Anggraeni Janar Wulan, Anggraeni Janar
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi Pasien Kusta Sagia, Nabilla Alsa; Anggraini, Dwi Indria; Wulan, Anggraeni Janar; Sibero, Hendra Tarigan
Medula Vol 14 No 2 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i2.937

Abstract

Leprosy is a chronic granulomatous infectious disease caused by the obligate intracellular bacterium Mycobacterium leprae (M. leprae). This disease comes from the Latin word "lepros" which means scale. M. Leprae bacteria enter the human body through 2 main routes, namely through the skin and the upper respiratory tract. Leprosy bacilli enter the human body through direct contact with the skin or nasal mucosa originating from droplets. Bacteria from droplets will survive for 2 days in a dry environment, even up to 10 days in a humid environment and low temperatures. The success of therapy for Morbus Hansen patients is expressed by RFT (Release from Treatment). RFT can be stated after the dose is fulfilled without having to undergo laboratory examination. PB (paucibacillary) patients who have received 6 doses (blister) of treatment within 6-9 months are declared RFT, without having to undergo a laboratory examination. MB (multibacillary) patients who have received 12 doses (blister) of MDT treatment within 12-18 months are declared RFT, without having to undergo a laboratory examination. The factors that play a role in the success of therapy for leprosy patients are age, gender, education, employment, knowledge, compliance with taking medication, and family support.
Kerusakan, alkohol, kesehatan Kerusakan Lambung Akibat Konsumsi Alkohol: Dampak dan Penanganannya Madina Ghassan Nebraska; Jausal, Annisa Nuraisa; Wulan, Anggraeni Janar; Rudiyanto, Waluyo
Medula Vol 14 No 3 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i3.984

Abstract

Alcohol consumption has spread across various social strata of society, especially among teenagers. Health issues caused by alcohol are often overlooked. This article delves into the damage to the stomach caused by alcohol consumption. Alcohol can damage the gastric mucosa layer and disrupt the balance of stomach acid, leading to various conditions such as gastritis, gastric ulcers, and even gastric cancer. Additionally, alcohol can affect the movement of food and fluids in the digestive tract, increasing the risk of acid reflux, which can worsen stomach conditions. The mechanisms of stomach damage by alcohol involve the direct toxic effects of alcohol itself and the chronic inflammation it induces. Although this damage is often not immediately felt, its long-term effects can lead to serious complications. Management of alcohol-induced stomach damage involves lifestyle modifications, such as reducing or ceasing alcohol consumption, and medical treatment to alleviate symptoms and accelerate healing. To prevent further damage, it is important to raise awareness of the risks of alcohol to stomach health and promote a healthy lifestyle. Understanding the impact and management of stomach damage caused by alcohol consumption is crucial in preventing more serious complications.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea canephora) Lampung Terhadap Gambaran Histopatologi Tubulus Proksimal Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague-dawley yang Diinduksi Monosodium Glutamat Salsabila, Aina; Wulan, Anggraeni Janar; Rodiani, Rodiani
Medula Vol 14 No 7 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i7.1335

Abstract

Excessive consumption of monosodium glutamate can form free radicals and is nephrotoxic which causes damage to organs, one of which is the kidneys, especially in the proximal tubule. Chlorogenic acid compounds contained in coffee beans have potential as antioxidants and nephroprotective agents. Coffee consumption at a certain dose is assumed to prevent and or reduce damage to the proximal kidney tubules of rats caused by free radicals. This research is an experimental study with a completely randomized design (CRD) with a Posttest Only Control Group Design approach. This research was conducted for 14 days. The samples used were 25 rats which were divided into 5 groups, namely K- (aquades 3 ml/day), K+ (MSG 4 g/kgBW/day), P1, P2, and P3 (MSG 4 g/kgBW/day). and Lampung robusta coffee bean extract 1 ml/200gBW/day with a concentration of 0.006 g/ml; 0.012 g/ml; 0.024 g/ml respectively) with each group consisting of 5 rats. Kidney histopathological assessment was carried out by observing kidney preparations in 5 visual fields each in 400x magnification. The mean total score of proximal tubular damage in groups K-, K+, P1, P2, and P3 respectively was 2.48; 3.40; 2.80; 2.64; 3.04. One Way ANOVA test obtained p value = 0.001 (p <0.05). Post Hoc LSD test on proximal tubular damage scores showed a significant difference (p<0.05) between K- and K+ (p=0.000), K- and P3 (p=0.008), K+ and P1 (p=0.005) , K+ with P2 (p=0.001), and P2 with P3 (p=0.047). There is an effect of administration of Lampung Robusta (Coffea canephora) coffee bean extract on the histopathological appearance of the kidney proximal tubules of male rats (Rattus norvegicus) strain Sprague-Dawley induced by monosodium glutamate.
Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Aktif di dalam Pencegahan Penyakit Jamur Pada Kulit Kepala Santri di Pondok Pesantren Jabal Annur Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandarlampung Wulan, Anggraeni Janar; Sumekar, Dyah Wulan; Mutiara, Hanna; Iyos, Rekha Nova
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v1i1.1147

