Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Effect of Thermal Stress on Urine Specific Gravity, Blood Pressure, and Heartbeat Among Underground Miners Puspita, Nurul; Ramdhan, Doni Hikmat; Ulfa, Nurul Farekha; Indriani, Asiyah
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v13i2.7896

Abstract

Underground miners highly exposed to thermal stress hazard. Closed condition, heavy work load, and limited ventilation are the common cause of high environment temperature in underground mining. Thermal stress can influence metabolism and physiological function of human body. The objective of these study is to investigate the effect of thermal stress to physiological (bodyweight, blood pressure, urine specific gravity, and heartbeat) of underground miners. This study is observational cross sectional study with 42 underground miners. Thermal stress level is 147.14 Wm2 and categorized as unrestricted zone. These study showed that urine specific gravity, blood pressure, and heart beat on underground miners were change after shift work, while the body weight changes were not observed. The relation among TWL with blood pressure, urine specific gravity, and heartbeat is low category.
Urban Air Pollution and Testosterone Plasma Level of Traffic Policemen in Jakarta Ramdhan, Doni Hikmat; Modjo, Robiana; Rachmawati, Sutrani; Kurniasari, Fitri
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 15, No 3 (2020)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v15i3.20719

Abstract

This study aims to investigate the concentration of traffic air pollution and the level of testosterone, fasting glucose, cortisol, and lipid profile among traffic police in Jakarta. Testosterone plasma and blood biochemicals in traffic police and the police officer were analyzed using ELISA kit. Air quality data from the Regional Environmental Agency (BPLHD) Jakarta 2012 were used for the characterization of exposure. The analysis used a t-test and linear regression test to show the relationship levels of pollutants exposure with the effects of reproductive dysfunction (p<0.05). The average plasma levels of testosterone in the traffic police 543.6 ± 170.5 mg/dL, which is higher than the police at the office 456.2 ± 133.2 mg/dL. The average plasma cholesterol levels of police at the office is 212.3 ± 42.0 mg/dL, which is higher than the traffic police 200.0 ± 40.2 mg/dL. On average fasting glucose levels police at the office is 90.0 ± 13.1 mg/dL, while traffic police 84.2 ± 5.9 mg/dL. The testosterone levels of traffic police are higher than the official police, and traffic police exposed to pollutants have lower fasting glucose levels than police officers in offices. Keywords: PM, plasma testosterone, reproductive function.
Pajanan Personal PM2.5 dan Perubahan Biokimia Darah pada Petugas Penyapu Jalan Ramdhan, Doni Hikmat; Fajriyah, Nurul; Yuniarti, Astri
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.2.89-94

Abstract

Latar belakang: Pajanan partikulatjalan raya akibat hasil pembakaran bahan bakar kendaraan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang dimulai dari perubahan kadar biokimia darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan biokimia darah pada sampel terpajan partikulatdan tidak terpajan partikulat..Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penyapu jalan raya yang bekerja membersihkan sampah dan kotoran di jalan raya. Melalui teknik purposive sampling didapatkan51 sampel yang diambil darahnya untuk diuji oleh laboratorium dan melihat kadar glukosa, insulin, hs-CRP, MDA dan TNF-α. Data dianalisis dengan uji t independen dan uji kai kuadrat.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa, insulin, MDA dan TNF-α pada kelompok terpajan partikulatdan kelompok tidak terpajan partikulat(p=0,025; p=0,001; p=0,006; p=0,039).  Namun, tidak terdapat perbedaan kadar hs-CRP pada kelompok terpajan partikulatdan kelompok tidak terpajan partikulat(p=0,169).Simpulan: Disimpulkan bahwa pajanan partikulat halus atau ukuran diameter kurang 2.5 μm dapat berpengaruh terhadap kadar biokimia darah pada pekerja yang terpajan secara terus menerus, dilihat dari terdapat perbedaan pada glukosa, insulin, MDA dan TNF-α pada kedua kelompok sampel. ABSTRACTTitle: PM2.5 Personal Exposure and Blood Biochemical Changes among Road SweeperBackground: Highway particulate exposure due to the burning of vehicle fuel can cause health problems that begin with changes in blood biochemical levels. This study aims to determine whether there are differences in the biochemical blood samples exposed to PM2.5 and unexposed to PM2.5.Methods: This study is a descriptive-analytic with a cross-sectional design study. The population is the road sweeper who works cleaning trash and dirt on the highway. Through a purposive sampling technique, 51 blood samples were taken to be tested by the laboratory and looked at glucose, insulin, hs-CRP, MDA and TNF-α levels. Data were analyzed by independent t-test and chi-square test.Result: there were differences in the levels of glucose, insulin, MDA and TNF-α between exposed of PM2.5 and unexposed groups of PM2.5 (p = 0.025, p = 0.001, p = 0.006, p = 0.039). However, there was no difference in the levels of hs-CRP in the PM2.5 exposed group and the PM2.5 unexposed group (p = 0.169).Conclusion: The conclusion was that exposure to fine particulate or PM2.5 can affect the blood biochemical level in workers who exposed continuously, seen from differences in glucose, insulin, MDA and TNF-α in both groups of samples.
Studi Awal Pajanan Personal Active Pharmaceutical Ingredients (API) Prednisolone pada Pekerja PT. XY MIRZA DEFRIANDI; DONI HIKMAT RAMDHAN
Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2022): Afiasi
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afiasi.v7i1.197

