Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

UJI STABILITAS DAN PENGEMBANGAN KANDIDAT KULTIVAR UNGGUL JAMBU SEMARANG DAN JAMBU AIR Widodo, Pudji; Hadi, Edy Purwono; Hidayah, Hexa Apriliana; , Sukarsa
Prosiding Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Prosiding

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan sehubungan dengan telah ditemukannya empat kandidat jambu unggul pada tahun pertama yaitu Jatiwinangun, Semarang Prada, Kaget Putih, dan Asahan. Riset ini sesuai dengan riset payung Fakultas Biologi Unsoed yaitu sebagai sentra pengembangan biologi spesies indigenous yang mampu memecahkan permasalahan masyarakat pedesaan secara berkelanjutan. Road map penelitian ini meliputi visi dan misi, permasalahan pada jambu semarang [Syzygium samarangense (Bl.) Merr. & L.M. Perry] dan jambu air [S. aqueum (Burm f.) Alston] masih kacau. Hal ini disebabkan kajian taksonomi untuk tingkat kultivar ini belum ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk menegaskan taksa mana yang memang bersifat unggul tetapi belum diketahui masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi untuk menemukan lebih banyak kultivar unggul. Karakterisasi morfologis maupun molekuler digunakan untuk menentukan mana jambu semarang dan mana yang jambu air, dan mana buah yang berpotensi sebagai buah unggul. Kultivar jambu yang telah memiliki nama dan diperdagangkan unmumnya stabil, sementara jambu langka umumnya belum diketahui stabilitasnya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan strategi konservasi dan pengembangan jambu unggul untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan.
The Gonad Maturity of Female Osteochillus vittatus in the presence of Ascorbic Acid Setyaningrum, Nuning; Sugiharto, Sugiharto; Hidayah, Hexa Apriliana
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 9, No 2 (2017): August 2017
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v9i2.9848

Abstract

The fishs reproduction status is affected by both fed compositions and vitamins intake lead to determine improvement of eggs quality as well as fish production. The presence of Ascorbic Acid (AA) in the cultivation ponds, might accelerate females gonad maturation and so rematuration. The research aimed to determine: (1) Level gonad maturity of supplementation Ascorbic Acid; (2) Oocyts diameter; (3) Larvae survival rate. The research used experimental methods.The method was a completely randomized design (CRD) of 4 treatments and 4 replications. Treatments were supplementation of AA at different dosages of 0, 600, 1200 and 1800 mg/kg fish-fed ration.The gonad maturity level was analysed descriptively and oocyte diameter and larvae survival rate data were analysed by ANOVA. The result showed that supplementation of AA at a dosage of 1200 mg / kg fish-fed ration accelerated the process of gonad maturity, development of oocyt diameter and larvae survival rate as well as the viability of O. vittatus larvae at 90 rearing days. In this case, level IV gonad maturity was reached at 90 days which characterized by completed vitelogenesis process and oocyte diameter of 1.1 mm. Thus, this study is useful for aquaculture science by providing information on utilization of AA as food supplement in fish culture and also for fish farmer who wish to accelerate O. vittatus reproduction.
The Lipid Content of The Culture Microalgae Using Media of Tapioca Liquid Waste Insan, Achmad Ilalqisny; Christiani, Christiani; Hidayah, Hexa Apriliana; Widyartini, Dwi Sunu
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 10, No 2 (2018): August 2018
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v10i2.12381

Abstract

Microalga Navicula sp., Spirulina platensis, and Chlorella vulgaris have the prospect of being a source of biofuel producers. Rapid cell growth, coupled with the ability to produce large lipids and less pollution, can be used as an alternative to biofuel development. Microalgae cultivation can utilize tapioca liquid waste. Addition of NaCl to regulate salinity, so optimum for microalgae growth. In addition it can reduce toxins by binding to dissolved cyanide acid present in the waste. This study aims to determine the effect of NaCl concentration on tapioca liquid waste on growth and lipid microalgae content. This study used an experimental method with a complete random factorial design. The first factor tested three species of microalgae. The second factor tested seven NaCl concentrations on tapioca liquid waste media. The results showed that the concentration of NaCl 35% in tapioca liquid waste culture media capable of producing biomass of C. vulgaris cells with the highest lipid content. The NaCl concentration capable of producing the highest microalgae biomass from the study can be developed to design more effective and efficient tapioca industrial waste treatment without damaging the environment but more productive, as a biofuel producer.
Diversitas, Deskripsi Tumbuhan dan Sumber Pakan Alami Monyet Ekor Panjang di Perbukitan Kebasen, Banyumas Kusuma, Tegar; Hidayah, Hexa Apriliana; Nasution, Erie Kolya; Hakim, Rosyid Ridlo Al; Rukayah, Siti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 8, No 2 (2023): June 2023
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v8i2.5174

