Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Penggunaan Lumatan Daun Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L) Untuk Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) Sumara, Retno
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 2, No 2 (2017): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.545 KB) | DOI: 10.30651/jkm.v2i2.927

Abstract

Luka merupakan gangguan kontinuitas kulit, membran mukosa atau organ tubuh lain. Penggunaan bahan herbal daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) mempunyai khasiat antiseptik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan Penelitian untuk mengidentifikasi penggunaan Lumatan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan penggunaan Normal Salin 0,9 % dalam lama penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus strain Wistar). Metode penelitian true ekperimental dengan pendekatan deskriptif dengan sampel hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) sebanyak 15 ekor yang dilakukan pembuatan luka insisi yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok perlakuan (Lumatan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kelompok Normal Salon 0,9 %, dan kelompok kontrol (tanpa perlakuan). Perawatan luka dilakukan setiap hari dan dievaluasi sampai luka sembuh. Penelitian di lakukan di Laboratorium Universits Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan rumus statistik persentase.Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kesembuhan luka insisi pada kelompok Lumatan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah 4,2 hari dan kelompok Normal Salon 0,9 % 5,2 hari. Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) 7,2 hari. Simpulan Daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) mengandung flavonoid dan saponin berfungsi sebagai antibakteri dan berpengaruh pada fase proliferasi maka disarankan penggunaan lumatan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dalam memberikan perawatan luka. Kata Kunci : Lumatan, daun, bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), penyembuhan luka, luka insisi
Tekanan Interface Pasien Tirah Baring (Bed Rest) Setelah Diintervensi dengan metode Hospital Corner Bed Making Sumara, Retno
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17, No 1: January 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v17i1.3678

Abstract

Pasien tirah baring jangka lama berisiko mengalami gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi (bed rest) yang berakibat timbulnya luka dekubitus. Pasien tirah baring membutuhkan intervensi yang difokuskan pada life support atau organ support yang membutuhkan observasi intensif. Upaya pencegahan luka tekan dilakukan sedini mungkin antara lain dengan pemberian dukungan permukaan (interface pressure). Nilai tekanan interface tinggi berisiko timbulnya ulkus tekanan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tekanan interface pada pasien tirah baring. Metode penelitian eksperimental kuasi dengan pre-post test design. Jumlah sampel 48 responden terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan diintervensi menggunakan metode hospital corner bed making dan kelompok kontrol diintervensi dengan metode bed making tali sudut. Kedua kelompok dilakukan evaluasi selama 3 hari. Instrumen yang digunakan adalah Portable Interface Pressure sensor: Palm Q. Hasil menunjukkan bahwa perubahan tekanan interface pre dan post pada kelompok kontrol cukup tinggi dan mengalami naik-turun yang bervariatif sehingga lebih berisiko mengalami luka tekan, sedangkan pada kelompok perlakuan cenderung mengalami penurunan dan atau stabil. Disimpulkan bahwa tekanan interface pada metode hospital corner bed making tampak lebih rendah daripada metode bed making tali sudut.
Tekanan Interface Pasien Tirah Baring (Bed Rest) Setelah Diintervensi dengan metode Hospital Corner Bed Making Retno Sumara
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17, No 1 (2017): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v17i1.3678

