Andan Linggar Rucitra
Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analysis of the pretreatment process of gonggong shell flour (Laevistrombus turturella) on a scale up Diyah Dewanti, Beauty Suestining; Rumandhani, Nuvia Nurlaily; Febrianto, Arie; Widayanti, Vindhya Tri; Rucitra, Andan Linggar; Rohmah, Wendra Gandhatyasri; Septifani, Riska; Ikasari, Dhita Morita
Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE) Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.afssaae.2025.008.01.8

Abstract

The gonggong shell (Laevistrombus turturella) is a species of sea snail found in the waters surrounding Bintan, Riau Islands. The gonggong consists of both meat and shell, with the shell constituting the largest portion, approximately 60%. The high proportion of shells materials compared to  the meat results in abundant gonggong shell waste. One way to utilize gonggong shells is by converting the shells into shell flour, which can be used in health supplements and as feed for shrimp, particularly in shrimp farms in Bintan Regency. The hard texture of gonggong shells (13.1 MPa) requires pretreatment before milling. The pretreatment processes include autoclaving, drying, and burning. This study aimed to assess the quality difference between the scaled-up  and laboratory-scale processes, and to identify the material requirements and utilities for the large-scale pretreatment process of gonggong shell to produce shell flour. The scale-up was conducted with a 1 : 50 ratio from the laboratory scale. The quality results of gonggong shell flour in the large-scale study showed a moisture content of 0.46%, an ash content of 56.42%, and a calcium content of 54.31%. These results were compared with those obtained at the laboratory scale using an unpaired t-test, and no significant differences were found for all tested parameters.
Analisis Produktivitas dan Efisiensi Proses Produksi Kakao Bubuk Murni dengan Menggunakan Integrasi Metode OMAX dan FAHP Rucitra, Andan Linggar; Rofika, Citra; Purwaningsih, Isti
Agroteknika Vol 8 No 3 (2025): September 2025
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v8i3.512

Abstract

Kelompok Tani X mengelola budidaya dan pengolahan kakao dengan produk utama berupa kakao bubuk murni. Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis produktivitas produksi secara efisien dengan mengintegrasikan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) dan Objective Matrix (OMAX). Peneliti menggunakan F-AHP untuk menetapkan bobot setiap kriteria produktivitas berdasarkan pendapat para ahli, lalu menerapkan OMAX untuk menghitung indeks produktivitas per periode. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok mencapai produktivitas tertinggi pada Oktober 2023 dengan indeks 1.154,15%, dan mengalami penurunan terendah pada April 2023 dengan indeks -82,96%. Untuk meningkatkan produktivitas, kelompok perlu menggunakan bahan baku 583,34 kg, tenaga kerja 186,15 jam, listrik 1.064,59 kWh, dan operasional mesin 568,19 jam setiap bulan. Kelompok juga perlu menyosialisasikan target produksi harian kepada petani dan melakukan pengukuran produktivitas secara rutin guna memastikan efisiensi sumber daya.
Peningkatan Efisiensi Produksi Teh Bunga Rosela di UMKM Anugerah Alam Wilis Melalui Diseminasi Food Dehydrator Dewanti, Beauty Suestining Diyah; Rucitra, Andan Linggar; Rohmah, Wendra Gandhatyasri; Ikasari, Dhita Morita; Jamroni, Mofit; Kurniawati, Adelya Desi
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan aplikasi Teknologi Vol. 4, No. 2: October 2025
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.adipati.2025.v4i2.7621

Abstract

Teh bunga rosela merupakan bagian dari minuman herbal yang semakin popular. Minuman ini dibuat dari bunga kering Hibiscus sabdariffa dan memiliki rasa yang segar dan asam. Produksi teh rosella membutuhkan waktu 2 hari untuk sekali proses produksi. Waktunya 80% dibutuhkan untuk penjemuran kelopak bunga rosela yang mengandalkan panas sinar matahari. Jika keadaan mendung atau musim hujan, produksi teh rosela menjadi kurang efisien dan butuh waktu lebih lama sehingga kesulitan untuk meningkatkan kapasitas produksi pada waktu permintaan tinggi atau pada masa panen bunga rosela sedang melimpah. Pengeringan menggunakan sinar matahari membutuhkan waktu yang lama, kualitas produk yang tidak seragam, serta kemungkinan terjadinya kontaminasi. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yaitu adanya penguatan teknologi fasilitasi produksi dengan food dehydrator sehingga akan bisa meningkatkan efisiensi proses dan kualitas produk dengan maksimal. Sehingga diharapkan dengan adanya food dehydrator untuk proses pengeringan maka kadar air rosela kering bisa mencapai 5-7%, waktu pengeringan maksimal 24 jam dengan suhu pengeringan maksimal 70°C.Kata kunci: bunga rosela, food dehydrator, minuman herbal, pengeringan