Abstract

Abstrak Sektor industri farmasi merupakan bidang industri penting yang menghasilkan obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan pasien serta selalu memastikan keselamatan pasien dalam mengkonsumsi produknya. Akan tetapi pajanan terhadap API (Active Pharmaceutical Ingredients) pada pekerja masih sangat sedikit dilakukan penelitian dan dapat memberikan dampak Kesehatan pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan tablet obat Prednisolone yang termasuk OHC (Occupational Hazard Category) 4 berpotensi terpajan bahan aktif farmasi dan melakukan mengumpulkan data pajanan pekerjaan di fasilitas produksi obat sediaan padat. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pajanan debu pada pekerja dibagian MPF (Multi Product Facility), yang dimulai dari proses penimbangan, pengayakan, granulasi, cetak tablet dan pengemasan primer. Banyaknya sampel yang diambil berdasarkan jumlah pekerja pada masing-masing proses masing-masing 3 sampel. Total 15 sampel diuji oleh laboratorium eksternal yang selanjutnya hasil uji dibandingkan dengan OEL (Occupational Exposure Limit) dari Prednisolone yaitu sebesar 9 µg/m3. Hasil Penelitian menunjukkan pajanan API di lokasi produksi ini bervariasi mulai 0.89 µg/m3 sampai 182.81 µg/m3. Pekerja di bagian proses penimbangan beresiko sangat tinggi terpajan serta pekerja di bagian pengayakan, granulasi dan cetak tablet. Disimpulkan bahwa pekerja di bagian pembuatan obat tablet pada bagian MPF beresiko terpajan bahan aktif farmasi yang disebabkan karena beberapa tahapan proses dilakukan secara manual dan sistem terbuka, sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian dan perbaikan secara komprehensif untuk melindungi pekerja. Kata kunci: Active Pharmaceutical Ingredients (API), Occupational Hazard Category (OHC), Occupational Exposure Limit (OEL), Prednisololone.
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA SEKTOR KONSTRUKSI Siti Nurmala Dewi; Doni Hikmat Ramdhan
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i1.3172

