Articles
Metode Yadain Li Tahfizh Al-Qur’an (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal Al-Qur’an di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)
dudung abdul karim;
hafid nur muhammad;
ali zaenal arifin
Studia Quranika Vol 4, No 2 (2020): Studi Al-Qur'an
Publisher : Universitas Darussalam Gontor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21111/studiquran.v4i2.3546
Looking after to Qur’an by memorizing it is a requirement for Muslims. however Muslims are still feeling unable to even memorize the Qur’an because several factors,including foreign language and many number of sentences. However, in the “Tahfizh Nasional Quarantine Foundation” has found a mothod that can slowly answer the fear. That is Memorizing Qur’an with “Yadain” Method. Then how to implement of the method. By using field studies, researcher try to explain it in terms of the application and inhibition of these methods. The result of the study revealed that the application of “Yadain” method in the “Tahfizh Nasional Quarantine Foundation” is very easy. It requires us to only focus on the Qur’an and our selves through “taddabur’s” translating. It also implement the application of NLP motivasional training patterns in memorizing of the Qur’an. The inhibitors of this implementation application of methods are considered difficult for those who already has their own methods of memorizing it before following the quarantine. Then, the stages of the application consists of 12 ways that takes a long time for the new participants with the target outcomes of different programs.
Taqiyyah dalam Pandangan Sunni dan Syi’ah (Studi Analisis Komparatif Kitab Tafsir Al-Qurtubi dan Al-Mizan)
Ai Fauziah;
Suwarno;
Hafid Nur Muhammad
Ulumul Qur'an: Jurnal Kajian Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): Ulumul Qur'an: September 2021
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STIU Darul Quran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (922.666 KB)
Taqiyyah menurut pandangan sunni termasuk rukhsah dalam agama dikarenakan adanya hal-hal yang berlaku pada waktu tertentu saja, tidak secara tetap dan rutin, yang sifatnya dalam kondisi terpaksa dan darurat, bukan pokok dari agama yang harus diikuti selamanya. Oleh karena itu diwajibkan bagi seorang mukmin melakukan hijrah dari tempat dimana ia takut untuk menampakan agamanya, dan terpaksa melakukan Taqiyyah. Praktek Taqiyyah dalam pandangan syi’ah tidak hanya berlaku pada kaum musyrik saja, akan tetapi turut berlaku bagi sesame muslim yang tidak adil, maka diharuskan untuk melakukan Taqiyyah dan tipu muslihat demi menjaga diri dan harta. Sebagian ulama syi’ah berpendapat bahwa Taqiyyah merupakan Sembilan persepuluh dari agama terdapat dalam Taqiyyah. Dan Tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyyah, secara nyata Syi’ah memberlakukan akidah Taqiyyah di seluruh kondisi. Taqiyyah ini dijelaskan dalam penafsiran Imam Al-Qurtubi dan Thabathaba’I kedua mufassir tersebut juga ditemukan adanya beberapa perbedaan mengenai penjelasan tentang Taqiyyah.
Analisis Metode Hermeneutika dalam Al-Qur’an atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid
Hafid Nur Muhammad;
Tedi Turmudzi, dkk.
Ulumul Qur'an: Jurnal Kajian Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 2 No. 1 (2022): Ulumul Qur'an: March 2022
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STIU Darul Quran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (343.843 KB)
By examining the thoughts of Nasr Hamid Abu Zaid in interpreting the Qur'an through the Hermeneutic method, this paper tries to analyze the theories and methods of interpretation. In addition to criticizing his thinking in hermeneutics, and the modern approach to the Qur'an, Abu Zaid views, there are 2 goals in his study of the Qur'an. The first is to reconnect the study of the Qur'an with literary theory and criticism. In this case, the Qur'an is a linguistic text and cannot be separated from culture and history. Therefore, cultural and historical texts must be studied using linguistic and literary approaches, including hermeneutics and semiotics. The second is to define an "objective" understanding of Islam that does not have any ideology of interest. Abu Zaid believed that by defining the "objective" nature of the text, the ideological interpretation of the Qur'an could be reduced to some extent. In this case, the text must be studied and interpreted "objectively" using scientific methodologies and theories developed in textual and linguistics through hermeneutics and semiotics.
