Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Bentuk Penyajian Tari Jepin Gerangkang Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara Ulhasanah, Nida; Ismunandar, Ismunandar; Tindarika, Regaria
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni Vol. 2 No. 4 (2024): Januari - Februari
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62379/jishs.v2i4.1695

Abstract

Jepin Gerangkang Dance, Batu Layang Village, North Pontianak District, Pontianak City. The method used is a qualitative descriptive choreographic approach. Data in the form of observation techniques, interviews, and documentation. The Jepin Gensgkang dance has 3 variations, namely the beginning, core and ending. This dance can be danced by men or women. Musical instruments used are selodang, beruas, tambourine, drum, accordion, and violin. Women's clothing is baju kuning, cloth with gill patterns, and Malay lotus. Teluk belanga men's clothing, cloth with gill pattern, and cloth with gill pattern. The makeup used by dancers is realistic makeup without changing the character of the face.
PROSES PEMBELAJARAN GITAR ELEKTRIK DI PURWA CARAKA MUSIC STUDIO (PCMS) YOGYAKARTA Ridho, Rianto; Tindarika, Regaria
TACET Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Vol 4, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/tacet.v4i1.92811

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode dan tahapan dalam pembelajaran gitar elektrik di Purwa Caraka Music Studio (PCMS) Yogyakarta. Fokus penelitian ini adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru gitar elektrik di PCMS, dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi langsung selama sesi pembelajaran, wawancara mendalam dengan pengajar dan pemilik studio, serta dokumentasi berupa foto dan video yang merekam proses pengajaran. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif, dengan validitas data diperoleh melalui triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran gitar elektrik di PCMS berlangsung efektif dengan pendekatan privat (satu guru untuk satu siswa), memungkinkan pengajar lebih fokus pada perkembangan individu siswa. Proses pembelajaran meliputi tahapan pemanasan (picking dan fingering), pembahasan tugas, pengajaran teori, serta latihan teknik gitar. Evaluasi dilakukan pada setiap pertemuan melalui tugas yang diberikan dan diukur pula melalui partisipasi siswa dalam berbagai event. Evaluasi utama berupa ujian kenaikan grade, yang dilaksanakan setahun sekali sebagai tolok ukur kemajuan keterampilan siswa secara menyeluruh.
Struktur Penyajian Tari Jepin Loncat Tiung Sembilan di Desa Pal Sembilan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Anisa Safitri, Nur; Ismunandar, Ismunandar; Tindarika, Regaria
Jurnal Cerano Seni : Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2025): Jurnal Cerano Seni: Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan (Juli 2025)
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jcs.v4i1.37334

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur penyajian tari Jepin Loncat Tiung Sembilan di Desa Pal Sembilan untuk melengkapi data penelitian sebelumnya. Teori yang digunakan meliputi tari, struktur, dan penyajian. Metode yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan koreografi. Sumber data berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan narasumber Sabaruddin, Sartiyem, dan Asmah Nur. Keabsahan data diuji melalui triangulasi sumber dan dianalisis secara sistematis. Penelitian ini mendeskripsikan struktur penyajian tari Jepin Loncat Tiung Sembilan, yang terdiri dari 9 ragam gerak: salam pembuka dan tahto, langkah bujur dan langkah betiti, langkah sorong dayung, langkah gersik, langkah tak sampai dan langkah tiung, langkah baki juadah, langkah besikut, serta langkah jarum mesin. Busana yang dikenakan adalah baju Telok Belanga dengan corak insang dan tata rias realis. Desain atas yang digunakan meliputi rendah, sedang, tinggi, bersudut, asimetris, dan simetris. Desain dramatik berupa kerucut berganda, dengan desain lantai horizontal dan zig-zag, vertikal dan bulat, serta segi tiga besar. Pola kelompok dilakukan secara serempak dan selang-seling. Iringan musik menggunakan gambus, bruas, biola, dan akordion. Pertunjukan dilakukan di panggung proscenium dan arena.
Inclusivity in Jepin and Raddat Dance: Exploring Changes in Gender Roles in Traditional Performing Arts Tindarika, Regaria; Rianto, Ridho; Satrianingsih, Aline Rizky Oktaviari; Aditya, Mega Cantik Putri
Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol 16, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j-psh.v16i1.91607

Abstract

This study aims to examine the changes in gender roles in the Jepin dance in Sambas Regency, particularly regarding the involvement of women in performances that were previously dominated by men. The research also aims to understand the impact of these changes on the preservation of art, aesthetics, and the cultural values of the Sambas community. The methodology used is a qualitative approach with literature analysis and in-depth interviews with dance practitioners, cultural actors, and community leaders. The data obtained is then analyzed using anthropological and feminist approaches to explore the dynamics of gender roles in the context of traditional arts. The results show that gender roles in the Jepin dance were initially influenced by social structures and cultural values that restricted women's participation in dance. However, with social development, education, and globalization, women began to be accepted as part of the Jepin dance performances. Women's involvement not only enriched the aesthetics of the dance but also reflected broader social changes in gender equality. The positive impacts of these changes include the preservation of the art and the introduction of new aesthetics, while the negative impacts include potential cultural conflicts regarding violations of traditional norms. Overall, this study demonstrates that the transformation of gender roles in Jepin dance contributes to social change without eliminating the cultural essence embedded in the dance.
PROSES KREATIF PENCIPTAAN TARI RAMPAK BERANTAI OLEH ISMUNANDAR DI SANGGAR KIJANG BERANTAI Parasbanyu, Kalista Fiona; Tindarika, Regaria; Satrianingsih, Aline Rizky Oktaviari
TACET Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Vol 4, No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/tacet.v4i2.98696

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses kreatif penciptaan Tari Rampak Berantai oleh Ismunandar di Sanggar Kijang Berantai serta mendeskripsikan bentuk koreografi Tari Rampak Berantai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan bentuk kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian merupakan pendekatan koreografi serta pendekatan etnokoreologi. Teknik pengumpulan dara yang digunakan berupa teknik observasi partisipan, teknik wawancara semi terstruktur, serta teknik studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses kreatif penciptaan Tari Rampak Berantai oleh Ismunandar memiliki tahap di dalam penciptaan dengan memaparkan tahapan eksplorasi, improvisasi, komposisi. Adapun bentuk koreografi Tari Rampak Berantai meliputi tema yang terinsipirasi dari semangat kawula muda, gerak menggunakan jurus silat Perguruan Kijang Berantai antara lain jurus 1, jurus 4, jurus 7, jurus harimau menyusui, jurus harimau, jurus pencak pahlawan, menangkis serta gerak silat lompat kijang. Desain lantai dominan menggunakan pola segitiga, iringan tari merupakan musik tari Melayu, dinamika banyak menggunakan pergantian level pada level atas dan level bawah. Tata rias menggunakan riasan cantik yang bertujuan untuk menonjolkan garis-garis wajah dan memberikan efek pangling pada penari dan busana yang digunakan pada penari wanita baju kurung, kain corak insang, ikat pinggang, kalung, anting, sanggul lipat pandan, bunga cengkeh serta bunga sedangkan pada penari laki-laki menggunakan baju teluk belanga, bross, kain corak insang, tanjak, serta ikat pinggang. Properti yang digunakan kipas yang terbuat dari kain berbahan parasut serta tangkai bambu, dan adapun tempat pertunjukan yang digunakkan merupakan panggung proscenium.