Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENERAPAN KONSEP KOTA BERKELANJUTAN PADA DESAIN KAWASAN TEPIAN PANTAI PERKOTAAN TAHUNA Ijong, Jonathan F.; Kumurur, Veronica A.; Wuisang, Cynthia E. V.
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 2, No 2 (2017): Volume 2 Nomor 2, November Tahun 2017
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkotaan Tahuna merupakan ibu kota dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yang masuk ke dalam kawasan strategi nasional Republik Indonesia sebagai area yang berada di perbatasan negara. Sebagai perkotaan yang ada diperbatasan antar negara, perkotaan Tahuna melakukan serangkaian pembangunan untuk mengembangkan kawasan perkotaan Tahuna Khususnya kawasan yang berada di tepian pantai. Didalam serangkaian pembangunan di perkotaan Tahuna, seringkali pembangunan dilakukan dengan menghilangkan lingkungan alami tampa memberikan solusi perbaikan lingkungan alami yang rusak akibat pembangunan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yang diarahkan ke proses desain untuk memberikan konsep dan strategi desain kota berkelanjutan terhadap pembangunan yang terjadi di perkotaan Tahuna. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan ciri deskriptif, dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara serta analisa literatur. Dari analisa yang dilakukan didapatkan beberapa konsep dan strategi desain kota berkelanjutan yang disesuaikan dengan komponen urban design yang membentuk perkotaan Tahuna. Kata-kunci : Perkotaan Tahuna, Pembangunan, Kota Berkelanjutan 
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA DI KECAMATAN REMBOKEN MINAHASA Kaunang, Angelina Claudie; Wuisang, Cynthia E. V.; Tungka, Aristotulus E.
SPASIAL Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Remboken telah ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Kecamatan Remboken. Berbagai objek wisata tersedia di Kecamatan Remboken, mulai dari wisata alam sampai wisata budaya. Berkaitan dengan kondisi geografis Kecamatan Remboken sebagai Kecamatan yang letaknya di tengah-tengah Kecamatan Remboken maka wisata yang paling banyak dijumpai yakni wisata alam, wisata pemandian air panas. Kawasan wisata pegunungan dan air tejun merupakan salah satu objek wisata utama dalam satuan pengembangan pariwisata Kecamatan Remboken. Sebagai objek wisata utama, kawasan ini belum didukung oleh sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Pengelolaan wisata ini masih terbilang terbatas, hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Adapun keistimewahan wisata ini adalah keindahan alam yang masih alami dengan air panas  dan pemandangan alam yang indah. Namun keistimewaan tersebut belum mampu meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan. Dengan demikian terbentuklah rumusan masalah, yaitu : Bagaimana mampu meningkatkan strategi pengembangan pariwisata Kecamatan Remboken agar mampu meningkatkan jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara?”. Adapun tujuan yang akan dicapai yakni mampu menyusun strategi pengembangan pariwisata di Kecamatan Remboken.Kata kunci :Pariwisata, KecamatanRemboken
ANALISIS KAWASAN MINAPOLITAN DANAU TONDANO DI KABUPATEN MINAHASA Kuhu, Raine Amelia; Wuisang, Cynthia E. V.; Mononimbar, Windy
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minapolitan merupakan konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan. Terwujudnya kawasan Minapolitan itu sendiri dilihat dari ketersediaan prasarana dan sarana pendukung kawasan. Selain dari ketersediaan prasarana dan sarana, penggunaan lahan/ ruang baik pada perairan maupun pada daerah sempadan harus diperhatikan sesuai dengan standart fisik yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait. Kecamatan Kakas dan Eris, Kabupaten Minahasa, merupakan lokasi yang sudah ditetapkan dalam surat penetapan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan pemerintah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa tahun 2014-2034 untuk dijadikan sebagai Kawasan Minapolitan Danau Tondano. Proses pengambilan data dilakukan dalam bentuk wawancara kepada para petani ikan selaku responden, untuk mengetahui ketersediaan prasana dan sarana pendukung kawasan Minapolitan. Sedangkan, untuk penggunaan lahan/ ruang baik pada daerah perairan maupun sempadan, data diolah berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa, juga peta citra Kecamatan Eris dan Kakas yang kemudian diolah menggunakan sowftware ArcGis 10.3 untuk melihat luasan penggunaan ruang pada perairan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis spasial. Berdasarkan hasil identifikasi kawasan serta analisis yang dilakukan dengan mengacu pada standart fisik pembangunan, ketersediaan prasarana dan sarana pendukung di Kecamatan Eris dan Kakas tidak memadai. Juga, tidak adanya perhatian tentang limbah terkait aktivitas masyarakat seperti proses pembudidayaan dan permukiman masyarakat yang berada pada sempadan danau. Aktivitas masyarakat tersebut menimbulkan masalah terkait pertumbuhan hama dan pencemaran pada danau yang meningkat dengan pesat. Dengan tidak adanya perhatian pembangunan fisik terkait daerah sekitar ekosistem danau, akan membuat fungsi, kualitas dan kelestariannya menurun. Kata Kunci : Kawasan Minapolitan, Prasarana Sarana, Penggunaan Lahan, Danau Tondano
Pencahayaan Alami Dalam Ruang di Kota Manado (Studi Kasus Kantor Pelayanan Publik di Kota Manado) Salettia, Viva S.; Kindangen, Jefrey I.; Wuisang, Cynthia E. V.