Abstract

Keanekaragaman tumbuhan merupakan tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas beberapa spesies hidup bersama pada suatu tempat. Keberadaan tumbuhan sebagai tempat bernaung saat hujan, tempat berlindung dari pemangsa, dan sumber pakan bagi primata. Monyet ekor panjang ditemukan di Perbukitan Kebasen, Banyumas yang merupakan habitat alami dan menjadi sumber pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan sebagai pakan monyet ekor panjang. Metode penelitian dengan survei dengan teknik sampling secara transek dan menghitung indeks keanekaragaman (H'). Hasil penelitian diketahui spesies tumbuhan yang tumbuh sebanyak 52 spesies dari 37 familia dengan total 310 individu. Indeks keanekaragaman (H') tumbuhan yang diperoleh pada tingkat pohon sebesar 2,52 atau keanekaragaman spesies sedang, tingkat pancang sebesar 1,79 atau keanekaragaman spesies sedang, dan tingkat semai sebesar 2,66 atau keanekaragaman spesies sedang. Tumbuhan yang dimanfaatkan monyet ekor panjang sebagai pakan sebanyak 15 spesies dari 12 familia. Tumbuhan tersebut meliputi sirsak (Annona muricata), pulai (Alstonia scholaris), pinang (Areca catechu), berenuk (Crescentia cujete), ketapang (Terminalia catappa), keruing (Dipterocarpus verrucosus), ajan kelicung (Dyospyros macrophylla), angsana (Pterocarpus indicus), saga (Adenanthera pavonina), melinjo (Gnetum gnemon), waru (Hibiscus tiliaceus), ilat-ilatan (Ficus callosa), beringin (Ficus benjamina), keming (Ficus microcarpa), dan kelat jambu (Syzygium grande). Bagian-bagian yang dimakan meliputi daun, daun muda, dan buah. 
Induksi Pertumbuhan Dan Pembungaan Tagetes sp. Menggunakan Aplikasi Berbagai Konsentrasi Paklobrutazol Dan Giberelin Hidayah, Hexa Apriliana; Rochmatino, Rochmatino; Prasetyo, Rendie
JURNAL VIGOR Vol 7, No 2 (2022): VIGOR: JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA DAN SUBTROPIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/vigor.v7i2.6514

Abstract

Tagetes sp. merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai yang cukup tinggi. Tagetes sp. sering dimanfaatkan secara beragam. Penelitian tahun pertama ini dilakukan dengan tujuan untuk: mempelajari pengaruh interaksi paclobrutazole dan gibberellin terhadap pembungaan Tagetes sp.dan untuk menentukan konsentrasi paclobrutazole dan gibberellin terbaik untuk memacu pembungaan Tagetes sp. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan pola perlakuan RAL faktorial. Sebagai faktor pertama adalah konsentrasi gibberellin terdiri dari 4 taraf yaitu 0 ppm; 50 ppm; 100 ppm; 150 ppm. Sebagai faktor kedua adalah konsentrasi paclobrutazole, yang terdiri dari 3 taraf terdiri dari  0 ppm; 100 ppm; 200 ppm. Setiap kombinasi perlakuan diulang 10 kali sehingga diperoleh 120 unit percobaan. Hasil yang didapat menunjukan bahwa interaksi antara paklobrutazol dan GA3 tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata pda semua parameter yang diujikan. Penggunaan GA3 dan paklobrutazol secara mandiri dapat mempengaruhi pertumbuhan Tagetes sp. Perlakuan GA3 100 ppm menunjukan tinggi tanaman dan laju pertumbuhan relatif sebesar 24,40 dan 3,08. Perlakuan paklobrutazol pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm menunjukan rataan jumlah bunga terbanyak yaitu 10,80, sedangakan untuk rataan jumlah akar terbanyak ditunjukan pada perlakuan paklobrutazol 0 ppm yaitu sebanyak 49,06.  
Kenekaragaman Dan Potensi Bambu Untuk Menyokong Agroekonomi Di Kabupaten Banyumas Hidayah, Hexa Apriliana; Nagri, Dian Ageng; Prasetyo, Rendie
JURNAL VIGOR Vol 7, No 2 (2022): VIGOR: JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA DAN SUBTROPIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/vigor.v7i2.7037

