Syahrun Syahrun Syahrun, Syahrun Syahrun
Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

KESENJANGAN SOSIAL EKONOMI DAN POLITIK PADA MASYARAKAT TRANSMIGRASI DI KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT Montasir, La Ode; Jamiludin, Jamiludin; Syahrun, Syahrun
Jurnal Wahana Kajian Pendidikan IPS Vol 1, No 2 (2017): Terbit 2 kali dalam setahun
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (35.679 KB) | DOI: 10.33772/jwkp-ips.v1i2.7447

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis (1) Bentuk kesenjangan sosial ekonomi dan Politik pada masyarakat transmigrasi di Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat, (2) Bentuk kesenjangan sosial ekonomi dan politik pada masyarakat transmigrasi di Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat, (3) Indikator  kesenjangan sosial ekonomi dan sosial politik politik pada masyarakat transmigrasi di Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi kesenjangan sosial ekonomi dan politikdalam kehidupan masyarakat transmigrasi di KecamatanTiworo Tengah ihwal tersebut secara spesifik terjadi antara penduduk lokal suku Muna dengan komunitas pendatang yang didominasi oleh masyarakat transmigran. Indikator kesenjangansosial ekonomi dan politik di Kecamatan Tiworo Tengah dapat diidentifikasi pada aspek keterampilan kerja, usaha yang dikembangkan, tingkat pendapatan, dan status sosial.  timbulnya kesenjangan sosial ekonomi dan politik pada masyarakat transmigrasi  di KecamatanTiworo Tengah di latar belakangi dua faktor yakni berasal dari internal masyarakat itusendiri  dan faktor kebijakan pemerintah yang kurang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dampak kesenjangan sosial ekonomi dan politik pada masyarakat transmigrasi  di Kecamatan Tiworo Tengahadalah dominasi serta monopoli sumber-sumber ekonomi oleh masyarakat pendatang, serta melahirkan kondisi terpinggirnya, atau marginalisasi terhadap penduduk  lokal di KecamatanTiworo Tengah.                               Kata Kunci: Kesenjangan, Sosial, Ekonomi, Politik, Masyarakat transmigrasi
PEMANFAATAN SEJARAH LOKAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 KENDARI Prasetyo, Ryan Rezky; Basri, La Ode Ali; Syahrun, Syahrun
Jurnal Wahana Kajian Pendidikan IPS Vol 1, No 2 (2017): Terbit 2 kali dalam setahun
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.546 KB) | DOI: 10.33772/jwkp-ips.v1i2.7454

