Claim Missing Document
Check
Articles

PENYISIHAN KALIUM DARI LIMBAH CAIR PERSAWAHAN DENGAN METODE MULTI SOIL LAYERING (MSL) Taufiq Ihsan; Shinta Indah; Denny Helard
Jurnal Dampak Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.2.133-141.2013

Abstract

Metode Multi Soil Layering (MSL) telah diujicobakan untuk menyisihkan kalium pada limbah cair persawahan.Lokasi pengambilan sampel berada di daerah Tunggang, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Pauh, KotaPadang. Hasil analisis karakteristik limbah cair tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi melebihi standarkonsentrasi kalium pada air. Penelitian ini menggunakan 2 buah reaktor berbahan fiberglass, berbentuktrapesium untuk sisi tegaknya, dengan dimensi panjang dan lebar alas 37 cm, panjang dan lebar sisi atas 44 cmdan tinggi 60 cm, serta lapisan aerob berupa batuan kerikil berdiameter 3-5 mm. Kedua reaktor dibedakan atasmaterial organik dalam campuran tanah pada lapisan anaerob, dimana reaktor 1 terdiri dari campuran tanahandisol dan arang, sedangkan reaktor 2 terdiri dari campuran tanah andisol dengan serbuk gergaji. Limbahcair ini dialirkan pada variasi konsentrasi antara 1,048 6,237 mg/l, serta pada Hydraulic Loading Rate (HLR)dengan variasi 1.000, 2.000, dan 4.000 l/m2hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua reaktor mampumenyisihkan kalium mencapai 100% baik pada reaktor 1, maupun pada reaktor 2. Variasi material organikdalam campuran tanah pada lapisan anaerob, variasi konsentrasi influen, dan variasi HLR berpengaruh padapenyisihan kalium. Efisiensi penyisihan kalium didapatkan lebih tinggi pada reaktor 2 pada variasi konsentrasiinfluen terkecil, dengan pengaliran limbah cair pada HLR 1000 l/m2hari. Secara umum MSL dapatdiaplikasikan pada pengolahan limbah cair persawahan.Kata Kunci : Limbah cair persawahan, MSL, kalium
PREDIKSI TINGKAT EMISI GAS KARBON DIOKSIDA (CO2) DARI KEGIATAN TRANSPORTASI AKIBAT BEROPERASINYA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DI KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIS Fadjar Goembira; Irma Surianti; Taufiq Ihsan
Jurnal Dampak Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.11.2.110-126.2014

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk memprediksi pengaruh beroperasinya Rumah Sakit Pendidikan (RSP) di Kampus Universitas Andalas (Unand) Limau Manis terhadap emisi dan dispersi CO2 dari aktivitas transportasi, serta dampak lain terhadap tingkat pelayanan ruas jalan. Perhitungan volume kendaraan dilakukan di jalan-jalan yang direncanakan akan menjadi akses ke RSP Unand, yaitu Jalan Utama Gerbang Depan, Jalan Utama Gerbang Samping, dan Jalan Lingkar Selatan Unand dengan metode survei pencacahan lalu lintas. Perhitungan dispersi CO2 dilakukan menggunakan software Caline4. Hasil analisis menunjukkan bahwa volume kendaraan terbesar terdapat di Jalan Utama Gerbang Depan sebesar 1.708 smp/jam, diikuti oleh Jalan Lingkar Selatan sebesar 266 smp/jam, dan Jalan Utama Gerbang Samping sebesar 157 smp/jam. Beroperasinya RSP Unand diprediksi meningkatkan emisi CO2 dari aktivitas transportasi di Jalan Utama Gerbang Depan, Jalan Utama Gerbang Samping, dan Jalan Lingkar Selatan sebesar 76.403,77 mg/m.jam, 7.356,61 mg/m.jam, dan 11.123,31 mg/m.jam, dan diperkirakan akan terdispersi ke arah timur laut. Diperkirakan akan terjadi kenaikan konsentrasi CO2 ambien di kawasan kampus hingga 6,5 ppm, serta derajat kejenuhan ruas jalan naik hingga 0,25. Pengoptimalan Jalan Utama Gerbang Samping sebagai jalan akses utama ke RSP Unand diperkirakan dapat mereduksi emisi CO2 dari aktivitas transportasi dan menurunkan derajat kejenuhan jalan di Jalan Utama Gerbang Depan Sebesar 15.449 mg/m.jam dan 0,05, serta menurunkan konsentrasi CO2 ambien hingga 1,5 ppm.Kata kunci: Laju emisi CO2, dispersi CO2, Transportasi, RSP Unand
Analisis Tingkat Kebisingan di Kawasan Kampus Universitas Putra Indonesia (UPI) di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang Fadjar Goembira; Taufiq Ihsan; Muhammad Fahyudi
Jurnal Dampak Vol 13, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.13.1.26-34.2016