Abstract

Pasien tirah baring jangka lama berisiko mengalami gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi (bed rest) yang berakibat timbulnya luka dekubitus. Pasien tirah baring membutuhkan intervensi yang difokuskan pada life support atau organ support yang membutuhkan observasi intensif. Upaya pencegahan luka tekan dilakukan sedini mungkin antara lain dengan pemberian dukungan permukaan (interface pressure). Nilai tekanan interface tinggi berisiko timbulnya ulkus tekanan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tekanan interface pada pasien tirah baring. Metode penelitian eksperimental kuasi dengan pre-post test design. Jumlah sampel 48 responden terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan diintervensi menggunakan metode hospital corner bed making dan kelompok kontrol diintervensi dengan metode bed making tali sudut. Kedua kelompok dilakukan evaluasi selama 3 hari. Instrumen yang digunakan adalah Portable Interface Pressure sensor: Palm Q. Hasil menunjukkan bahwa perubahan tekanan interface pre dan post pada kelompok kontrol cukup tinggi dan mengalami naik-turun yang bervariatif sehingga lebih berisiko mengalami luka tekan, sedangkan pada kelompok perlakuan cenderung mengalami penurunan dan atau stabil. Disimpulkan bahwa tekanan interface pada metode hospital corner bed making tampak lebih rendah daripada metode bed making tali sudut.
The Relationship between Partner Support and Interdialytic Weight Gain (IDWG) Hemodialysis Patient Mundakir Mundakir; Nur Fadlilah; Retno Sumara; Asri Asri; Yuanita Wulandari
Jurnal Ners Vol. 14 No. 2 (2019): OCTOBER 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.211 KB) | DOI: 10.20473/jn.v14i2.10836

Abstract

Introduction: Patients undergoing hemodialysis experience an influence in terms of the biological, psychological, social and spiritual problems that they encounter. In particular, there are biological aspects that affect weight gain between dialysis sessions. In terms of the psychological aspect, there is an influence on emotional vulnerability, such as anxiety, fear and despair. They need family support, especially as part of a couple. This study aimed to determine the relationship between partner support and IDWG in hemodialysis patients.Methods: This study used a descriptive cross-sectional design. The population consisted of 60 hemodialyzed people. The sample was recruited using purposive sampling, resulting in 42 respondents who met the inclusion criteria. The study was conducted in a Private Hospital in Surabaya. The independent variable was partner support and the dependent variable was the IDWG in the hemodialysis patient. The data was collected through a questionnaire and it was analyzed using the Spearman test.Results: The results show that there was a relationship between partner support and IDWG hemodialysis patients with p = 0.025 (α ≤0.05).Conclusion: Good partner support reduces the low IDWG in hemodialysis patients. Therefore, determining the level of family support especially that given by a partner of a IDWG hemodialysis patients will positively support better IDWG hemodialysis patients, thus preventing them from the potential side effects of IDWG such as hypotension, muscle cramps, shortness of breath and cardiovascular problems. 
Efektifitas Penggunaan Aplikasi E-Course di Masa Pandemi Terhadap Persiapan Mahasiswa Menghadapi Uji Kompetensi Ners Indonesia Septian Galuh Winata; Retno Sumara; Erfan Rofiqi
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 6, No 3 (2021): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v6i1.11995

Abstract

Objective: This study aims to identify the effectiveness of the E-Course in preparing students for the Indonesian Nurse Competency Test Methods: The design used in this study was a pre-post test one group design. The sample of this study were students participating in the Nursing Professional Education Study Program, University of Muhammadiyah Surabaya, who would be prepared to take part in the nurse competency test. This research instrument uses the average standard of Try Out Nurses Competency Test. Before the Nurses Competency Test was carried out, it measured the preparation of students in the Indonesian Nurses Competency Test. The tryout was carried out by AIPNI in September 2019 with a total of 6,379 partic- ipants, the average correct answer was 92.91 out of 180 questions and then processed using the t-test test data analysis technique. Results: there is a significant effect of providing interventions carried out by researchers related to the effectiveness of the use of e-courses on student preparation in facing the competency test with a significant value of p < 0.01 Conclusion: The use of the E-Course for the preparation of the Nurse Competency Test during the pandemic for Nursing Professional Education Study Program students, University of Muhammadiyah Surabaya contributes to the quality of Higher Education Graduates
Hubungan Lokasi Terapi Intravenus Dengan Kejadian Plebitis Retno Sumara
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 2, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.632 KB) | DOI: 10.30651/jkm.v2i1.926