Abstract

Penyakit jamur pada kulit merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan mikroorganisme jamur atau fungi. Penyakit jamur tersebar di seluruh dunia. Faktor pendukung yang memacu terjadinya kasus penyakit jamur di Indonesia adalah suhu dan kelembabannya yang tinggi. Penyakit kulit mudah sekali menular dalam satu kelompok masyarakat yang berinteraksi secara erat seperti di pondok pesantren. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit jamur dan penularan antar santri. Metode yang diterapkan pada kegiatan ini adalah kegiatan yang ditujukan kearah pencegahan dengan mengadopsi konsep yang dikenalkan oleh NTG (2010) mengenai “A Healthy Skin Program” yang terdiri atas perencanaan, pelibatan komunitas dan edukasi, skreening awal, monitoring dan pencatatan. Kegiatan ini diikuti 109 peserta yang terdiri atas santriwan-santriwati kelas 1 Madrasah Tsanawiah hingga kelas 2 tingkat Aliyah. Dari kuesioner didapatkan 109 peserta kegiatan penyuluhan terdapat 92(84,4%) peserta belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit kulit dan 17(15,6%) peserta pernah mendapatkan penyuluhan. 49(44,95%) peserta yang belum pernah mendapatkan informasi dari manapun mengenai penyakit sedangkan 60(55,05%) peserta sudah pernah mendapatkan informasi mengenai penyakit jamur dari majalah, surat kabar dan televisi. Didapatkan data pula bahwa 73(66,97%) peserta belum pernah terkena penyakit kulit dan 36(33,03%). Peningkatan pengetahuandiketahui dari hasil pre-test dan post-test. Pada pre-test 33,02% memiliki pengetahuan yang kurang, 54,12% memiliki pengetahuan sedang dan 12,84% peserta memiliki pengetahuan baik. Dari hasil post-test didapatkan bahwa 61(55,97%) peserta memiliki pengetahuan sedang dan 48(44.03%) peserta memiliki pengetahuan baik. Simpulan, setelah mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit jamur pada kulit pengetahuan santri mengenai peyakit tersebut meningkat.Kata kunci: jamur, kulit, pesantren, santri
Screening Pertumbuhan dan Peningkatan Pengetahuan tentang Pola Makan Gizi Seimbang pada Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Lampung Selatan dalam Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak Indonesia Mutiara, Hanna; Susianti, Susianti; Wulan, Anggraeni Janar; Soleha, Tri Umiana
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v1i1.1148

Abstract

Pembangunan kesehatan memerlukan pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Termasuk diantaranya adalah pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, yakni upaya promotif dan preventif. Penilaian status kesehatan anak penting dilakukan untuk mempersiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memantau pertumbuhan anak dengan antropometri yang dapat menggambarkan status gizinya. Status gizi dapat dipengaruhi oleh pola makan. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang. Pola makan yang baik dapat memberikan zat giziyang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktivitas seseorang. Kegiatan pengabdian dilakukan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dihitung sehingga mendapatkan angka IMT. IMT kemudian dianalisis dengan mengacu pada Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kementerian Kesehatan RI 2010. Selain itu, dilakukan pula penyuluhan mengenai pola makan gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan peserta. Peningkatan pengetahuan dinilai berdasarkan perbandingan nilai pre-test dan post-test. Hasil kegiatan ini adalah terdapat 84,8% peserta dengan status gizi normal, 9,1% peserta dengan status gizi kurus, 3% peserta dengan status gizi kegemukan dan 3%peserta mengalami obesitas. Peningkatan pengetahuan terdapat pada 89% peserta, namun terdapat 8% peserta dengan pengetahuan yang tetap dan 3% peserta dengan nilai pre-test yang lebih baik. Kegiatan ini bermanfaat dalam memantau pertumbuhan anak dan meningkatkan pengetahuan peserta, sehingga kegiatan serupa sebaiknya dilakukan secara kontinyu.Kata kunci: pertumbuhan, penyuluhan, pola makan gizi seimbang
Edukasi Risiko Penyakit Parasitik Kosmopolit pada Siswa Pesantren dalam Upaya Meningkatkan Personal Higiene untuk Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Wahana Pendidikan Mutiara, Hanna; Wulan, Anggraeni Janar; Kurniawan, Betta; Suwandi, Jhons F.
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 3 No. 1 (2017): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v3i1.2020