Abstract

The purpose of this research is to analyze the data measuring the noise level in the campus of the University of Putra Indonesia (UPI). Measurement point exterior and interior consists of 12 points and 7 points. The measurement method is based on Decree of the Indonesia Minister of Environment No. 48 of 1996 on Baku Noise is a method simple way by using Sound Level Meter. The highest level of exterior noise when L1 at the point of the Campus Gate UPI (1A) of 73.72 dB (A). The noise level in the afternoon (LS) between 69.63 to 61.60 dB (A), the noise level night (LM) between 48.10 to 38.72 dB (A) and the day-night noise level (LSM) between 67.91 to 59.93 dB (A). The highest current interior noise levels of activity in Building D (2B) of 69.96 dB (A), while the highest level of interior noise occurs at the point when empty Building G (7B) of 69.37 dB (A). Value exterior noise when the time L1-L4 exceeds Raw Noise Level while the value of interior noise when the condition activity partly exceeded Raw Noise except Building G (7B) and the value of noise when empty condition partly exceeds the noise level except Building UPI Sport & Exhibition Hall (1B), Building B (3B) and Building A (4B). Control recommendations exterior form of vegetation while the interior of the control building construction improvements. Keywords: noise, University of Putra Indonesia (UPI) campus, exterior, interior, control alternative recommendationABSTRAKTujuan penelitian adalah menganalisis data pengukuran tingkat kebisingan di kawasan Kampus Universitas Putra Indonesia (UPI). Titik pengukuran eksterior dan interior terdiri atas 12 titik dan 7 titik. Metode pengukuran berdasarkan KepMen LH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan yaitu metode cara sederhana dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Tingkat kebisingan tertinggi eksterior pada saat L1 di titik Pintu Gerbang Kampus UPI (1A) sebesar 73,72 dB(A). Tingkat kebisingan pada siang (LS) antara 69,63-61,60 dB(A), tingkat kebisingan malam (LM) antara 48,10-38,72 dB(A) dan tingkat kebisingan siang-malam (LSM) antara 67,91-59,93 dB(A). Tingkat kebisingan interior tertinggi saat aktivitas di Gedung D (2B) sebesar 69,96 dB(A) sedangkan tingkat kebisingan interior tertinggi saat kosong terjadi di titik Gedung G (7B) sebesar 69,37 dB(A). Nilai kebisingan eksterior saat waktu L1-L4 melebihi Baku Tingkat Kebisingan sedangkan nilai kebisingan interior saat kondisi aktivitas sebagian melebihi Baku Tingkat Kebisingan kecuali Gedung G (7B) dan nilai kebisingan saat kondisi kosong sebagian melebihi baku tingkat kebisingan kecuali Gedung UPI Sport & Exhibition Hall (1B), Gedung B (3B) dan Gedung A (4B). Rekomendasi pengendalian eksterior berupa penanaman vegetasi sedangkan pengendalian interior berupa perbaikan konstruksi bangunan.Kata kunci: kebisingan, kampus Universitas Putra Indonesia (UPI), eksterior, interior, rekomendasi alternatif pengendalian
JATROPHA CURCAS PLANT AS A POTENTIAL BIODIESEL FEEDSTOCK IN INDONESIA Fadjar Goembira; Taufiq Ihsan
Jurnal Dampak Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.2.94-103.2013