Abstract

AbstractBambu merupakan tumbuhan yang termasuk dalam subfamilia Bambusoidae dari familia Poaceae. Keanekaragaman Bambu di dunia tergolong tinggi, dengan pemanfaatannya yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman bambu berdasarkan karakter morfologi dan pemanfaatannya di wilayah Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan di beberapa wilayah di Kabupaten Banyumas dengan menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Variabel yang digunakan yaitu morfologi dan bagian bambu yang dimanfaatkan dengan parameter yang diamati yaitu karakter morfologi akar, batang/buluh dan daun bambu serta pemanfaatannya oleh masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keanekaragaman, hubungan kemiripan dianalisa dengan menggunakan Software MEGA 6.0 metode Unweight Pair Group Method Arithmatic Average (UPGMA), pemanfaatan bambu dianalisa secara deskriptif berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 6 spesies dengan 2 varietas bambu yaitu yaitu Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl. var. vulgaris (Bambu Ampel), Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl. var. striata (Bambu kuning), Bambusa multiplex (Lour.) Raeusch. ex J. A. J. H. Schult (Bambu cina/cendani/gendani), Dendrocalamus asper (Schult.) Backer ex Heyne (Bambu Petung), Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz (Bambu asak/ater), Gigantochloa apus (J.A. J. H Schult.) Kurz (Bambu Tali) dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja (Bambu Wulung/Ireng). Hubungan kemiripan terdekat dimiliki oleh G. apus dan G. atroviolacea dengan nilai disimilaritas 0,11. Hubungan kemiripan terjauh dimiliki oleh B. vulgaris var. vulgaris dengan D. asper dengan nilai disimilaritas 2,19. Masyarakat di Kabupaten Banyumas memanfaatkan bambu sebagai buluhnya bahan bangunan dan kerajinan serta rebung dan daunnya untuk konsumsi. Kata kunci : Agroekonomi, Bambu, Banyumas, Keanekaragaman.
Identification of Pollen Characteristics as Apis cerana Feed Sources in Honeycomb, in Serang Purbalingga Yolanda, Vanesa; Sukarsa, Sukarsa; Hidayah, Hexa Apriliana
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 1 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.1.1814

Abstract

Serang Purbalingga village is a fertile area and has the potential for the development of Apis cerana honeybee business. Honeybee products are known to have high economic value. The development of honeybee business will be better if supported by the avaibility of pollen from flowering plants as feed sources. Pollen that use to be A. cerana feed sources are taken from plants flower around the beehive and matched with pollen inside honeycomb. The purpose of this research is to determine the diversity and character of pollen from plants found around beehive and inside A. cerana honeycomb. This research conducted by descriptive survey method where the data obtained from field used as material for analysis and describing the characteristics of pollen found. Variable in this research is pollen characters with parameters are pollen units, size, shape, apertures and ornamentation. Based on results, there are 23 species of plants included in 17 families found around the beehive with varying of pollen shape, namely spheroidal, prolate-spheroidal, sub-prolate, and prolate. The smallest to largest pollen sizes are minutae, mediae, and magnae. Types of pollen ornamentations are rugulate, reticulate, echinate, psilate, scabrate, to baculate. Pollen apertures are varies monosulcate, monoporate, tricolporate, tricolpate, tetracolpate, hexacolpate to syncolpate. Pollen characters inside honeycomb are identical to 12 pollen of plant species found around the beehive where the pollen shape are spheroidal, prolate-spheroidal, sub-prolate and prolate. There are several types of ornamentation, namely reticulate, rugulate, echinate, psilate and sacbratte. Apertures are varies from monosulcate, monoporate, tricolporate, tricolpate to syncolpate. Key words : Apis cerana, characters,diversity, pollen, Purbalingga
Keanekaragaman Vegetasi Tumbuhan bawah pada tegakan Jati (Tectona grandis Linn.) di RPH Ciporos Widiyanto, Ody Febri; Wibowo, Dwi Nugroho; Hidayah, Hexa Apriliana
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 3 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.3.2926