Abstract

Terapi intravena (IV) merupakan cara yang digunakan untuk memberikan cairan dan memasukkan obat, vitamin dan transfuse darah ke tubuh pasien. Dalam terapi intravena dapat terjadi komplikasi salah satunya flebitis. Salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya phlebitis adalah lokasi penusukan vena. The aim penelitian ini untuk mengetahui hubungan lokasi terapi intravenus dengan kejadian phlebitis. Desain Penelitian menggunakan Analisis Correlation dengan purposive sampling technique, sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 16 pasien (responden) yang di pasang terapi intravenous. Instrument menggunakan lembar observasi yang dimodifikasi dari the V.I.P (Visual Infusion Phlebitis) score dari United Lincolnshire Hospital NHS Trust Infection Control Manual (RCN, 2005).  Penelitian dilakukan di ruang rawat inap penyakit dalam lantai 6, 8, 11, 12 di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Uji statistik non parametrik dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 62,50% terpasang infus pada vena metacarpal,  dan sisanya terpasang infus pada vena cephalika 31, 25%  dan vena basilica 6,25%. Sedangkan untuk kejadian phlebitis menunjukkan menunjukkan responden yang Plebitis sebanyak 56.25%, dan yang tidak Plebitis sebanyak 43.75%. Uji statistic Chi Square menunjukkan nilai p = 0,002, artinya terdapat hubungan lokasi terapi intravenus dengan kejadian phlebitis. Simpulan Plebitis merupakan peradangan vena yang disebabkan iritasi kimia, bakterial, dan mekanis pada pemasangan terapi intravena yang ditandai dengan kemerah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan vena. Pemilihan vena pada pemasangan infus diantaranya adalah  vena yang besar tidak bercabang, dan tidak terletak dipersendian.
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA Retno Sumara
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 6 No 1 (2021): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v6i1.17557

Abstract

Objective:   This study aims to to determine the risk factors for coronary heart diseaseMethods:   The study used a descriptive research design with a population of all coronary heart disease patients in the Cardiac Inpatient Room at the Haji General Hospital in Surabaya. The population is 108 RM of CHD patients using Simple Random Sampling of 85  patient data with CHD. Data collection was taken from Medical Records by taking data: Age, Gender, Education, Occupation, Height, Weight, History of Hypertension, History of Diabetes Mellitus.Results:   The results showed Coronary Heart Disease based on age Demographic Factors, most were aged 48-55 years, 22 patient data (25.9%), based on gender, most were male, 43 patient data (50.6%) and female, 42 patient data (49 ,4 %). Based on the history of coronary heart disease, the majority did not have a history of CHD 54.10%, had a history of hypertension 74.10%, had a history of diabetes mellitus 61.20% and obesity 63.50%.Conclusion:  Coronary heart disease is caused by atherosclerosis which is caused by the accumulation of lipids in the walls of the coronary arteries. Lipid deposits can form a thrombus that can block blood flow.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VAP (VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA) PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI RUANG ICU RSU HAJI SURABAYA Retno Sumara; Nugroho Ari Wibowo
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 6 No 3 (2021): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v7i3.15974

Abstract

VAP adalah pneumonia nosokomial pada pasien yang telah dipasang ventilasi mekanik dengan pipa endotrakeal tube dan trakeostomy selama sedikitnya 48 jam.  Angka kejadian VAP di dunia cukup tinggi, bervariasi antara 9-27% dan angka kematiannya bisa melebihi 50%.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan ventilator associated pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang Ventilasi Mekanik di ruang ICU RSU Haji Surabaya.Metode penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cros sectional.Jumlah populasi 30 responden dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling.Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa ada hubungan faktor Usia dengan kejadian VAP dengan Nilai Pearson Chi-Square Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0,001. Ada Hubungan  faktor oral hygiene dengan kejadian VAP dengan Nilai Pearson Chi-Square Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0,02.Ada hubungan faktor Lama Terpasang ventilasi mekanik dengan kejadian VAP dengan Nilai Pearson Chi- Square Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0,015. Tidak Ada Hubungan faktor penyakit penyerta dengan kejadian VAP dengan Nilai Pearson Chi-Square Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0,554.Kesimpulanya faktor umur,Oral hygiene, lama penggunaan ventilasi mekanik,sangat berpengaruh dengan kejadian VAP.
HUBUNGAN SUPERVISI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI RUANG RAWAT INAP RSU HAJI SURABAYA Ratna Agustin; Retno Sumara; Aries Chandra Ananditha; Deny Aufi Putri
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 6 No 2 (2021): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v6i2.17592