Abstract

Indonesia telah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memiliki tren peningkatan suhu sekitar 0.03 °C setiap tahunnya sehingga diperkirakan akan meningkatkan risiko penyakit terkait panas di Indonesia. Peningkatan suhu diprediksi akan menimbulkan kerugian ekonomi karena penurunan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah atau penyakit terkait panas lainnya dan peningkatan angka kematian. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan tekanan panas terhadap tekanan darah pekerja sektor konstruksi area indoor dan outdoor proyek Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan desain crosssectional dan menggunakan analisa data univariat dan bivariat. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis proporsi dua populasi dan diambil dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana berjumlah 185 pekerja dengan rincian 126 area outdoor dan 59 area indoor. Variabel dalam penelitian ini adalah tekanan panas dan tekanan darah. Tekanan panas diukur menggunakan alat Thermal Environment Monitor QuestTemp 34o dan anemometer. Sedangkan tekanan darah setelah bekerja diukur menggunakan Spygmomanometer (Merk Omron tipe HEM-7130). Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 126 pekerja area outdoor, sebanyak 95 orang (75,4%) masuk kategori prahipertensi dan hipertensi pada tekanan darah sistoliknya dan sebanyak 56 orang (44,4%) masuk kategori prahipertensi dan hipertensi pada tekanan darah diastoliknya. Dari 126 pekerja area outdoor, sebanyak 123 orang (97,6%) mengalami tekanan panas diatas Nilai Ambang Batas. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan tekanna darah dengan p value < 0,05. Untuk mencegah peningkatan tekanan darah, perusahaan disarankan segera melakukan pengendalian lingkungan kerja agar risiko penyakit terkait panas dapat diantisipasi. Kata kunci: Konstruksi, Suhu Tubuh, Tekanan Darah, Tekanan Panas
ANALISIS HUBUNGAN INDEKS TEKANAN PANAS DENGAN TINGKAT KELELAHAN KERJA DI PROYEK KONSTRUKSI LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) JABODEBEK DEPO JATIMULYA Raymond Luthfi Hartanindya; Doni Hikmat Ramdhan
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i1.3629

Abstract

Tekanan panas juga diartikan sebagai batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan telah banyak diteliti namun belum banyak yang meneliti hal tersebut di sektor konstruksi pembangunan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara indeks tekanan panas terhadap kelelahan kerja pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berada di proyek yang diambil datanya menggunakan kuesioner dan suhu lingkungan yang diukur menggunakan thermal environmental monitor quest. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks tekanan panas dan kelelahan yang dialami pekerja. Perlu adanya pengendalian dalam bentuk rekayasa teknik, pengaturan shift kerja, pengadaan program kesehatan dan pemakaian coverall berbahan cotton combed yang berfungsi untuk mengurangi pajanan panas yang dialami pekerja.
Hubungan Antara Iklim Keselamatan dengan Perilaku Keselamatan pada Pekerja Proyek PLN PUSMAPRO PST JATENG I Charisha Mahda Kumala; Doni Hikmat Ramdhan
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.548 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v2i1.5247

Abstract

Latar Belakang: Sistem manajemen keselamatan sangat diperlukan untuk penerapan di industri konstruksi dalam mengelola keselamatan di site project. Keberlangsungan sistem yang berjalan dapat dinilai dengan menganalisis hubungan iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan tanpa harus menunggu terjadinya kecelakaan. Tujuan: Menganalisis iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PLN PUSMANPRO di project pembangunan kelistrikan PST JATENG I. Metode: Penelitian cross-sectional ini melibatkan 120 orang pekerja pada Project PLN PUSMANPRO PST JATENG I.  Data primer diperoleh menggunakan kuesioner skala likert yang mengacu pada kuesioner dari beberapa penelitian sebelumnya pada variabel yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil: Pada dimensi iklim keselamatan hasil analisis univariat mayoritas berkategori rendah dan analisis bivariat dengan P value = 0,000 dan nilai correlation 0,402 yang merupakan hubungan positif dan cukup kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang cukup kuat antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan sehingga penerapan keselamatan kerja pada PLN PUSMANPRO PST JATENG I untuk membentuk perilaku keselamatan pada pekerja dapat melalui peningkatan iklim keselamatan serta fasilitas yang mendukung program keselamatan yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan pada proyek.
Ability to Identify Occupational Health and Safety (OHS) Hazards in Small Sized Enterprises Workers in Cimanggis District, Depok City, West Java Samuel Peratenta Tarigan; Doni Hikmat Ramdhan; Dion Zein Nuridzin; Fajar Nugraha; Heru Susetyo
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 1, No 01 (2020)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.734 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v1i01.4570