Abstract

Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan mengidensifikasi sejarah lokal yang berpotensi menjadi sumber pembelajaran di Kota Kendari. (2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan alasan sumber sejarah lokal di Kota Kendari belum di manfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah pada ekolah Menengah Atas di Kota Kendari. (3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengembangan sumber sejarah lokal sebagai bahan pembelajaran sejarah di SMA 2 Kendari. Hasil penelitian menunjukan judul untuk dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah yaitu “Sejarah Lokal Daerah Kota Kendari Dari Zaman Kerajaan (Hingga Pendudukan Jepang)”. Dimana dalam judul ini akan di bahas sejarah Kota Kendari, Sejarah pahlawan-pahlawan Kota Kendari, sejarah budaya Kota Kendari, dan potensi wilayah Kota Kendari dan sejarah bangsa Jepang di Kota Kendari. Jadi inti terbesarnya dalam permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan materi sejarah lokal dalam kurikulm pendidikan sejarah adalah ketersediaan sumber dan masih kurangnya dukungan pemerintah. Pendidikan sejarah sebagaimana pendidikan lainnya, tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila sumber tidak tersedia. Dapat di pahami bahwa sudah sepantasnya pentingnya siswa harus mengetahui sejarah lokal daerah Kota Kendari agar lebih memahami sebenarnya apa yang terjadi di masa lampau yang ada di Kota Kendari. Sudah seharusnya ada buku yang mejelaskaan tentang sejarah lokal daerah Kota Kendari untuk menjadi peganggan guru-guru seluruh SMA Se-Kota Kendari untuk di ajarkan kepada siswa-siswa agar siswa SMA Se-Kota Kendari dapat memahami/mengetahui sejarah lokal daerah Kota Kendari.Kata Kunci: Sejarah Lokal, Sumber Belajar, Sumber Sejarah
COMMODIFICATION OF TUTURANGIANA ANDALA RITUAL PERFORMED BY COMMUNITY OF FISHERMEN, BAUBAU CITY, MAKASAR ISLAND, SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE Syahrun, Syahrun Syahrun; Kembara, A.A. Ngurah Anom; Cika, I Wayan Cika; Sukarja, Putu Sukarja
E-Journal of Cultural Studies Vol 8 No 1 (2015): Volume 8, Number 1, Februari 2015
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuturangiana andala ritual is a tradition of floating offerings which have been performed from generation to generation by the community of fishermen in Makassar Island. It used to be simply performed; however, being commodified, it had been performed more lively than before. The government of Baubau City had modified it; everything had been transformed into commodities. The problems arised were analyzed using the theory of semiotics, the theory of rites, and the theory of discourse of power and knowledge. The data were obtained through interview, observation, and documentation. The result of the study shows: first, the process of commodification could not be separated from the process of production, the process of distribution and the process of consumption of the tuturangiana ritual. What was produced for the performance of the tuturangiana andala ritual was the place where it was performed, the things needed for the offerings, the clothing, the dance and the music instrument. The commodified tuturangiana andala ritual was distributed through media and direct communication. It was consumed by the people living in Makassar Island and the local government for tourism. Second, the commodified tuturangiana andala ritual contained (1) the philosophical meaning, (2) the economic meaning, (3) the political meaning, (4) the cultural conservation. Third, the commodified tuturangiana ritual affected the components of the social cultural system of the community of fishermen in Makassar Island such as the common ideology, religion, art, politics, social stratification, technology, economy, and ecology.
PERUBAHAN POLA KONSUMI PANGAN LOKAL KE BERAS PADA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KOTA KENDARI Asnaity, Eva; Aso, La; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.935 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.19868

Abstract

The objective of this study is to describe the local food consumption patterns of the recipients of the Family Hope Program (PKH). The theory used for reading data is the thinking of Levi Strauss on the Culinary Triangle and Kingsley Davis (1990) on Social Change. This research used qualitative data, where primary data was obtained through observation and in-depth interviews with informants and field notes, then all research objects were analyzed descriptively qualitatively. The results of research showed that the changes in local food consumption patterns of rice for the recipients of the Family Hope Program have experienced a change in that they used to consume local food more often with the assistance program from the government making the community's dependence on rice commodities, besides that people's taste for rice consumption is influenced because the taste of rice is better. than nice.Keywords: Consumption patterns, local food, recipients of the hopeful family program (PKH)
PROSES PELAKSANAAN RITUAL KAKADIU BUKUNO KAMOKULANO LIWU PADA MASYARAKAT BOMBONAWULU DI KELURAHAN BOMBONAWULU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH Nurdin, Nurdin; Niampe, La; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.657 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.12494

