Claim Missing Document
Check
Articles

Efektifitas Analgesi Blok Transversus Abdominis Plane (TAP) Bupivacaine 0,25% dan Epinefrine 1 : 200.000 dengan Kombinasi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (Studi Pasca Laparoskopi Ginekologi) Akhsaniati, Novi Dwi; Wisudarti, Calcarina Fitriani Retno; Suryono, Bambang
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 2 (2017): Volume 4 Number 2 (2017)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i2.7292

Abstract

Latar belakang : Berbagai cara digunakan untuk mengatasi nyeri pasca laparoskopi, di antaranya dengan opioid intraavena, obat antiinflamasi nonsteroid, pemberian lokal anestesi dengan instilasi ataupun blok TAP.Tujuan : Mengetahui efektifitas analgetik blok transversus abdominis plane bupivakaine 0,25% 20 cc di tiap sisi dan epinefrine 1 : 200.000 dikombinasi dengan ketorolac 30 mg intravena sebagai analgetik pasca laparoskopi ginekologi.Metode : Rancangan penelitian adalah Single Blind Randomized Control Trial. Sebanyak 42 pasien status fisik ASA I-II yang akan menjalani operasi laparoskopi ginekologi dengan anestesi umum yang memenuhi kriteria inklusi dibagi secara acak menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberikan blok transversus abdominis plane 20 cc bupivakaine 0,25 % dan adjuvan epinefrin 1 : 200.0000 dan pasca operasi ketorolac 30 mg intravena. Kelompok kontrol mendapatkan analgetik ketorolac 30 mg intravena. Nyeri pasca operasi diukur dengan Numeric Rating Scale dan total rescue analgetik fentanyl selama 24 jam pasca operasi.Hasil : Numeric rating scale pada kelompok kontrol pada jam ke 0,6,12 lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0.05). Total rescue fentanyl lebih rendah pada kelompok perlakuan sampai denganjam ke 6 pasca operasi (p<0.05).Kesimpulan : Blok Transversus Abdominis Plane dengan ketorolac 30 mg intravena mempunyai efek analgetik yang lebih baik untuk pasca laparoskopi ginekologi.
Perbandingan Perubahan Nilai Rate Pressure Product pada Laringointubasi Endotrakea antara Premedikasi Pregabalin 225 mg dengan Clonidin 0,15 mg Per Oral Mulyono; Suryono, Bambang; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 3 (2017): Volume 4 Number 3 (2017)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i3.7300

Abstract

Latar belakang: respon hemodinamik terhadap laringointubasi merupakan stimuli noksius kuat yang dapat ditumpulkan dengan premedikasi yang tepat. Beberapa obat telah digunakan sebagai premedikasi. Penggunaan premedikasi pregabalin dan clonidin telah dilaporkan dapat menumpulkan respon hemodinamik saat laringointubasi endotrakea.Tujuan penelitian: untuk membandingkan perubahan nilai rate pressure product pada tindakan laringointubasi endotrakea antara premedikasi pregabalin 225 mg dengan clonidin 0,15 mg per oral.Metode penelitian: menggunakan percobaan acak terkontrol dengan pembutaan ganda (double blind randomized controlled trial), dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 78 pasien, status fisik ASA I danII yang direncanakan dengan pembedahan elektif dengan anestesi umum di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Subyek dibagi menjadi dua kelompok masing–masing 39 pasien. Kelompok P (kelompok yang mendapatkan pregabalin 225 mg) dan kelompok C (kelompok yang mendapatkan clonidin 0,15 mg per oral). Semua pasien diberi preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3 menit, fentanil 1 μg/kg iv, kemudian diinduksi dengan propofol 1,5 mg/kgbb iv dan diberi rocuronium 0,6 mg/kgbb iv. Pengukuran dilakukan terhadap tekanan darah, laju denyut jantung, dan rate pressure product sebelum premedikasi, setelah premedikasi, induksi, dan larigointubasi pada menit ke-1, 3, 5 dan 10. Nilai rate pressure product (RPP) diukur dengan mengalikan tekanan darah sistolik dan laju jantung. Data numerik dianalisis menggunakan paired sample t-test (data berpasangan), dan uji independent t-test (data tidak berpasangan). Sedangkan variabel nominal, digunakan uji chi square. Nilai p < 0,05 secara statistik dinyatakan bermakna dengan tingkat kepercayaan95%.Hasil penelitian: terdapat berbedaan signifikan secara statistik perubahan nilai rate pressure product (RPP) saat menit 90 setelah premedikasi, setelah induksi, dan menit ke-1, 3, 5, 10 setelah intubasi (p<0,05) antara kedua kelompok, dimana pregabalin menunjukkan perubahan nilai RPP yang lebih rendah dibanding clonidin. Secara klinis tidak ada perbedaan perubahan nilai rate pressure product (RPP) saat menit 90 setelah premedikasi, setelah induksi, menit ke-1, 3, dan 10 setelah intubasi, kecuali menit ke-5 setelah intubasi dimana kelompok pregabalin menunjukkan penurunan 13,3% dibanding 17,0% pada clonidin.Kesimpulan: pada penelitian ini perubahan nilai rate pressure product pada tindakan laringointubasi endotrakea dengan premedikasi pregabalin 225 mg per oral lebih rendah dibanding dengan premedikasi clonidin 0,15 mg per oral.
Manajemen Anestesi pada Kehamilan Sistemik Lupus Eritematosus Nuryawan, Iwan; Suryono, Bambang; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 5 No 3 (2018): Volume 5 Number 3 (2018)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v5i3.7345