Abstract

One of the alternatives for biodiesel feedstock is oil from Jatropha curcas plant. The advantages ofusing this plant are due to its ability to grow in poor soils, different parts of the plant can also be usedfor different purposes, the by products of biodiesel productions have economic values, and biodiesel ismore environmentally friendly when it is being produced and being used, compared to mineral derivedoils. Although Indonesia has another alternative raw material for biodiesel production, i.e. palm oil,however the use of palm oil will affect its supply for the other sectors that have already established,e.g. for producing cooking oils. This situation will not happen to Jatropha curcas oil, due to itsinedible characteristic.Keywords: Biodiesel, Jatropha curcas, Indonesia
Pengendalian Kontaminasi Total Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang dengan Konsep Hazard Analysis Critical Control Point Rinda Andhita Regia; Taufiq Ihsan; Dhita Dwi Tirta
Jurnal Dampak Vol 17, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.17.1.9-14.2020

Abstract

 Total Coliform as an indicator of food or beverage pollution can cause food-borne diseases. In the food and beverage production process, hygiene and sanitation are part of the Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) is one of the efforts to avoid pollution to the production process. This study aims to control Total Coliform contamination with the HACCP concept carried out in 10 drinking water depot in Pauh Subdistrict, Padang City through direct field observation and laboratory testing using the Most Probable Number (MPN) method. The test point in this study is the raw water contained in the reservoir, the production water that will be sold to consumers and the drinking water will be consumed for 3 days in gallon. The test results showed hygiene and sanitation of drinking water depot and Total Coliform content had a negative and strong relationship (r = -0.750) means that the higher the hygiene and sanitation of drinking water depot, so the lower the Total Coliform content in drinking water. Based on the results of the hazard analysis which is the CCP point are the filter tube, UV light and gallon washing. Therefore, control measures so that the CCP point that exceeds the quality standard can be accepted are controlling the drinking water process and tightening hygiene and sanitation of drinking water depot employees. Keywords: Total Coliform, Drinking Water Depot , HACCP, Pauh Sub-dDistrict, hygiene sanitation  ABSTRAK  Total Coliform sebagai indikator pencemaran makanan atau minuman dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan. Dalam proses produksi makanan dan minuman, kebersihan dan sanitasi yang menjadi bagian dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah salah satu upaya untuk menghindari polusi pada proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan kontaminasi Total Coliform dengan konsep HACCP yang dilakukan di 10 depot air minum (DAMIU) di Kecamatan Pauh, Kota Padang melalui observasi lapangan langsung dan pengujian laboratorium menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Titik uji dalam penelitian ini adalah air baku yang terkandung dalam reservoir, air produksi yang akan dijual kepada konsumen dan air minum akan dikonsumsi selama 3 hari dalam galon. Hasil tes menunjukkan kebersihan dan sanitasi depot air minum dan kandungan Total Coliform memiliki hubungan negatif dan kuat (r = -0,750) berarti semakin tinggi kebersihan dan sanitasi DAMIU, sehingga semakin rendah kandungan Total Coliform dalam air minum . Berdasarkan hasil analisis bahaya, yang merupakan titik CCP adalah tabung filter, sinar UV dan pencucian galon. Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian terhadap poin kritis yang menyebabkan tidak tercapainya standar kualitas, adalah dengan mengendalikan proses air minum dan memperketat kebersihan dan sanitasi karyawan DAMIU. Kata kunci: Total Coliform, DAMIU, HACCP, Kecamatan Pauh, sanitasi perorangan         
Analisis Konsentrasi PM2,5, CO dan CO2 di Dalam Ruangan Akibat Penggunaan Kompor Biomassa Berbahan Bakar Briket Tempurung Kelapa dan Briket Kayu Bakar Fadjar Goembira; Afifah Nazir; Amalia Husna; Taufiq Ihsan
Dampak Vol 16, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.16.1.42-50.2019

