Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Persepsi Risiko Berkendara dan Perilaku Penggunaan Sabuk Keselamatan di Kampus Universitas Indonesia, Depok Salihat, Ing Kurnia; Kurniawidjaja, L. Meily
Kesmas Vol. 4, No. 6
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di lingkungan Universitas Indonesia, setiap tahun terjadi peningkatan kejadian kecelakaan. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara persepsi risiko keselamatan berkendara dengan perilaku penggunaan sabuk keselamatan pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan semi kuantitatif dan desain penelitian potong lintang. Partisipan adalah 98 mahasiswa Universitas Indonesia di Kampus Depok, berusia 18-25 tahun yang mengendarai kendaraan sendiri. Faktor internal yang membentuk persepsi risiko keselamatan berkendara secara bermakna adalah pengalaman (nilai p = 0,000) dan kepercayaan (nilai p = 0,008), sedangkan faktor eksternal yang signifikan adalah pengaruh teman (nilai p =0,000). Responden yang mempunyai persepsi risiko keselamatan berkendara yang buruk berisiko tidak menggunakan sabuk keselamatan 72 kali lebih besar [OR 72,46 (15,26; 344,02)] daripada responden yang mempunyai persepsi risiko terhadap keselamatan berkendara yang baik. Perlu dilakukan upaya meningkatkan persepsi risiko antara lain melakukan hazard communication dengan menggunakan pengalaman teman sebagai salah satu sumber informasi bagi individu, disebarluaskan melalui website, pemutaran film kejadian kecelakaan, dan membuat papan informasi yang diletakkan pada gerbang utama, meliputi informasi secara berkala dan berkelanjutan tentang kejadian kematian, cedera, dan luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas. Deaths and injuries caused by traffic accidents has become a public health problem not only in Indonesia but throughout the world. Based on the data of UPTK3LH University of Indonesia, there is increasing incident and accident in campus within the university each year. The aim of this study is to see the relationship between perception of risk driving safety with safety belts usage behavior among the University of Indonesia students, using semi-quantitative approach and cross-sectional research design. Participants were 98 students of University of Indonesia Depok aged 18 to 25 years who drive their own vehicles. With 5% a, 80% power of the test and SPSS 10:00 software, obtained significant internal factors shape the perception of safety risks are the driving experience (p value = 0.000) and confidence (p value = 0.008), whereas a significant external factor is the influence of friends (p value =0.000). Respondents who have bad perceptions of the driving safety risk have a chance of 72 times [OR 72.46 (15.26; 344.02)] for not using safety belts compared to respondents who have a good perception of driving safety risk. Efforts are required to increase the risk perception include hazard communication by using the experience of a friend as one source of information for individuals, spread through websites, film screenings of an accident scene, and create information boards placed at the main gate, from the death scene information, injury, and injuries due to traffic accidents. The most important things is regular socialization
Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta Perkembangannya dalam Praktik Kurniawidjaja, L. Meily
Kesmas Vol. 1, No. 6
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan kerja merupakan masalah setiap individu karena bekerja dibutuhkan semua orang sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejak lama diketahui bahwa bekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau penyakit. Sebaliknya, kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Artikel ini bertujuan memberikan pemahaman tentang konsep, praktik dan manfaat kesehatan kerja bagi para pekerja dan pemberi kerja. Kesehatan kerja seharusnya tidak hanya terfokus pada diagnosis dan pengobatan klinis, tetapi juga mengerjakan rekognisi hazard, penilaian risiko dan intervensi untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko. Lingkupnya diperluas untuk mencegah penyakit dengan cara: (1) penempatan pekerja pada pekerjaan/ jabatan yang sesuai (fit) dengan status kesehatan dan kapasitas kerjanya. (2) program promosi kesehatan pekerja; (3) perbaikan lingkungan kerja; (4) perbaikan pekerjaan; (5) pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya bekerja.; dan (6) surveilans kesehatan pekerja. Indonesia telah meratifikasi konvensi dan rekomendasi ILO yang berhubungan dengan kesehatan kerja. Ada profesional dari multidisiplin dan organisasi profesi melakukan kesehatan kerja di lapangan tersebut, dan banyak pengandil yang lain. Occupational health (OH) is everybody responsibility, because work is human being and decent work is human right, Many work related diseases were documented and stimulated people to do something to overcome it. The objective of this article is to explain the concept, practice and benefit of the occupational health for wokers and employers. The occupational health should not only focus on clinical diagnostic and therapy, but should do hazard recognizing, risk assessment and intervention to eliminate or minimize the risk (risk management method), and widen its scope to prevent diseases by (1) placing the worker in a task adapted to his health status and working capacity; (2) workers’ health promotion program;(3) the improvement of the working environment; (4) the improvement of work; and (5) the development of work organization and working cultures; (6) workers health surveillance. Indonesia had ratified ILO conventions and recommendations related to OH. There are professionals from multidiscipline and organizations conduct OH in the field, and many other OH stakeholders.