Abstract

Systemic lupus erythematosus (SLE) is an autoimmune, multisystem disease, which involves complex pathogenetic mechanisms that can occur at all ages, characterized by the presence of direct autoantibodies against the core antigen. Management of lupus in women ideally begins before pregnancy occurs. Adequate analgesia can overcome the response of the organ system due to pain. Regional anesthesia techniques are very popular pharmacological techniques and become the gold standard because they provide optimal analgesia during labor with minimal side effects on the mother and fetus when compared with systemic or inhalation analgesia.
Manajemen Anestesi pada Pasien Sectio Caesarea dengan Preeklamsia Berat dan Edema Pulmo Rahardjo, Sri; Suryono, Bambang; Rudita, Muhammad
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 10 No 3 (2023): Volume 10 Number 3 (2023)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v10i3.7379

Abstract

Perawatan multi modal yang memastikan oksigenasi optimal dan hemodinamik stabil denganjumlah cairan minimal tampaknya bisa dibenarkan. Dengan tidak adanya pemahaman lengkap tentang patogenesis edema pulmo, untuk mengurangi komplikasi ibu dan janin, manajemen terutama didasarkan pada pengobatan gejala dan tanda-tanda efek sekunder preeklamsia. Manajemen pasien ini idealnya harus multidisiplin dan ahli anestesi harusterlibat dalam perawatan pasien sejak tahap awal. Asesmen awal yang cermat oleh ahlianestesi direkomendasikan untuk semua pasien dengan preeklamsia, terutama dalam kasus yang berat. Kecuali ada kontraindikasi yang diketahui sebelumnya, seperti koagulopati, anestesi regional direkomendasikan untuk pasien preeklamsia. Mengingat risiko anestesi umum pada pasien dengan preeklamsia, anestesi spinal harus dipertimbangkan dalam kasus-kasus urgensi tanpa mengesampingkan anestesi epidural. ketika diperlukan anestesi umum, sangat penting untuk mengantisipasi dan mengobati tekanan darah yang tidak stabil. Jugapenting untuk dipersiapkan untuk manajemen jalan nafas ibu yang sulit, mengingat peningkatan risiko edema faringolaringeal.
Manajemen Anestesi Pasien Obstetri yang Menjalani Sectio Caesarea Emergency Indikasi Gagal dengan Preeklampisa Berat dan Asma Intermittent Sedang Suryono, Bambang; Apsari, Ratih Kumala Fajar; Nurdiansyah, Elba
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 7 No 1 (2019): Volume 7 Number 1 (2019)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v7i1.7380