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 3, No 2 (2018): Volume 3 Nomor 1, November Tahun 2018
Publisher : Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis equator yang kaya akan sumberdaya matahari sepanjang tahun sehingga pencahayaan alami merupakan aspek penting yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan bangunan. Pada masa sekarang ini di kota Manado banyak yang sudah tidak memanfaatkan pencahayaan alami dalam perancangan bangunan. Matahari merupakan sumber cahaya alami yang berpengaruh dalam ekspresi arsitektur. Studi ini untuk mengenali, mengevaluasi dan menganalisis kondisi pencahayaan alami di dalam ruang pada kantor pelayanan publik di kota Manado dan mengkaji prinsip-prinsip pencahayaan alami yang telah diterapkan dan dapat direkomendasikan untuk dapat diterapkan sebagai pencahayaan alami dalan ruang pelayanan publik dikota Manado. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah light meter. Studi kasus yaitu 3 kantor pelayanan publik di kota Manado. Hasil yang didapatkan yaitu pada ruang pelayanan publik ada kantor yang belum memenuhi standard pencahayaan alami dan ada yang memenuhi. Hasil pengukuran juga di dukung dengan pendapat responden terhadap tingkat kecukupan pencahayaan alami dalam ruang dimana responden menyatakan masih kurang. Hasil pengukuran dianalisis dengan perhitungan Daylight Factor (DF). Faktor ruang luar dan ruang dalam bangunan tersebut yang memengaruhi tingkat pencahayaan dalam ruang berdasarkan analisis menggunakan daylight factor (DF) yang dikomparasikan dengan standard pencahayaan alami dan penelitian sejenis yang sudah ada. Standard terang langit menggunakan standard terang langit untuk kota Manado. Tingkat Pencahayaan alami dalam ruang sangat ditentukan oleh faktor dalam dan luar ruangan.Kata-kunci: Pencahayaan, Pencahayaan Alami, Ruang Kantor, Pelayanan publik 
Daylight Factor pada kantor Kelurahan di Kecamatan Mapanget, Kota Manado Sumampouw, Marlijn J.; ., Sangkertadi; Wuisang, Cynthia E. V.
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 3, No 2 (2018): Volume 3 Nomor 1, November Tahun 2018
Publisher : Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan kantor publik di daerah tropis seperti di Kota Manado, Indonesia, biasanya memakan waktu dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore waktu setempat. Pada saat itu, cahaya siang hari yang potensial dapat mendukung kebutuhan kenyamanan pencahayaan di kamar, khususnya melalui bukaan cahaya siang hari pada bangunan. Kurangnya pasokan pencahayaan alami dapat mempengaruhi adanya pencahayaan tambahan oleh sistem penerangan buatan dari lampu dan menjadikan risiko tambahan konsumsi energi.Melalui studi ini dievaluasi kualitas cahaya siang hari untuk mendukung kenyamanan pencahayaan di ruang administrasi pada 10 Kantor Kelurahan di Kecamatan Mapanget di Kota Manado. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana konfigurasi arsitektur mempengaruhi kinerja pencahayaan siang hari dalam ruangan kantor, dan bagaimana perbedaan kualitas pencahayaan di antara kantor-kantor sebagai kasus objek.Penelitian ini menerapkan metode simulasi komputasi dengan menggunakan perangkat lunak Ecotect. Produk output dari simulasi adalah Daylight Factor (DF) dari setiap bangunan, dimana DF adalah sebagai faktor utama dalam menghasilkan intensitas cahaya dalam ruang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kasus-bangunan belum memenuhi nilai DF dari sudut pandang pencahayaan yang nyaman untuk kegiatan kantorKata-kunci : Pencahayaan Alami, Ruang Administrasi, Kantor Kelurahan, Manado, Ecotect 
PUSAT PENELITIAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI CAGAR ALAM TANGKOKO “PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK” Polii, Rendi C.; Wuisang, Cynthia E. V.; Rengkung, Michael M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 No.1 Mei 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Provinsi Sulawesi Utara memiliki beberapa kawasan konservasi salah satunya adalah Cagar Alam Tangkoko yang dimana terdapat flora dan fauna dengan keunikannya. Hal ini mengundang banyak peneliti dari lokal maupun mancanegara untuk datang meneliti dan melihat keanekaragaman flora dan fauna yang ada di Cagar Alam Tangkoko. Pusat Penelitian Konservasi adalah suatu wadah atau tempat kegiatan-kegiatan untuk meneliti, menemukan, mengembangkan suatu disiplin ilmu, pengamatan secara sistematis terhadap tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya. Dan dalam hal ini sebagai jembatan dalam merancang objek arsitektural ini “Pendekatan Arsitektur Organik” dijadikan tema perancangan, dimana fungsi dari objek yang berkaitan dengan konservasi alam. Maka diharapkan dapat menjadi suatu bangunan yang menyatu dengan alam, sehingga terjadi keharmonisan antara manusia, bangunan dan lingkungan sekitar. Kata Kunci : Cagar Alam Tangkoko, Pusat Penelitian Konservasi, Organik, Arsitektur