Abstract

The objective of this study was to analyze the concentration of PM2.5, CO and CO2 indoor due to the use of biomass stoves and to calculate the value of combustion efficiency and fuel use efficiency in biomass stoves. The test was conducted by the water boiling test method to simulate the cooking process that was divided into 3 phases. The fuel used was coconut shell briquettes and firewood briquettes. Based on the test results the obtained concentration of PM2.5 from the the use of coconut shell briquette was 21.03 µg/Nm3 during the cold start phase, 23.66 µg/Nm3 in the hot start phase, and 15.57 µg/Nm3 in the simmering phase. As for Firewood briquette, it had lower PM2.5 concentrations, i.e., 17.17 µg/Nm3 in the cold start phase, 20.63 µg/Nm3 in the hot start phase, and 12.17 µg/Nm3 in the simmering phase. The results of CO concentration measurement in coconut shell briquette for the cold start, hot start, and simmering phases were 4.57; 4.32 and 5.27 ppm, respectively, and for firewood briquette were 3.92; 3.69 and 4.61 ppm, correspondingly. While for CO2 concentration measurements, for coconut shell briquette at cold start, hot start, and simmering phases were 376.83; 364.56 and 443.11 ppm, respectively, and for firewood briquette were 397.4; 383.61 and 486.45 ppm, accordingly. The concentration of PM2.5, CO and CO2 did not exceed the indoor air quality standard regulated by the Minister of Health Regulation No. 1077 of 2011 which is 35 µg/Nm3 for PM2.5, 9 ppm for CO and 1,000 ppm for CO2. The ratio of the biomass stove CO / CO2 briquette fuel was below the value of 0.02 which means that the combustion process occurred perfectly. The efficiency value of coconut shell briquette combustion was lower than that of firewood briquette combustion which is influenced by heating value, water temperature, the amount of fuel used and the length of the testing process, while the efficient use of fuel from using briquettes was better than biomass stoves made from unprocessed/raw biomass fuels.
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat Slamet Raharjo; Taufiq Ihsan; Sri Rahmiwati Yuned
Jurnal Dampak Vol 13, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.13.1.10-25.2016

Abstract

Bukittinggi generates around 471,01 m3/day of municipal solid waste (MSW), in which only 55,7 % is managed by the local government. As many other cities, Bukttinggi is facing a problem of implementing recycling practice. Meanwhile, there are abundant of waste from coming from districts around the border area. Such problems result in a high generation of waste that must be transfered to landfill. In order to reduce the waste generation, Bukittinggi needs a 20 years-planning of MSW development which is based on recycling management (2016-2030). It includes technical aspect and non technical aspect. The purpose of this study is to increase service coverage by developing community-based recycling facilities (TPS 3R). Developing area is divided into 3 zones. The level of service in zone 1 is increased to 100% by practicing waste reduction management in TPS 3R.. 3R target is set at 20 % of total waste generation at the end of the planning year with management system such as takakura composting, rotary klin composting and dry garbage bank. Planning with community-based waste recycling will decrease the amount of waste management facilities.Keywords: Waste Management, Bukittinggi, technical aspect, non technical aspect, 3RAbstrakKota Bukittinggi dengan timbulan sampah 471,01 m3/hari dan hanya terlayani 55,7% dari total sampah. Permasalahan persampaan yang ada di Kota ini yaitu masih rendahnya praktek pemanfaatan sampah, selain itu adanya sampah kiriman dari kabupaten tetangga yang menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat, sementara Kota Bukittinggi tidak memiliki TPA sendiri. Untuk itu diperlukan perencanaan pengembangan pengelolaan sampah Kota Bukittinggi selama 20 tahun perencanaan (2016-2035) meliputi aspek teknis dengan pola pemanfaatan sampah. Pengelolaan persampahan yang direncanakan yaitu meningkatkan daerah pelayanan dengan dibagi menjadi 3 zona yaitu zona I, II dan III berdasarkan kawasan strategis kota dan tingkat pelayanan menjadi 100% pada zona prioritas (Zona I) dengan melakukan reduksi sampah melalui pengolahan di TPS 3R berdasarkan target 3R, 20% di akhir tahun perencanaan dengan sistem pengolahan berupa pengomposan dengan sistem takakura susun dan rotary kiln serta bank sampah untuk sampah kering yang bisa didaur ulang. Berdasarkan analisis perbandingan, adanya pengolahan sampah dapat mengurangi jumlah sarana prasarana pengelolaan sampah.Kata kunci: Pengelolaan, Bukittinggi, Aspek Teknis dan Non Teknis, 3R
PERENCANAAN SISTEM REDUCE, REUSE DAN RECYCLE PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIS PADANG Slamet Raharjo; Taufiq Ihsan; Yenni Ruslinda
Jurnal Dampak Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.11.2.79-87.2014

