiko akivitas fisik dan sarana kerja yang dominan dapat menimbulkan low back pain (LBP) pada perawat di ruang Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat Rumah Sakit di Jakarta serta memberikan rekomendasi pengendalian risiko LBP. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas berisiko tinggi LBP, metode rapid entirebody assessment (REBA) menilai tingkat risiko ergonomi, kuesioner dan Nordic body map menilai faktor risiko lainnya serta keluhan LBP, desain potong lintang untuk analisis asosiasi, pengukuran dan analisis untuk menilai alat kerja. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi LBP cukup tinggi pada perawat UGD di RSUD Tarakan tahun 2013 (61,1%) dan perawat rawat inap di RS Bhayangkara tahun 2012 (31,8%), namun rendah pada perawat UGD di RSS bila dibandingkan dengan hasil survei global (43,1–87%); aktivitas yang dominan menimbulkan LBP adalah membungkuk dan angkat angkut pasien. Didapatkan hubungan yang bermakna postur membungkuk (p=0,031; OR=1,18–133,89), sudut lengkung punggung (p=0,024; OR=1,65-196,31), dan transfer pasien (p=0,011; OR=5,22–176,83) dengan tingkat risiko LBP. Simpulan, aktivitas fisik perawat dan sarana kerjanya dapat menyebabkan LBP sehingga disarankan menyediakan sarana kerja yang adjustable serta ‘meja’ dinding di toilet untuk pengukuran urin, memenuhi rasio perawat-pasien minimal, SOP, mendidik perawat agar mampu melakukan pengendalian.. Kata kunci: Ergonomi, low back pain, perawatErgonomic Risk Control on Low Back Pain among Hospitals' NursesAbstract Nurses are at high risk of low back pain (LBP). This study aimed to assess physical activities and working facilities as the risk factors that can lead to LBP in nurses in the wards and the emergency units of several hospitals in Jakarta  to provide recommendations for controlling the risk of LBP. Observations were performed to identify high-risk activities and the rapid entire body assessment (REBA) method was used to assess the ergonomic risk. Questionnaires and Nordic body map were also used to assess the other risk factors and LBP-related complaints. In addition, the cross-sectional design for association analysis, measurement and analysis to assess the working tools were also applied. The results showed that the prevalence of LBP among nurses was higher in the RSUD Tarakan emergency unit in 2013 (61.1%) and RS Bhayangkara wards in 2012 (31.8%). In the private hospital  emergency unit, the LBP is lower compared to the results of a global survey (43.1–87%). The dominant causes of LBP were bending and patient-lifting. A significant association was evident between the risk level of LBP and bending posture (p=0.031, OR=1.18–133.89), curved spine angle (p=0.024, OR=1.65–196.31), and patients transfer (p=0.011, OR=5.22–176.83). In conclusion, nurse physical activities and their work facilities can induce LBP. Therefore, it is suggested to provide adjustable facilities and wall-mounted tables in the toilets for urine measurements. Meeting the the minimum nurse: patient ratio, providing SOPs, and educating the nurses to control the risks of LBP are also needed.Key words: Ergonomic, low back pain, nurse DOI: 10.15395/mkb.v46n4.342
The Renal Toxicity of Welding Fumes in Heavy Equipment Manufacturer Workers Mulyana Mulyana; Nuri P. Adi; Meily Kurniawidjaja Kurniawidjaja; Vani N. Pratami; Andi Wijaya; Irawan Yusuf
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.075 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.199