Abstract

Abstract: The purpose of this study is to study and describe the kakađiu βukuno kamokulano liwu ritual process in Bombonawulu community, Gu District, Buton Tengah Regency. The study uses qualitative methods by presenting them in the formof descriptions. The location of this research is in Bombonawulu Village, Gu District,Central Buton Regency. Data collection with interviews, observations and documentation. This study, the authors used qualitative data analysis techniques. The results of this study indicate that the process of carrying out the kakađiu βukunokamokulano liwu ritual consists of five stages, namely: (1) the preparatory stage includes the preparation of the complete kakađiu βukuno kamokulano liwu ritual as well as checking the completeness of the ritual at the Daduwali Palace; (2) the steps to the βukuno kamokulano liwu burial place, including: the procession of ritual executives, starting with the black flag bearer, the ritual executor and the group of men, then the group of women and white flag bearers, (3) stages in the dwelling place, including: doing worship, cleaning themselves, climbing the cliff, worshiping again and continuing to open the cover that wraps the βukuno kamokulano liwu frame and (4) the bathing stage, includes: scraping the frame with coconut milk, then smearing it with coconut oil and water the bones with holy water ngkolaki, (5) haroa stage, including: reading congratulations and eating together.Keywords:  Implementation,  Ritual, Kakadiu, Bukuno, Kamokulano,Liwu
BUDAYA TEPOROMBUA PADA MASYARAKAT TOLAKI DI DESA BAO-BAO, KECAMATAN SAMPARA, KABUPATEN KONAWE Syukri, Muhammad; Ali Basri, La Ode; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.552 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i2.6615

Abstract

Penelitian ini berjudul “Budaya Teporombua pada Masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe”. Penelitian ini mengkaji tentang budaya teporombua pada masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.Fokus permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu bagaimana bentuk-bentuk teporombua pada masyarakat Tolaki dan bagaimana fungsi serta nilai budaya yang terkandung didalam budaya teporombua.             Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk serta fungsi dan nilai budaya yang terkandung dalam teporombua.Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori solidaritas sosial dan teori struktural fungsional.Secara metodologi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk teporombua yang sering dilakukan dalam masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao yakni teporombua ronga pamarenda (pertemuan atau perkumpulan antara masyarakat dengan pemerintah) guna membicarakan program-program pemerintah yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat, teporombua pepakawia (p
ANALISIS POTENSI DAYA TARIK WISATA BENTENG TIWORO DI KECAMATAN TIWORO KEPULAUAN KABUPATEN MUNA BARAT Hikma Dani Syamsuddin, Wa Ode; Niampe, La; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.512 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.19852

Abstract

This study aims to determine the potential of Tiworo Fort in Tiworo Islands District, West Muna Regency, analyze its potential in the 4A formulation and analyze the government's efforts in developing the Tiworo Fort site. The theory used to read the data is Tourism Destination Development. The method used is descriptive qualitative method, through observation, interviews and documentation. The results of the research on the analysis of the potential tourist attraction of Tiworo Fort consist of 1) Sangia Barakati Mosque, 2) King's Tombs, and 3) King's Inauguration Stone. While the results of the analysis in the 4A formulation obtained 1) Attraction, namely the Sangia Barakati Mosque, the King's Tombs, and the King's Inauguration Stone. 2) Amenity (facilities), namely lodging business, and supporting infrastructure that can provide services and comfort for tourists covering the fields of Health, Electricity, and Communication Networks. 3) Accessibility (accessibility), including access to land, sea and air routes equipped with road signs, 4) Supporting Services (additional services), namely the presence of the West Muna Regency Tourism Office. Furthermore, related to the government's efforts, it can be seen with the construction of the gate and the plan to restore the mosque to a sleeping formKeywords: Tourist Attraction, Historical Tourism, Fort, Tiworo
PERAN KEPEMIMPINAN INFORMAL PU’UTOBU DALAM PENYELESAIAN SENGKETA SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SUKU TOLAKI Suarni, Suarni; Moita, Sulsalman; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.413 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i1.6612