Abstract

Pengelolaan sampah eksisting yang dilakukan pihak Unand masih menerapkan pola kumpul-angkut-buang. Pola tersebut tidak sesuai dengan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan sistem 3R. Perencanaan sistem dilakukan untuk 5 tahun (2014-2018) dengan target pelayanan sistem pewadahan dan pengangkutan sampah mencapai 100% dan tingkat pengolahan di Pusat Pengolahan Sampah Terpadu (PPST) mencapai 78,77%. Sistem pewadahan dan pengumpulan sampah dilakukan dengan metode terpilah yang masing-masing dilakukan dengan pembedaan warna wadah sampah dan penjadwalan penjemputan sampah sesuai dengan pengelompokan jenis sampah. Adapun pengelompokan sampah dibedakan menjadi 3 yaitu sampah organik yang bisa dikompos seperti daun-daunan dan sisa makanan, sampah yang bernilai jual seperti sampah kertas, botol dan gelas plastik, kaleng, dan berbagai logam dan sampah lain-lain yang akan dibuang ke TPA seperti kayu, ranting-ranting besar, kertas dan plastik yang tidak bisa dijual, dsb. Pengolahan sampah di PPST Unand terdiri dari proses pengomposan dan pencucian, pengepakan dan penjualan ke lapak/bandar sampah untuk sampah yang bernilai ekonomi. Sisa sampah yang tidak terolah sebanyak 21,23% dibuang ke TPA Air Dingin. Program-program non teknis yang harus dilakukan diantaranya adalah pembentukan struktur organisasi yang khusus menangani persampahan dan penerbitan peraturan tentang kewajiban warga kampus dalam penanganan sampah secara 3R.Kata kunci: Pengelolaan sampah, PPST Unand, Kompos, Daur Ulang, 3R
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN POLA PEMANFAATAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN TANAH DATAR Slamet Raharjo; Taufiq Ihsan; Tiara Wahyuni
Jurnal Dampak Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.13.2.76-88.2016

Abstract

There was a lack attention regarding municipal solid waste management in Tanah Datar Regency, West Sumatera. Current condition shows that the achievement of waste management services is only 3.71% of the total waste generation, with a generation unit of 3.646 l /cap / day. Questionnaires results suggest that the limited facilities, infrastructures and community participations result in low achievement of the waste management service. Developing solid waste management in Tanah Datar Regency for 20 years would become a solution for this case. This program is divided in three stages: Stage I (2016-2020), Stage II (2021-2025) and Stage III (2026-2035 ). Planning program covers development of service levels, technical and non technical aspects of solid waste. There are five zones for area development, Zone A, B, C, D and E. Community participation can be developed by applying community-based TPS 3R through Solid Waste Bank (SWB) system. Solid waste handling includes composting using Takakura Method and Rotary Kiln, and recycling for dry waste. Achievement of recycling in Zone A would reach 20% in the end of design period since Zone A is priority. This application aims to minimize the amount of waste entering the municipal landfill and extend its lifetime. Keyword: Solid waste Management, Technical Aspects, Non-Technical Aspects, 3R, Tanah DatarAbstrakMasalah persampahan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya praktik pemanfaatan sampah dan tingkat pelayanan yaitu 3,71% dengan satuan timbulan 3,646 l/orang/hari. Berdasarkan pengolahan data hasil kuisioner, dapat disimpulkan bahwa minimnya jumlah sarana dan prasarana serta partisipasi masyarakat juga menjadi faktor yang menyebabkan sampah belum dapat ditangani dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan studi pengembangan pengelolaan sampah di Kabupaten Tanah Datar selama 20 tahun yang dibagi atas tiga tahap yaitu Tahap I (2016-2020), Tahap II (2021-2025) dan Tahap III (2026-2035) Perencanaan meliputi pengembangan tingkat pelayanan serta aspek teknis dan non teknis persampahan. Perencanaan daerah pelayanan dibagi atas lima zona yaitu Zona A, B, C, D dan E. Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan pembangunan TPS 3R yang berbasis masyarakat dengan sistem Bank Sampah. Pengolahan yang dilakukan berupa pengomposan untuk sampah basah dengan metode Takakura Susun dan Rotary Kiln serta daur ulang untuk sampah kering. Penerapan daur ulang di Zona A direncanakan mencapai target 20% di akhir periode desain karena Zona A merupakan zona prioritas. Penerapan daur ulang ini bertujuan untuk meminimalisir jumlah sampah yang masuk ke TPA dan memperpanjang umur pakai TPA.Kata Kunci: Pengelolaan Sampah, Aspek Teknis, Aspek Non Teknis, 3R, Tanah Datar
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Akibat Pajanan Logam dalam PM 2,5 pada Masyarakat di Perumahan Blok D Ulu Gadut Kota Padang Shinta Silvia; Fadjar Goembira; Taufiq Ihsan; Resti Ayu Lestari; Mohammad Irfan
Dampak Vol 17, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.17.2.1-10.2020