Abstract

Penanganan perioperatif asma pada ibu hamil, perlu mendapat perhatian lebih, dikarenakan selain menyangkut keselamatan ibu juga keselamatan janin. Sebisa mungkin pasien dioptimalkan kondisipreoperatifnya, namun bila tidak memungkinkan, diperlukan pemilihan tehnik anaestesi yang dapat meringankan kondisi asma ibu dengan memilih obat-obat yang memiliki efek bronkodilatasi, non histamine release dan meringankan edema jalan nafas. Pasien ini dipilih teknik epidural dikarenakan tidak menimbulkan gejolak hemodinamik yang berarti, memberikan fasilitas analgesia anestesia selama tindakan operasi, resiko sulit intubasi dapat dihindarkan serta dapat digunakan sebagai modal analgesi paska operasi yang adekuat. Dengan mengoptimalkan kondisi preoperatif pasien, morbiditas terhadap pasien dapat diminimalkan dan memberikan outcome yang baik terhadap ibu maupun bayinya.
Co-Authors Ade Ayu Sukmawati, Ade Ayu Afrianto, Kus Afrisa Adhita Putri, Afrisa Adhita Agus Wahyudi Akhmad Riduwan Akhsaniati, Novi Dwi Anang Didik Waluyo, Anang Didik Apriliani Issana Putri, Apriliani Issana Ardi Pramono Arifin, Sugeng Moh Ayu Putri Mustika Sari, Ayu Putri Mustika Azka Yahdiyani, Azka Bagir, Muhamad Baskoro, Ronggo Basuki, Wahyu Sunaryo Bhirowo Yudo Pratomo Binti Amaliyah Mufida, Binti Amaliyah Calcarina Fitriani Retno Wisudarti Christantie Effendy Christanto, Sandhi Dibrata, Himendra Warga Difa, Rivenski Atwinda Djayanti Sari Djoko Adi Prasetio, Djoko Adi DWI RAHMAWATI Elita Rachmawati, Elita Endro Basuki FAHMI RIZALDI, FAHMI Fajarani, Septanti Faridah Faridah Fildzah Syahmina, Fildzah Firdaus, Riyadh Fithrah, Bona Akhmad FRW, Calcarina Hermanto, Suwardi B. Heryanti, Chrisna Dwi Hidayat, Nopian Husein, Akhmad Syaiful Fatah Ichrom, Mochamad Ika Miftahul Jannah, Ika Miftahul Iskandar, Bintang Kusnardani Itla, Itla Lalenoh, Diana Christine Lestari, Nurdika Dewi Luluk Atika Rahmawati, Luluk Atika Mahisa, Orizanov Mardiyah Anugraini, Mardiyah Mildawati, Titik Mulyono Mustikawati, Siti Rakhmah Nadiyah, Farah Nofa Prima Amalia, Nofa Prima Novanianto Rendra K.P., Novanianto Nur, Rifdhani Fakhrudin Nurdiansyah, Elba Nurul Isvatul Muvidha, Nurul Isvatul Nuryawan, Iwan Osman Sianipar Pangroso, Agung Pangroso Perbatasari, Inggita Dyah Pradipta, Dedik Norman Pratiwi, Argitania Diah Putri, Rahmita Ariami R. Rendra Okta Pratama Putra, R. Rendra Okta Pratama Rahmatisa, Dimas Rahmatisa, Dimas Rahmawati, Selvia Eka Ramayani, Julita Ratih Kumala Fajar Apsari Ratna Lutfiani Putri, Ratna Lutfiani Rudita, Muhammad RW, Calcarina Fitriani Saleh, Siti Chasnak Sansoethan, Dithya Kusuma Sarosa, Pandit SATRIYAS ILYAS Septica, Rafidya Indah Silalahi, Antonius Sri Rahardjo Sudadi Sudadi Sudjito, M. H Sulistyowati Sulistyowati Sutjipto Ngumar, Sutjipto Suyasa, Agus Baratha Tatang Bisri Titin Rahayu, Titin Wahidahwati Wahidahwati Wariyanti, Wariyanti Widowati, Sari Ayu Widyaningrum, Chintya Wulandari, Novi Eka Yunita Kurniawati, Yunita Yusmein Uyun Zata Isma Rizki Amalina, Zata Isma Rizki