Abstract

Exposure to welding fumes in the workplace has been associated with decreasing renal function. We studied renal function parameters in men workers from heavy equipment manufacturer exposed to welding fumes. This study aimed to evaluate renal function status among worker exposed to welding fumes. A case-control design, random study, was conducted among welder (35 subjects) and nonwelder (35 subjects) with more than 1 years experience in the same job task in a heavy equipment manufacturer. All subjects were completed physical examination, informed consent, questionnaire and laboratory tests. Renal function was easured as creatinine serum using enzimatic method. Urinary heavy metals level was analyzed using inductively coupled plasma mass spectrometry. Comparisson analysis between group was performed to determined median level for each variable. Linear regressionmodel was developed to predict renal function function parameter status urinary heavy metals level as variable. This study showed there were higher creatinine serum, chromium, iron, manganese and nickel in welder than non welder(p<0.05). After multivariate analysis, urinary nickel is a predictor for renal function status among welder. Exposure to welding fumes was significantly correlated with renal function status in welder. Nickel is the predictive variable for renal function. Although statistically significant but in clinical field needs carefully interpreting data.Keyword: Nickel, renal function, welder, welding fumesToksisitas Renal Uap Las pada Pekerja Industri Alat BeratPajanan uap las di tempat kerja telah dihubungkan dengan penurunan fungsi ginjal. Dalam penelitian ini, kami menguji status fungsi ginjal pada pekerja pria yang terpajan uap las di industri alat berat. Penelitian ini mengevaluasi status fungsi ginjal pada pekerja terpajan uap las, dengan desain kontrol kasus, acak, dilakukan pada 35 subjek pengelas dan 35 bukan pengelas yang telah bekerja paling tidak 1 tahun dengan jenis pekerjaan yang sama di industri alat berat. Seluruh subjek telah melakukan pemeriksaan fisik,pengisian form kesediaan setelah penjelasan, kuesioner, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar kreatinin dilakukan dengan metode enzimatik. Pemeriksaan kadar logam berat dalam urin dengan inductively copled plasma mass spectrometry. Dilakukan analisis perbandingan untuk membedakan nilai median antar kelompok. Dilakukan juga analisis multivariat untuk menentukan variabel prediksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa status fungsi ginjal pada pekerja las lebih rendah dibandingkan dengan bukan pengelas. Nikel urin merupakan variabel prediksi yang bermakna terhadap penurunan fungsi ginjal. Walaupun secara statistik diketahui bermakna, namun dalam penggunaan klinis harus dilakukan interpretasi dengan hati-hati.Kata kunci: Fungsi ginjal, nikel, pengelas, uap las
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEKERJA SEKTOR PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN COVID-19: TINJAUAN SISTEMATIS Ahmad Mabruri; L. Meily Kurniawidjaja
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 6, No 1 (2021): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v6i1.6274

Abstract

Pekerja Sektor Pelayanan Kesehatan (PSPK) mempunyai risiko tinggi untuk tertular COVID-19. Diperlukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai dasar perumusan kebijakan dan program pengendalian dan pencegahan COVID-19. Tujuan dari tinjauan sistematis ini untuk mengidentifikasi dan menelaah melalui sintesis naratif hasil penelitian terkait hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, sikap dan perilaku PSPK dalam menghadapi pandemi COVID-19. Tinjauan sistematis ini menggunakan metode PRISMA. Dari penyaringan abstrak dan teks lengkap didapatkan tujuh jurnal. Seluruh jurnal menggunakan metode penelitian cross sectional dan data dikumpulkan secara daring terdiri dari karakteristik sosiodemografi, pengetahuan, sikap dan perilaku PSPK dalam pencegahan COVID-19. Dari tujuh hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik, sedangkan untuk variabel sikap, tidak semua penelitian menunjukkan hasil yang baik, ada beberapa penelitian yang mendapatkan hasil sikap yang kurang baik.Kata Kunci: tenaga kesehatan; COVID-19; pengetahuan; sikap; perilaku
Lung Function Status of Workers Exposed to Welding Fume: A Preliminary Study Mulyana Mulyana; Nuri Purwito Purwito Adi; Meily L Kurniawidjaja; Andi Wijaya; Irawan Yusuf
The Indonesian Biomedical Journal Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v8i1.196

Abstract

BACKGROUND: Exposure to welding fume in the workplace was associated with lung function disorders and occupational asthma. In this study, we determined lung function parameters in men workers exposed to welding fumes from heavy equipment manufacturer. This study is a preliminary study of biomonitoring program in worker exposed to welding fume as our main study. METHODS: A study with case-control design, random study, was conducted among welder (59 subjects) and non-welder (34 subjects) with more than one year experience in the same job task in a heavy equipment manufacturer. All subjects completed physical examination, informed consent, questionnaire and lung function status. Lung function status was measured by spirometer with vital capacity (VC), forced vital capacity (FCV), forced expiratory volume in one second (FEV1) and ratio of FEV1/FVC as test parameters. Linear regression model was developed to identify the risk factor of lung function parameter status using age, working period and smoking status as variables. RESULTS: This study showed that there were significant lower VC, FVC and FEV1 in welder than non-welder, but not difference in ratio of FEV1/FVC. However, there was no significant difference among welder from foundry and fabrication plan. By multivariate analysis, working period was found as a risk factor for lower parameters in lung function among welder. CONCLUSION: Lung function parameters status were significantly lower in welder than non-welder, and working period was the most important indicator for lung function status evaluation among welder. KEYWORDS: vital capacity, VC, forced vital capacity, FCV, forced expiratory volume in one second, FEV1, lung function, ratio of FEV1/FVC, working period 
KEPATUHAN PERILAKU CUCI TANGAN TENAGA KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19: A SYSTEMATIC REVIEW Wahyuni Wahyuni; Meily Kurniawidjaja
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i1.2907