Abstract

Pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Sistem sekolah dengan asrama merupakan salah satu wahana pendidikan dengan membentuk komunitas tersendiri sehingga mendukung siswa menjalani pendidikan berkesinambungan dan terintegrasi. Akan tetapi, pada suatu tempat yang ditinggali oleh banyak orang dapat menjadi salah satu risiko penularan penyakit parasit kosmopolit, tersering adalah pediculosis capitis dan skabies. Penyakit ini seringkali dihubungkan dengan status sosial ekonomi rendah dan lingkungan yang kumuh, namun kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang dapat menyerang semua tingkat sosial. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini adalah tingkat pengetahuan, personal hygiene, kepadatan tempat tinggal, dan karakteristik individu. Pencegahan penyakit ini terutama dapat dilakukan melalui personal higiene yang baik. Dalam upaya pencegahan tersebut, telah dilakukan kegiatan edukasi dan observasi. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan subjek yang ditandai dengan meningkatnya nilai post test dan terdapatnya peningkatan pengetahuan pada 88,28% peserta. Selain itu, kegiatan ini dapat meningkatkan personal hygiene baik pada subjek kegiatan. Hal ini sebaiknya dilakukan secara kontinyu sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan kembali perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan.Kata kunci: Pedikulosis, penyakit parasitik, personal higiene, skabies.
Edukasi Pemberian Makanan Pendamping Asi (MPASI) Sehat Bergizi Berbahan Pangan Lokal Sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Desa Kalisari Kecamatan Natar Lampung Selatan Rahmawati, Selvi; Wulan, Anggraeni Janar; Utami, Nurul
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 6 No. 1 (2021): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v6i1.2953

Abstract

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukan bahwa prevalensi stunting di Indonesia adalah 30,8%. Angka tersebut masih cukup jauh dari target WHO yaitu sebesar 20%. Penyebab stunting diketahui adalah karena kurangnya asupan yang diserap oleh tubuh, baik asupan sejak dalam kandungan maupun setelah lahir, sehingga dapat menyebabkan gizi buruk. Faktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk salah satunya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan pola hidup sehat dan pemenuhan gizi optimal. Salah satu upaya pemenuhan gizi yang baik sejak dini adalah dengan pemberian MPASI di usia 6-24 bulan secara tepat. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk mengedukasi wanita usia reproduktif dan ibu bayi mengenai pemberian MPASI yang tepat, murah, dan bergizi berbasis pangan lokal untukpencegahan stunting. Sasaran dalam kegiatan ini adalah 45 orang ibu yang memiliki anak usia 6 bulan – 2 tahun atau wanita usia reproduktif di Desa Kalisari Kecamatan Natar Lampung Selatan. Metode yang diterapkan pada kegiatan penyuluhan ini mencakup: 1) pengukuran pengetahuan tentang MPASI dan cara pemberiannya; 2) penyuluhan tentang MPASI; 3) diskusi dan tanya jawab; 4) evaluasi akhir. Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada tanggal 8 September 2021. Penyuluhan tentang pemberian MPASI dan pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai sumber MPASI yang tepat sebagai upaya pencegahan stunting perlu diadakan secara rutin, agar pengetahuan para ibu tentang pemberian MPASI dan pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai sumber MPASI yang tepat sebagai upaya pencegahan stunting dapat terus meningkat dan dapatdipertahankan. Meningkatnya pengetahuan para ibu tentang MPASI dan cara pemberian yang tepat diharapkan dapat berkontribusi dalam pencegahan stunting. Kata kunci : bahan pangan lokal, MPASI, stunting
Pelatihan Manajemen Laktasi “Kiat Sukses Asi Eksklusif 6 Bulan’’ sebagai Salah Satu Strategi Cegah Stunting Bagi Masyarakat Desa Jatisari Kecamatan Jatimulyo Lampung Selatan Wulan, Anggraeni Janar; Rahmawati, Selvi; Kurniati, Intanri; Tjiptaningrum, Agustyas; Mustofa, Syazili
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 7 No. 2 (2022): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v7i2.3038