NEIGHBORHOOD CULTURAL CENTER DI MANADO “SPACE AS LANGUAGE” Iwawo, Paul; Wuisang, Cynthia E. V.; Tarore, Raymond Ch.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado adalah sebuah kota yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Kota Manado kini berkembang menjadi sebuah kota maju dan semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya investor menanam modalnya di wilayah kota Manado. Dengan demikian tentu saja memacu roda industri di daerah ini, yang ujungnya bermuara kepada pembukuan lapangan pekerjaan baik sektor formal maupun informal. Hal ini tentu saja mengundang banyak kaum urbanis yang berbondong-bondong tiap tahunnya untuk datang ke kota Manado. Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya ini tentu saja membutuhkan berbagai fasilitas publik. Sekarang ini di kota Manado telah tersedia beberapa fasilitas umum, antara lain adalah Rumah Sakit, stadion olahraga, pusat perbelanjaan, stasiun kereta api, terminal bus dan institusi pendidikan (TK-SD-SLTP-SLTA-Perguruan Tinggi). Namun belum adanya suatu fasilitas umum yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural. Terdapat lima elemen kota yang harus diperhatikan dalam perancangan suatu kota, yaitu : path, edge, node, landmark. Neighborhood Cultural Center merupakan sebuah tempat yang dapat menampung aktivitas warga dalam aspek sosial, kultur-edukatif dan juga bahkan rekreatif. Sebuah community center didalamnya terdiri dari perpustakaan umum, museum, internet café, amphiteater, auditorium dan mungkin beerapa fasilitas public lainnya, yang terangkum dalam suatu kawasan yang dilengkapi oleh penataan ruang luar yang baik. Dengan mengambil tema Space As Language Linguistik pengkajian Arsitektur dalam bahasa komunikasi terdiri dari kata-kata yang memilik arti. Begitu pula dengan dengan karya-karya Arsitektural yang juga merupakan kumpulan dari elemen-elemen pembentuk yang memiliki/memancarkan suatu makna/ arti dapat menjadikan Neighborhood Cultural Center sebagai tempat yang mewadahi kegiatan bertemu, berkomunikasi dan bertukar pikiran, informasi dan pengetahuan serta saling menunjang dengan fungsi yang lain Menjadikan Neighborhood Cultural Center sebagai sarana yang menunjang dalam perkembangan Kota Manado dalam bidang sosial ekonomi dan ilmu pengetahuan. Keyword: Neighborhood Cultural Center, Masyarakat, Space As Language, Manado.
TECHNO PARK DI MANADO ‘NEW ORGANIC ARCHITECTURE’ Tamawiwy, Pricilia N.; Tarore, Raymond C. H.; Wuisang, Cynthia E. V.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 No.1 Mei 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado merupakan kota yang berkembang dalam segala bidang, hal ini  bisa ditinjau langsung dari perkembangan Kota Manado dari tahun ke tahun. Perkembangan ini tidak lepas dari peran teknologi didalamnya, dimana kita bisa secara langsung mengamati seperti apa penggunaan teknologi saat ini khususnya pada bidang TIK. Dengan memberdayakan potensi-potensi para akademisi yang ada di Kota Manada, tentunya kita tak akan selamanya menjadi konsumen  melainkan kita bisa menciptakan sebuah inovasi di bidang TIK dengan mengembangkan IPTEK yang bisa bersaing secara global. Techno Park merupakan objek yang tepat untuk menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan dalam  kegiatan penelitian dan pengembangan IPTEK dalam bidang TIK. New Organic Architecture merupakan konsep tematik yang mengutamakan alam dan lingkungan  pada  perancanganya. Tema ini  menjadi referensi pada setiap proses perancangan dan mencoba mengkolaborasikan  antara objek dengan bentuk-bentuk yang terinspirasi dari alam. Pengaplikasian tema New Organic Architecture pada objek Techno Park, merupakan harmoni antara alam dan teknologi. Kata kunci: Teknologi, TIK,  new organic architecture, Techno Park, Manado
ANALISIS HIRARKI PUSAT – PUSAT KEGIATAN DI KOTA MANADO Wansaga, Naltri Andre; Tondobala, Linda; Wuisang, Cynthia E. V.