Abstract

Introduction: Health care handwashing behavior can significantly reduce health care-related infections (HAI) incIuding Covid-19. It is an effective, easier and cheaper step, but many factors affect it so that the compIiance of hand washing heaIth workers during the Covid-19 pandemic is stiII quite Iow. The purpose of this study is to anaIyze factors that affect the compIiance of handwashing heaIth workers during the Covid-19 pandemic. Method: This study is a systematic review using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta AnaIyses) method using two articIe search engines nameIy Pubmed and Science Direct, using the keyword "CompIiance OR Adherence AND Hand hygiene OR Hand washing AND HeaIthcare worker AND Covid-19" which is sought both separateIy and simuItaneousIy. ResuIts: the variabIe factors most often found to affect compIiance with heaIth care handwashing behavior are knowIedge, gender, age, and attitude, foIIowed by training variabIe, profession, supervisor support, hand washing faciIities, patient capacity/workIoad and sociaI/co-worker support and other factors. Conclusion: knowIedge factors, gender, age and attitude are the most common factors found to affect compIiance with the hand washing behavior of heaIth workers. It is necessary to prevent, controI and intervention programs carried out by hospitaIs to improve handwashing compIiance of heaIth workers by giving attention to these factors so that the spread of Covid-19 in heaIth workers can be reduced.
FAKTOR RISIKO GANGGUAN OTOT DAN TULANG RANGKA AKIBAT KERJA PADA PEKERJA PERKANTORAN: A SYSTEMATIC REVIEW Nurul 'Afifah Hijami; L. Meily Kurniawidjaja
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i1.2972

Abstract

Gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja (Gotrak) menjadi salah satu penyakit yang paling umum terjadi. Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis faktor risiko gotrak pada pekerja bagian perkantoran. Studi ini merupakan studi systematic review menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses) dengan dua mesin penelusuran artikel yaitu PubMed dan Science Direct. Penelusuran dalam studi ini menggunakan kata kunci “Work-related Musculoskeletal Disorder OR MSDs OR Wmsds AND Office Worker”. Variabel faktor risiko gotrak pada pekerja perkantoran yang paling banyak ditemukan yaitu postur janggal, jenis kelamin, usia, faktor psikososial, durasi kerja, desain tempat kerja, tuntutan kerja, lama kerja, dan diikuti beberapa faktor risiko lainnya. Postur janggal, jenis kelamin, dan umur merupakan variabel faktor risiko yang paling banyak ditemukan mempengaruhi kejadian gotrak. Perlu dilakukan pengendalian untuk menurunkan kejadian gotrak pada pekerja perkantoran dengan memperhatikan faktor-faktor variabel yang ada.
ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN COVID-19 PADA KARYAWAN PERKANTORAN KEMENTERIAN KESEHATAN Puspita Tri Utami; Meily Kurniawidjaja
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 5 No. 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v5i2.1977

Abstract

Corona Virus Disease 19 atau dikenal Covid-19 ditetapkan sebagai pandemic dan bencana nasional pada awal Maret 2020. Berkembangnya mutase virus dengan penularannya cepat meningkatkan kasus terkonfirmasi Covid-19. Peningkatan kasus ini juga terjadi di cluster perkantoran termasuk Kementerian Kesehatan. Sebagai regulator permasalahan kesehatan termasuk dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 ternyata perkantoran Kemententerian Kesehatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 meningkat dari peringkat 4 meningkat menjadi peringkat 1 cluster perkantoran di DKI Jakarta padahal tersedia anggaran, kebijakan dan komite K3L (Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan) dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan komunikasi kebijakan Covid-19 dan Pengetahuan tentang Kebijakan Covid-19 pada karyawan di Perkantoran Kementerian Kesehatan Tahun 2021. Metodologi yang digunakan pada penelitian adalah observational analitik dengan studi potong lintang sebanyak 440 karyawan sejak Januari 2021 hingga Juli 2021. Hasil penelitian menunjukkan jabatan, pendidikan dan pesan berhubungan dengan pengetahuan kebijakan Covid-19. Penerapan komunikasi yang efektif diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan karyawan perkantoran Kementerian Kesehatan tentang kebijakan Covid-19. Kata Kunci: Komunikasi, pengetahuan , kebijakan Covid-19
Hubungan Antara Faktor Individu dan Terjadinya Kelelahan (Fatigue) pada Pekerja Kantor di Masa Transisi Pandemi ke Endemi Covid-19 Magfira Adha Hernayanti; L Meily Kurniawidjaja
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.878 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v3i1.6030