Abstract

Angka stunting di Indonesia hingga tahun 2021 masih sebesar 24,4 %. Angka ini masih di bawah batas yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu sebesar 20%. Salah satu upaya  percepatan pencegahan stunting adalah intervensi pada kelompok sasaran prioritas yang mencakup ibu hamil dan ibu menyusui melalui promosi dan konseling pemberian ASI eksklusif. Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif penuh 6 bulan di Indonesia berdasarkan data WHO baru mencapai angka 49,8%, angka ini belum mencapai target dari World Health Assembly (WHA), yaitu minimal 50%. Persentase ASI eksklusif 6 bulan menurun seiring dengan pertambahan usia anak di mana terendah pada rentang usia 4-5 bulan. Kesuksesan pemberian ASI eksklusif 6 bulan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang persiapan sebelum laktasi, selama laktasi (proses, cara, dan posisi menyusui yang benar) dan faktor sosial (dukungan dari suami, keluarga, maupun organisasi peduli ASI). Survey menunjukkan ibu-ibu di Desa Jatisari belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terkait pemberian ASI. Maka perlu dilakukan upaya peningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai laktasi melalui penyuluhan manajemen laktasi. Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Juli 2022. Kegiatan ini melibatkan tim dokter, mahasiswa FK Unila 4 orang, dan tokoh masyarakat Desa Jatisari. Peserta sebanyak 22 orang. Kegiatan meliputi penyuluhan dan demontrasi anatomi payudara, posisi menyusui yang benar, dan cara memerah ASI. Pemberian penyuluhan meningkatkan pengetahuan diketahui dari hasil pretest dan posttest. Pada pretest didapatkan bahwa 9 peserta (40,9 %) memiliki tingkat pengetahuan kurang paham mengenai manajemen laktasi dan 13 peserta (59,1%) sudah cukup paham mengenai manajemen laktasi. Pada hasil posttest didapatkan hampir seluruh peserta kegiatan atau 20 peserta (90,9%) sudah sangatpaham mengenai manajemen laktasi dan hanya 2 peserta (9,1%) yang cukup paham dengan manajemen laktasi.Disimpulkan bahwa setelah mendapatkan penyuluhan mengenai manajemen laktasi, maka pengetahuan masyarakat mengenai laktasi meningkat. Adanya peningkatan pengetahuan diharapkan akan meningkatkan kesuksesan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.Kata kunci: ASI eksklusif, manajemen laktasi, stunting
EDUKASI KEPADA REMAJA PUTRI KELOMPOK USIA 12-18 TAHUN MENGENAI KEPUTIHAN DAN CARA PENCEGAHANNYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN REPRODUKSI DI DESA JATISARI KECAMATAN JATIMULYO LAMPUNG SELATAN Wulan, Anggraeni Janar; Hanriko, Rizki; Fiana, Dewi Nur; Rahmayani, Fidha
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 9 No. 1 (2024): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v9i1.3304

Abstract

Keputihan merupakan keluhan yang sering muncul pada organ reproduksi. Kejadian keputihan fisiologis lebih tinggi dibandingkan keadaan patologis (81% v 19%). Sebanyak 75% wanita maupun remaja mengalami sedikitnya satu kali episode keputihan. Prevalensi keputihan remaja di Indonesia dalam 5 tahun terakhir berkisar antara 48,5% - 81%. Salah satu penyebab seringnya terjadi keputihan pada remaja adalah kurangnya pengetahuan mengenai perilaku kebersihan pribadi area reproduksi. Studi pendahuluan menunjukkan ditemukan keluhan keputihan pada santri putri Rumah Al-Quran Nuruz Zaini, dusun Jatisari, Jatimulyo, Lampung Selatan dan belum pernah mendapatkan edukasi mengenai keputihan secara menyeluruh. Oleh karena itu edukasi kepada remaja putri mengenai keputihan merupakan hal yang sangat penting. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman remaja putri mengenai perubahan anatomi fisiologis pada remaja, siklus haid, keputihan, membedakan keputihan normal dan tidak normal dan mengenali perilaku yang berpotensi menyebabkan terjadinya keputihan dan pencegahannya. Kegiatan dilaksanakan hari Jumat, 3 Mei 2024 dan melibatkan tim dokter FK Unila dan Santri RQ Nuruz Zaini. Peserta : 19 remaja putri (9 – 21 tahun). Kegiatan meliputi penyuluhan dan diskusi interaktif. Keberhasilan edukasi diketahui dari hasil pre-post test. Pada pre test didapatkan 12 peserta (63,16 %) belum memahami, 4 (21,05%) sudah paham dan 3 peserta (15,78) sudah sangat paham tentang keputihan. Pada post test tidak didapatkan peserta yang tidak paham, 2 peserta memahami dan 17 peserta (89,42%) sudah sangat paham mengenai keputihan. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pengetahuan 73,64% peserta. Simpulan : penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi secara umum dan keputihan meningkatkan tingkat pengetahuan remaja mengenai masalah tersebut. Kata kunci: keputihan, remaja, reproduksi