SPASIAL Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang pesat. Dalam tata ruang wilayah Kota Manado terdapat pusat-pusat pelayanan yang tersebar di beberapa wilayah . Sebaran pusat pelayanan berhirarki sesuai dengan kelengkapan fasilitas dan skala pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah 1)Mengidentifikasi Ketersediaan Fasilitas Sosial, Ekonomi, Dan Pemerintahan Di Kota Manado; 2)Menganalisis Hirarki Dan Distribusi Pusat Pelayanan Di Kota Manado; 3)Menganalisis Kesesuaian Pusat Pelayanan Dalam RTRW Kota Manado Tahun 2014 – 2034 Terhadap Kondisi Eksisting Tahun 2019. Metode Analisis yang di pakai dalam penelitian ini adalah Skalogram, Analisis Indeks Sentralitas dan analisis Gravitasi. Dari hasil analisis diperoleh Sebaran fasilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan di Kota Manado, penyebarannya telah cukup memadai terutama dikecamatan yang berstatus orde I seperti Kecamatan Malalayang, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Wanea, Kecamatan Wenang, dan Kecamatan Tuminting. Semua kecamatan tersebut memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memadai. Hasil analisis hirarki wilayah Kota Manado terbagi dalam 4 Orde, yakni Orde I yang terdiri dari Kecamatan Malalayang, Wanea, Mapanget, Tuminting, dan Wenang. Kecamatan yang berada di Hirarki II yaitu Kecamatan Singkil, Paal Dua, Bunaken, Sario. Dan yang berada di Hirarki III yaitu Kecamatan Tikala, Serta Hirarki IV yakni Kecamatan Bunaken Kepulauan. Berdasarkan hasil analisis terjadi ketidaksesuaian antara pusat pelayanan dalam RTRW Kota Manado Tahun 2014-2034 terhadap kondisi eksisting tahun 2019.Kata Kunci: Kota Manado, Hirarki Wilayah, Pusat Pelayanan, Analisis Skalogram, Indeks Sentralitas, Gravitasi, Kesesuaian.
CHRISTIAN CENTER DI MANADO (METAFORA TADAO ANDO) Wuri, Ongki F.; Waani, Judy O.; Wuisang, Cynthia E. V.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 No.2 November 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan Tuhan, dalam senang, maupun susah, atau apapun keadaan manusia pastinya membutuhkan Tuhan yang adalah sumber kehidupan. Setiap pribadi bisa bertemu Tuhan kapan saja karena Ia memang selalu ada. dipikiran, perasaan, bahkan roh dalam setiap individu. Namun terlepas dari itu, bagaimanapun juga pasti manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan wadah agar bisa bersama-sama beribadah kepada Tuhan. Adanya wadah yang dapat menampung umat Kristen untuk beribadah dengan berbagai denominasi gereja juga diperlukan agar pemahaman, pengetahuan dan pengalaman pribadi dengan Tuhan semakin erat, mengingat banyaknya gereja berlomba-lomba medesain gedung yang mewah tetapi seringkali lupa dengan pertimbangan akan pembangunan sarana yang menunjang kegiatan kerohanian umat Kristen lainnya. Kehadiran Christian Center ini diharapkan bisa menampung berbagai aktifitas-aktifitas kerohanian bagi masyarakat Kota Manado untuk meningkatkan kualitas dan hubungan antar sesama manusia, terlebih hubungan dengan Sang pencipta. Metafora Tadao Ando-lah yang digunakan untuk tema perancangan kali ini. Yaitu konsep perancangan dengan berfokus pada kesederhanaan dalam bentukannya serta menonjolkan nilai-nilai kekristenan yang secara tidak langsung penikmat objek bisa langsung menyimpulkan dan bisa merasakan kehadiran Tuhan melalui desain yang dirancang. Kata kunci: Christian Center, Metafora, Tadao Ando, Manado.