URGENSI TAFSIR AL-TARBAWI DALAM PENDIDIKAN
Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2021): Available online since 25 Februari 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (575.352 KB)
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v1i1.3
Mejadi salah satu langkah penting dan juga merupakan terobosan yang dilakukan oleh akademisi keilmuan khususnya dalam bidang pendidikan menuju pendidikan yang benar-benar islami dengan berlandaskan al-Qur’an sebagai pedomannya. Dalam ijtihadnya akdemisi pendidikan dijadikan mata kuliah Tafsir Tarbawi sebagai mata kuliah wajib di setiap jurusan keguruan khususnya di PTIN dan PTIS. Dengan hal tersebut warna pendidikan nampak jelas sudah pendekatan yang dilakukan para akademisi bukanlah langkah yang salah. Disisi lain tafsir tarbawi juga memberikan kesan keteguhan iman dan akhlakul karimah yang tidak diajarkan dalam pendidikan bernuansa barat, maka tafsir tarbawi bisa dikatakan objektif memegang peran ini walaupun bukan merupakan disiplin ilmu sendiri. Abstract To be an important step and also a breakthrough made by scientific academics, especially in the field of education, towards a truly Islamic education with the Koran based on as recently. In its ijtihad, education academics is used as a Tarbawi Tafsir course as a compulsory subject in every teacher training department, especially in PTIN and PTIS. With this, the color of education seems that the approach taken by academics is clearly the wrong step. On the other hand the tarbawi interpretation also gives the impression of the firmness of faith and morals that do not teach in western-style education, so the tarbawi interpretation can be said to be objective in holding this role even though it is not a discipline in itself.
FEMINISME DALAM AL-QUR’AN (Analisis Penafsiran Fatima Mernissi Surat An-Nisa Ayat 34)
Hafid Nur Muhammad;
Fitri fitri
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): Available online since 25 Agustus 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (348.463 KB)
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v1i2.17
Feminisme dalam Al-Qur’an Analisis Penafsiran Menurut Fatima Mernissi sesuai Qs. An-Nisa ayat 34. Pembahasan mengenai feminisme sudah banyak dikumandangkan baik dalam kalangan umum maupun kalangan akademisi Indonesia. Fokus pembicaraan yang dibahas ada yang bersifat umum menyangkut hak-hak dan pemberdayaan perempuan. Ada pula yang bersifat khusus dikaitkan dengan pemikiran Islam, terutama tentang penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an serta pemahaman hadits-hadits Nabi yang berhubungan dengan masalah perempuan. Seusai dengan penjelasan metode maudhu’i oleh Abu Hayy Al-Farmawi agar sampai kepada pengetahuan ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an yang memiliki pembahasan serupa dengan penelitian serta mendalami makna yang terkandung dalam setiap ayatnya. Penelitian ini akan menunjukkan sudut pandang Fatima Mernissi dengan sudut pandang para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan feminisme dan gender.
CORAK ADABI IJTIMA’I DALAM KAJIAN TAFSIR INDONESIA (Studi Pustaka Tafsir Al-Misbah danTafsir Al-Azhar)
Dewi Purwaningrum;
Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 2 No. 1 (2022): Available online since 25 Februari 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v2i1.38
Adabi ijtimai merupakan salah satu corak penafsiran Al-Qur’an yang mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kondisi masyarakat sehingga masyarakat akan lebih mudah menerima penyampaian isi dan makna Al-Qur’an. Oleh karena itu penelitian terkait corak adabi ijtima’i ini sangat penting untuk membongkar ayat-ayat yang berhubungan dengan aturan-aturan yang berjalan dan ditegakkan di masyarakat Indonesia. Seperti halnya Hamka dan Quraish Shihab juga menafsirkan Al-Qur’an dengan corak sosial kebudayaan masyarakat. Dengan adanya tafsir adabi ijtima’i ini maka masyarakat Indonesia lebih mudah lagi menerima kandungan-kandungan Al-Qur’an. Adapun Tafsir Al-Misbah lebih cenderung kepada peraturan-peraturan pemerintah yang diterapkan di Indonesia, sedangkan tafsir Al-Azhar karena mufassir tafsir tersebut adalah seorang sufi dan sastrawan jadi dalam penafsiran beliau lebih cenderung kepada tasawuf dan juga memainkan kata-kata sastra sehingga bahasa yang digunakan tampak indah.