Abstract

Pandemi Covid-19 mengubah hampir di segala aspek kehidupan manusia, termasuk aspek tenaga kerja. Kebijakan Work from Home (WFH), Work Form Office (WFO), dan hybrid (WFH+WFO) menyebabkan jam kerja yang tidak teratur. Hal ini menyebabkan kelelahan (fatigue) pada pekerja di masa transisi pandemi ke endemi Covid-19. Banyak faktor yang menyebabkan kelelahan kerja terjadi, salah satunya faktor individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu (kehidupan sosial keluarga, kualitas tidur, kuantitas tidur, gangguan kesehatan, psikologis, dan perilaku tidak sehat) dengan terjadinya kelelahan pada pekerja kantor di masa transisi pandemi ke endemi Covid-19. Pengambilan data dilakukan menyebarkan kuesioner melalui google form kepada 202 responden pekerja di DKI Jakarta. Analisis statistik bivariat dengan Chi-Square dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda digunakan dengan bantuan perangkat lunak SPSS v 21. Hasil menunjukkan bahwa dari uji Chi-Square, kualitas tidur (p 0,001), gangguan kesehatan (p 0,016), kehidupan sosial keluarga (p 0,012) dan perilaku tidak sehat (p 0,033) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian fatigue. Sementara hasil dari uji regresi logistik model prediksi, variabel kualitias tidur (p 0,017; OR 2,729), gangguan kesehatan (p 0,014; OR 2,484) dan perilaku tidak baik (p 0,010; OR 2,579) memiliki pengaruh terhadap kejadian fatigue. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah kualitas tidur yang tidak baik, adanya gangguan kesehatan dan keadaan psikologis yang kurang baik dapat mempengaruhi kejadian fatigue pada pekerja di DKI Jakarta selama masa transisi pandemi ke endemi Covid-19. 
Gambaran Faktor Psikososial dan Gejala Stres Kerja pada Karyawan Kantor Proyek Pembangunan X Tahun 2021 Vania Widyadhari Haris Putri; L Meily Kurniawidjaja
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.894 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v3i1.6036

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi pekerja terhadap faktor psikososial konteks dan konten pekerjaan serta mengetahui gejala stres kerja yang dikeluhkan karyawan. Variabel dependen adalah gejala stres kerja (fisik, psikologis, kognitif, dan perilaku), sedangkan variabel independen adalah faktor karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, dan tipe kepribadian), faktor psikososial konteks pekerjaan dan kontek pekerjaan. Desain penelitian cross sectional, pengambilan data kuesioner via daring dan melibatkan seluruh karyawan sebanyak 51 orang. Analisis univariat menggunakan perangkat lunak komputer. Persepsi faktor psikososial mengacu pada skor rata-rata, 1,00-3,00 tergolong buruk dan 3,01-5,00 tergolong baik. Hasil mendapatkan faktor psikososial konteks pekerjaan yang dipersepsikan buruk yaitu pengambilan keputusan/kontrol (2,92) dan hubungan rumah-kantor (2,34), sedangkan faktor psikososial konten pekerjaan yang dipersepsikan buruk yaitu lingkungan kerja (2,21), beban kerja/ritme kerja (2,63), dan jadwal kerja (2,03). Kategori stres mengacu pada skor rata-rata, 1,00-2,33 tergolong ringan, 2,34-3,67 sedang, dan 3,68-5,00 tinggi. Gejala stres kerja fisik, psikologis, kognitif, dan perilaku termasuk dalam kategori ringan dengan skor 2,14; 2,22; 2,33; 2,0 secara berurutan dan gejala yang tergolong sedang-tinggi dialami oleh 33,3%, 47,1%, 45,1%, dan 36,3% secara berurutan. Secara keseluruhan, faktor psikososial di kantor proyek pembangunan X tergolong buruk dengan keluhan gejala stres kerja ringan.