Promosi Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Berpola Hidup Sehat pada Kelompok Senam Kurniawidjaja, L. Meily; Erwandi, Dadan; Pujiriani, Ike
Kesmas Vol. 7, No. 9
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendirian grup senam masyarakat perkotaan sering dipicu oleh ancaman penyakit jantung koroner dan stroke (penyakit kardiovaskular). Banyak diantara mereka masih berisiko tinggi penyakit kardiovaskular antara lain berat badan lebih dan kadar kolesterol tinggi serta faktor umur dan genetik, tetapi faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat diturunkan dengan pola hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh metode promosi kesehatan dengan pendekatan siklus rekognisi, analisis, perencanaan, komunikasi, persiapan, implementasi, evaluasi, dan kelanjutan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik ibu-ibu pesenam tentang pola hidup sehat. Penelitian ini menggunakan pretest and posttest design untuk menilai hasil intervensi pada 60 orang berusia rata-rata 58,26 tahun dan hampir semua (93,33%) adalah perempuan pada dua kelompok senam di Kelurahan Pulogadung selama 10 bulan. Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan nilai posttest (58%) pengetahuan peserta, peningkatan sikap dengan mau berbagi menu sehat dan mengisi alat pantau diri, serta peningkatan keterampilan berpola hidup sehat berupa menyusun menu sehat, bersenam minimal empat kali seminggu, tidur 7-8 jam perhari dan cukup istirahat. Selain itu, kelompok ini berhasil menyusun buku Masak Makanan Sehat. Disarankan kegiatan ini dapat diteruskan dengan penyajian dan diskusi makanan bijak secara berkala sekali dalam dua bulan dengan menggunakan dana yang terkumpul dari iuran sukarela. Urban exercise groups are often triggered by the perception of the severity and threat of coronary heart diseases and stroke (cardiovascular disease). But many of them are still high in cardiovascular disease risk i.e.overweight and high cholesterol. Cardiovascular disease risk factors can be reduced by healthy lifestyle. This study aimed to assess the effectiveness of recognition, analysis, planning, communication, preparation, implementation, evaluation and continuity health promotion strategy in enhancing the knowledge, attitude and practice of healthy lifestyle among the exercise group members. Pretest and posttest design was used to assess the effectiveness of 10 months intervention among 60 participants aged 58,26 (27-93) year old, most of them (93,33%) were ladies from two exercise groups in Kelurahan Pulogadung. The intervention improved the score of pre-posttest (58%), the willingness to share the healthy menu and to fill the healthy lifestyle self-monitoring form, and to practice healthy lifestyle e.g. cooking the prudent food, minimum 4 times a week exercise, 7-8 hours sleeping and enough leisure time. Additionally, this groups had successfully produced The Multiethnic Healthy Food Cooking book. It was concluded these health promotion model could enhance the healthy lifestyle of the exercise group members.