Abstract

Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui peran informal Pu’utobu dalam peneyelesaian sengketa sosial budaya masyarakat Suku Tolaki di Kecamatan Meluhu kabuapaten konawe. Peran informal kepemimpinan Pu’utobuadalah sebagaipemerintahan wilayah yang masing-masing  wilayah ini dikuasai dan bertanggung jawab kepada pemerintahan Siwole Mbatohu yaitu empat penjuru pemerintahan daerah yang telah diuraikan sebelumnya. Pemerintahan Pu’utobu ini merupakan pemerintahan perantara antara pemerintahan wonua melalui Siwole Mbatohu kemudian diteruskan kepada pemerintahan desa (napo) yang disebut o’napo. Pemerintahan Pu’utobu berkewajiban menyambaikan segala perintah dari pemerintahan wonua kepada pemerintahan o’napo yang berada di wilayah kekuasaannya.Pu’utobu mempunyai kewajiban untuk meneruskan segala usul permintaan dari pemerintahan napo kepada pemerintahan siwole mbatohu, dan diteruskan lagi kepada pemerintahan wonua yang dipimpin oleh seorang mokole (kepala negeri).Seorang Pu’utobu sebagai kepala wilayah mempunyai aparat pemerintahan di tingkat wilayahnya, yaitu tingkat pabitara, tolea, posudo dan tamalaki yang ditunjuk dan diangkat dari salah seorang yang menonjol prestasinya dari aparat pemerintahan di bawahnya.Tugas-tugas yang dilaksanakan aparat pemerintahan Pu’utobu ini adalah segala masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintahan onapo, dan atau segala perselisihan yang terjadi antara pemerintahan o’napo dalam wilayah kekuasaannya.Kata kunci: kepemimpinan, Pu’utobu, sengketa, sosial budaya, masyarakat
MAKNA SIMBOLIK PAKAIAN ADAT (KABHANTAPI) PEREMPUAN PADA MASYARAKAT ETNIK MUNA DI KECAMATAN KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA sara, afnita Fitria; dirman, la ode; syahrun, syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.487 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.17711

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna simbolik pakaian adat kabhantapi pada masyarakat etnik Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat etnik Muna, orang yang memiliki pengetahuan tentang pakaian adat kabhantapi, dan Pemerintah setempat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, yakni; (a) tahap klasifikasi data, (b) reduksi data, (c) interpretasi data, dan (d) pendeskripsian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian adat kabhantapi memiliki banyak makna simbolik. Pakaian adat Kabhantapi sebagai simbol status perempuan yang menjadi pembeda bagi perempuan yang belum menikah dengan yang sudah menikah. Pakaian adat kabhantapi juga memiliki makna simbol status sosial, serta bentuk, warna dan motifnya memiliki makna simbolik yang sangat khas.
Penggunaan Obat Tradisional Seledri dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu Tapasi, Irawati; Sifatu, Wa; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.291 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i2.9096

Abstract

Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu penyakit pembuluh darah (vascular disease). Kejadian hipertensi di Puskesmas Puuwatu pada tahun 2018 sebanyak 4.166 kasus. Ada dua jenis pengobatan yang dilakukan oleh masyarat Puuwatu yaitu menggunakan pengobatan tradisional dan menggunakan pengobatan kimia. Dalam pengobatan penyakit hipertensi terdapat beberapa factor yang mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan menggunakan pengobatan yang dikehendakinya. Hasil dari pengobatan penyakit hipertensi menghasilkan evaluasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pengobatan penyakit hipertensi. Penelitian ini menggunakan teori Bourdieu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan hubungan tingkat kepuasan masyarakat dalam penggunaan obat tradisional dan obat kimia serta mengkaji dan menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat Puuwatu. Metode penelitian ini menggunakan Mixed method. Populasi berjumlah 4.166 penderita dengan sampel 60 responden.Hasilpenelitian menunjukan ada hubungan  antara tingkat kepuasaan dari segi kualitas produk, biaya dan harga terhadap obat tradisional, dan ada hubungan  antara tingkat kepuasaan dari segi kualitas pelayanan, emosional terhadap obat kimia. Kesimpulan penelitian ini pengobatan hipertensi menggunakan obat tradisional memberikan nilai puas terhadap kualitas produk, biaya dan harga sedangkan pengobatan hipertensi menggunakan obat kimia memberikan nilai puas terhadap kualitas pelayanan dan emosional. dan upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam pengobatan tradisional yaitu melalui pengetahuan, pengalaman pribadi, serta pengalaman orang tua dahulu.Kata Kunci : Hipertensi, Kepuasan, Pengobatan Tradisional, Pengobatan Kimia