Abstract

Background: The high number of SMEs players in Depok has an impact on high employment. A large number of workers in SMEs that have not been maximized in applying safety and health aspects in the workplace has the risk of causing several problems such as minor injuries, ergonomic problems, old and insecure equipment, lack of workers' knowledge and poor work environment conditions. Objective: This study aims to assess the ability of workers to recognize OHS hazards in SMEs assisted by Cimanggis District Health Center, Depok City, West Java. Methods: This study used a cross-sectional design carried out on 36 SMEs assisted by Cimanggis Health Center, Depok City, West Java. In each of the selected SMEs, one worker was then interviewed using the ODK Collect application to assess characteristics, knowledge, attitudes, behavior, and assessment of the ability to recognize OHS hazards in SMEs. Results: The results of the study showed that only 41.7% of SMEs were able to recognize OHS hazards properly. In addition, the results show that there are more who have good knowledge (53%), poor attitudes (64%) and bad behavior (61%). Female workers, workers who have working hours of more than 8 hours per day, and SMEs workers with low occupational risks are found to be better in their ability to recognize OHS hazards. Conclusion: The ability to recognize OHS hazards for SMEs workers assisted by Cimanggis District, Depok, West Java is still very slight (under 50%). For this reason, it is necessary to intervene in OHS aspects in SMEs so that these hazards can be minimized
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fatigue Pada Masinis PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 3 Cirebon Citra Amaliyah; Doni Hikmat Ramdhan
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.49 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v2i1.5245

Abstract

Fatigue menjadi faktor penyumbang penting dalam isu-isu keselamatan seperti kesalahan dan kecelakaan transportasi. Sebagai bagian dari transportasi darat, keselamatan juga menjadi isu dalam industri kereta api. Dalam kurun waktu 6 tahun, terdapat setidaknya 700 peristiwa luar biasa hebat (PLH) di industri kereta api di Indonesia, termasuk tumburan antarkereta api. Dari hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi juga ditemukan bahwa beberapa kasus tumburan kereta api terjadi akibat adanya pelanggaran akibat fatigue. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat fatigue serta faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan fatigue pada masinis. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – Juni 2021 di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 3 Cirebon sebagai salah satu daerah operasional yang strategis dan menjadi tempat pergantian masinis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 144 masinis kereta api penumpang dan barang. Data kemudian dianalisis dengan uji statistik chi square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 45,8% responden mengalami fatigue ringan dan 54,2% responden mengalami fatigue sedang. Dari penelitian ini juga diketahui ada hubungan antara IMT (OR1=2,454; OR2=4,723), waktu tidur (OR= 2,120) dan lingkungan kerja (OR= 3,495) dengan keluhan fatigue pada masinis. Untuk itu, perusahaan perlu mengoptimalkan promosi kesehatan bagi masinis dengan status gizi tidak normal, memastikan kecukupan waktu istirahat masinis serta melakukan instalasi pendingin ruangan pada kabin untuk mengurangi suhu dan kebisingan yang berdampak pada fatigue.
Inclusion of Construction Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) Components in Building Construction Project Sarah Safira; Doni Hikmat Ramdhan
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 1, No 01 (2020)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.768 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v1i01.4588

Abstract

Building construction projects are required to have the Occupational Health and Safety Management System (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, OHSMS) due to its high-risk nature. For this purpose, the Ministry of Public Works and People’s Housing of the Republic of Indonesia has issued the Circular Letter Number 66/SE/M/2015 on Costs for Implementing Construction Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) in the Field of Public Works. The purpose of this study is to present a detailed description of OHSMS implementation in several building construction projects by using the Ministry’s Circular as the reference. This study is a descriptive study on 30 building construction projects implemented in Indonesia from 2017 to 2019 as the unit of analysis. Data were collected using a questionnaire which was developed based on the content of the Circular of the Minister of Public Works and People’s Housing Number 66/SE/M/2015. This questionnaire was then distributed to respondents using the purposive sampling technic.The OHSMS implementation subcomponents that are most frequently included in the work agreement of building construction projects are work procedure manual development, OHS induction, safety net, protective helmet, worker insurance (BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan kerja), OHS expert and/or OHS officer, first aids kit, prohibition sign, and portable fire extinguishers. The least frequently included subcomponents are the provision of worker identity cards (KIP), poster, fall restraint, life jacket, Certificate of OHS Steering Committee (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, P2K3), medical officer, fogging solution, traffic strip light, OHS flag, and internal audit and inspection programs. A total of 30 building construction projects have implemented OHSMS by including the details of the construction OHSMS implementation, as stated in the Minister of Public Works and People’s Housing Circular Number 66/SE/M/2015 in their work contract.