Abstract

Abstract: The undergrowth can be used to describe soil conditions that can be seen clearly in the field, because it can increase soil stability, soil fertility and increase land productivity. The purpose of this study was to determine diversity of undergrowth vegetation in teak stands (Tectona grandis Linn.) and environmental factors related to the diversity of undergrowth on teak stands at Ciporos RPH, BKPH Sidareja, KPH Banyumas Barat, Central Java. The research method used was a survey method by sampling using line transects. Data on vegetation diversity of undergrowth were analyzed using Shannon-Wiener diversity index (H ') while the vegetation evenness data was analyzed using Evenness Index (E'). To determine the relationship between environmental factors and undergrowth use Paleontological Statistics (PAST) software analysis. The results showed that the lower ground species found in the Ciporos RPH consisted of 8 species from 7 families. The undergrowth species that has the highest Importance Value Index (INP) is Paspalidium flavidum (Paspalum grass) of the Gramineae family (Poaceae) with 69.21% INP and the lowest is Arum maculatum (Arum flower) of the Araceae family with an INP of 1.38 %. The diversity of undergrowth vegetation in teak stands in RPH Ciporos has a Diversity Index (H ') including moderate and the pattern of distribution of undergrowth species is classified as low. The most environmental factor related to the diversity of u undergrowth vegetation is soil pH. Key Words: diversity; RPH Ciporos; undergrowth Abstrak: Tumbuhan bawah dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan tanah yang dapat dilihat secara nyata di lapangan, karena dapat meningkatkan kestabilan tanah, kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi tumbuhan bawah pada tegakan jati (Tectona grandis Linn.) dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan jati pada RPH Ciporos, BKPH Sidareja, KPH Banyumas Barat Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan cara pengambilan sampel menggunakan line transect. Data keanekaragaman vegetasi tumbuhan bawah dianalisis menggunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) sedangkan data kemerataan tumbuhan bawah dianalisis menggunakan Indeks Kemerataan (E’). Untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dan tumbuhan bawah digunakan analisis Software Paleontological Statistics (PAST). Hasil penelitian menunjukan bahwa spesies tumbahan bawah yang ditemukan di RPH Ciporos terdiri atas 8 spesies dari 7 famili. Spesies tumbuhan bawah yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu Paspalidium flavidum (Rumput Paspalum) dari familia Gramineae (Poaceae) dengan INP 69,21% dan yang terendah yaitu Arum maculatum (Bunga Arum) dari familia Areceae dengan INP Sebanyak 1,38%. Keanekaragaman vegetasi tumbuhan bawah pada tegakan jati di RPH Ciporos memiliki Indeks Keanekaragaman (H’) termasuk sedang dan pola penyebaran spesies tumbuhan bawah tergolong rendah. Faktor lingkungan paling berkaitan dengan keanekaragaman vegetasi tumbuhan bawah yaitu pH tanah. Kata kunci: keanekaragaman vegetasi; RPH Ciporos; tumbuhan bawah
Keanekaragaman Morfologi Citrus spp. di Kecamatan Ajibarang Aziztia, Rahayu Nafisah; Herawati, Wiwik; Hidayah, Hexa Apriliana
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 5 No 3 (2023): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2023.5.3.4717

Abstract

Jeruk (Citrus spp.) merupakan salah satu komoditas yang menjadi buah andalan Nasional Indonesia dari sepuluh tanaman hortikultura lainnya yang didasarkan dari potensi keanekaragaman jeruk yang tinggi di Indonesia. Jeruk dapat dijumpai dalam setiap musim karena tanaman jeruk termasuk mudah dan cocok di berbagai kondisi iklim, dapat ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman jeruk termasuk dalam famili Rutaceae yang terdiri dari 150 genus. Tanaman jeruk mempunyai 16 spesies namun varietasnya cukup banyak. Keanekaragaman genetik tanaman jeruk tersebut dapat dipelajari antara lain melalui karakteristik morfologi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman Citrus spp. yang terdapat di Kecamatan Ajibarang dan mengetahui hubungan kemiripan spesies jeruk yang ditemukan di Kecamatan Ajibarang. Berdasarkan hasil penelitian di 5 desa di Kecamatan Ajibarang ada 7 spesies tanaman jeruk (Citrus spp.) yaitu jeruk bali (C. maxima), jeruk lemon (C. limon), jeruk purut (C. hystrix), jeruk katsuri/kalamansi (C. mitis), jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk siam (C. nobilis), dan jeruk manis (C. sinensis). Spesies yang memiliki hubungan kemiripan terdekat yaitu C. mitis dan C. nobilis dengan indeks disimilaritas yaitu 0,416. Sedangkan spesies yang memiliki hubungan kemiripan terjauh yaitu C. mitis dan C. maxima dengan indeks disimilaritas 2,057.
IoT-based pesticide distribution control system with photometric sensor frameworkIoT-based pesticide distribution control system with photometric sensor framework Al Hakim, Rosyid R; Islami, Ichsani Nurul; Ropiudin; Pangestu, Agung; Jaenul, Ariep; Arief, Yanuar Z.; Hidayah, Hexa Apriliana
Journal of Global Engineering Research and Science Vol. 1 No. 2 (2022): Journal of Global Engineering Research & Science
Publisher : Jakarta Global University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56904/jgers.v1i2.23

Abstract

The use of pesticides is often given under extreme conditions. The excess use of these pesticides can harm both the farmers directly and the affected environment; this is the impact of the uncontrolled use of pesticides. There is a need for a control system to control the distribution of pesticides on agricultural land. This article seeks to provide a control system design for controlling the distribution of pesticides by utilizing photometric technology integrated with the internet of things (IoT). The control system is designed automatically with a sensing system or an operating record. It is expected to be able to disseminate the correct use of pesticides to achieve production efficiency. This study provides a design of an automatic control system for pesticide distribution IoT-based. We use a photometric sensor to control the pesticide distribution. Future work can be implemented for prototype work due to smart farming to control pesticide distribution automatically.