Abstract

Pendahuluan: Kualitas kinerja yang kurang baik dalam pelaksanaan discharge planning yang dilakukan oleh perawat membuat pasien kurang memahami keadaan penyakitnya serta menambah angka rawatan ulang karena akan berdampak pada ketidaksiapan pasien dalam menghadapi pemulangan dari rumah sakit. Sebenarnya discharge planning dimulai saat pasien masuk ruang rawat inap hingga pasien pulang, sehingga dapat mengurangi LOS (lenght of stay) dan biaya pengobatan, hal tersebut merupakan salah satu indikator kualitas perawatan kesehatan. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan supervisi keperawatan dengan kualitas kinerja perawat dalam pelaksanaan discharge planning diruang rawat inap RSU Haji Surabaya. Metode: Desain penelitian menggunakan analitik corelation, dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil sebanyak 40 responden dari 40 populasi dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Instrumen pada penelitian ini diambil dengan menggunakan kuesoiner dan observasi. Hasil analisa menunjukkan supervisi keperawatan kurang 2,5%, supervisi cukup 77,5% dan supervisi baik 22,0%. Kualitas kinerja perawat dalam pelaksanaan discharge planning baik 27,5%, cukup 72,5%.  Dari hasil uji statistik Correlations Spearman’s Rho tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikan <0,05 yaitu sebesar 0,001 dengan Correlation Coefficcent cukup tinggi = 0,525 yang berarti variabel independent dan dependent mempunyai nilai signifikan, sehingga H1 diterima atau ada Hubungan Antara Supervisi Keperawatan Dengan Kualitas Kinerja Perawat Dalam Pelaksanaan Discharge Planning. Kesimpulan: Perlu adanya peningkatan supervisi keperawatan oleh kepala ruangan kepada perawat sehingga para perawat akan lebih memahami dan mampu menjaga kualitas pelaksanaan dari setiap proses keperawatan termasuk pelaksanaan discharge planning. Kata kunci : Supervisi keperawatan, Discharge planning, Kualitas kinerja
IDENTIFIKASI GEJALA PASCA VAKSINASI COVID-19 DOSIS KE-3 (BOOSTER) Retno Sumara
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Edisi Khusus (2023): International Conference of Health Innovation and Technology (ICHIT)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v0i0.17873

Abstract

Objective:. COVID-19 is a type of disease that infects the human respiratory tract. Transmission of the COVID-19 virus is fast and aggressive. Vaccination is one of the preventive measures that is of concern to inhibit the spread of Covid-19. Booster doses of vaccination are carried out to maintain the effectiveness of the vaccine. AEFI is any medical event that is not expected to occur after immunization where the events are varied, because everyone experiences different symptoms. .Methods: The research design used a quantitative descriptive study with a population of 211 students and a sample of 138 using a purposive sampling technique. Data analysis using descriptive analytic.Results: The results showed that the AEFI symptoms that often appeared after the AstraZeneca, Moderna, Pfizer, and Sinovac booster doses of vaccination were Headache, Fever, Pain accompanied by weakness at the injection site, Muscle aches, Swelling at the injection site, Lethargy, Weakness/numbness throughout the body, Weakness on the muscles of the arms and legs, Cough/runny nose, other symptoms (local rash (swelling/red/itchy) on: skin, lips and eyes).Conclusion: KIPI is an effect caused after vaccination. By knowing these symptoms, it is hoped that the community can prevent and prepare for appropriate management in dealing with KIPI.