Abstract

ABSTRACT This study aims to analyze the concentration of metals in PM2.5 and the environmental health risks due to metal exposure to residents. The PM2.5 measurement using Low Volume Air Sampler (LVAS) tool with a sampling time of 3; 6; 9 hours. Meteorological conditions were measured by using the PCE-FWS-20 Weather Station tool. Analysis of metal concentrations using the Inductively Coupled Plasma-MS (ICP-MS) tool. The Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method was used to estimate the risk of exposure. Based on the measurement results, the concentration of PM2.5 in ambient air was 25.82 µg / Nm3 and in the house was 25.73 µg / m3. The results of PM2.5 concentration measurements did not exceed quality standards based on Republic of Indonesia Government Regulation No.41 of 1999 and Minister of Health Regulation No.1077 of 2011. Three metals (Cr, Ni and Mn) which have RfC and SF values followed by ARKL calculations. The average lifetime Excess Cancer Risk (ECR) value of carcinogenic Cr metal and Ni metal that was ECR> 10-4 means that the concentration of carcinogenic Cr metal and Ni metal in the house were inhaled unsafe for occupants of adult homes and children. The average lifetime RQ value of non-carcinogenic Cr metal and Mn metal shows an RQ value> 1 meaning that the concentrations of non-carcinogenic Cr metal and Mn metal in the house were inhaled insecure for adult respondents and children. Keywords: PM2,5, risk analysis, Cr, Mn, Ni, residential ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam dalam PM2,5 dan risiko kesehatan lingkungan akibat pajanan logam terhadap penghuni rumah. Pengukuran PM2,5 menggunakan alat Low Volume Air Sampler (LVAS) dengan waktu sampling 3; 6; 9 jam. Kondisi meteorologi diukur menggunakan alat Weather Station PCE-FWS-20. Analisis konsentrasi logam menggunakan alat Inductively Coupled Plasma-MS (ICP-MS). Metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) digunakan untuk memperkirakan besarnya risiko pajanan. Berdasarkan hasil pengukuran, konsentrasi PM2,5 di udara ambien yaitu 25,82 µg/Nm3 dan di dalam rumah sebesar 25,73 µg/m3. Hasil pengukuran konsentrasi PM2,5 tidak melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.1077 tahun 2011. Tiga logam (Cr, Ni dan Mn) yang memiliki nilai RfC dan SF dilanjutkan penghitungan ARKL. Nilai Excess Cancer Risk (ECR) lifetime rata-rata logam Cr karsinogenik dan logam Ni yaitu ECR>10-4 artinya konsentrasi logam Cr karsinogenik dan logam Ni di dalam rumah secara inhalasi tidak aman bagi penghuni rumah dewasa dan anak-anak. Nilai RQ lifetime rata-rata logam Cr non-karsinogenik dan logam Mn menunjukkan nilai RQ>1 artinya konsentrasi logam Cr non-karsinogenik dan logam Mn didalam rumah secara inhalasi tidak aman bagi responden dewasa dan anak-anak. Kata kunci: PM2,5, analisis risiko, Cr, Mn, Ni, permukiman