KONSEP KEPEMIMPINAN WANITA DALAM QS. AN-NISA AYAT 34 (Studi Komparatif Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an Karya Imam al-Qurthubi dan Tafsir Kebencian Karya Zaitunah Subhan)
Isti Khoiroh;
Agus Setiawan;
Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 2 No. 2 (2022): Available online since 30 Agustus 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v2i2.45
Penelitian ini membahas tentang konsep kepemimpinan wanita dalam QS. An-Nisa ayat 34, dimana permasalahan tentang kepemimpinan wanita merupakan topik yang selalu menarik, bahkan seakan menjadi polemik berkepanjangan, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan sendiri, kaum intelektual maupun kaum awam. Hal ini juga menjadi permasalahan kontroversial di kalangan ulama klasik dan kontemporer, masing-masing mempunyai argumentasi untuk membolehkan atau tidaknya wanita menjadi pemimpin. Penelitian ini menggunakan teori Abdul Hayy Al-Farmawi yaitu metode muqarran (perbandingan). Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari ayat Al-Qurán yang berkaitan dengan topik permasalahan kemudian mengemukakan pendapat para mufassir baik khalaf maupun salaf, membandingkan kedua pendapat tersebut, dan terakhir membuat kesimpulan dengan analisis penulis. Yang mana dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga, mutlak oleh laki-laki. Sedangkan dalam kepemimpinan public, baik laki-laki maupun wanita keduanya memiliki hak untuk memimpin dengan syarat yang telah ditentukan.
Corak Sufistik dalam Tafsir Fayd Ar-Rahman
Hafid Nur Muhammad;
Dudung Abdul Karim;
Dais Hajjar Fauziyah
Ulumul Qur'an: Jurnal Kajian Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 2 No. 2 (2022): Ulumul Qur'an: September 2022
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STIU Darul Quran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (375.306 KB)
|
DOI: 10.58404/uq.v2i2.112
Various approaches taken by the commentators in interpreting the Qur'anhave been attempted, including the Sufi approach as written by Sholeh Darat. Thispaper aims to describe the Sufistic style contained in the book of Fayd Ar-Rahmanby Sholeh Darat. The method used in this research is the library method which iscarried out by reviewing the literature related to the discussion theme. The result ofthis research is that Sholeh Darat is a Sufistic scholar who gave birth to the firstcommentary work in the archipelago in Javanese (Arabic pegon). interpretation canenrich the treasures of interpretation of the archipelago.
MAKNA AL-QAMISH PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QURAN : (Kajian Tematik: Surat Yusuf)
Ridho Adi Anggara;
Salwa Haliza Asshiddiqii;
Muh. Makhrus Ali Ridho;
Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.66
Usaha dan upaya dari Orientalis adalah menjauhkan Al-Qur’an dari Muslim, dengan menyebarkan isu-isu keraguan kebenaran Al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa Al-Qur’an merupakan hasil karya dari Nabi Muhammad bukan perkataan Allah SWT, didalamnya menceritakan banya kisah-kisah yang menyesatkan. Pemahaman tersebut bertolak belakang dengan beberapa kisah dalam Al-Qur’an jika dipelajari, dipahami secara benar. Dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an bisa diambil hikmah dan pelajarannya. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji perbedaan makna qamish dalam surat Yusuf. Untuk itu medode deskriptif dan analitis akan digunakan untuk mendeskriptifkan makna qamish dari pengertiannya. Selanjutnya dengan menganalisa perbedaan dari masing-masing makna qamish pertama, kedua dan ketiga. Hasilnya bahwa qamish pertama adalah baju kebohongan, baju yang dibawa oleh saudara Yusuf yang dilumuri darah, bukanlah dari darah serigala, qamish kedua merupakan baju kesaksian, ketika Nabi Yusuf difitnah melakukan kemaksiatan, maka baju tersebut menjadi saksi karena robek dari bagian belakang yang menunjukan akan besarnya fitnah perempuan, dan qamish ketiga adalah baju kebahagiaan, baju tersebut dapat menyembuhkan mata Nabi Ya’qub dari kebutaan yang menjadikan baju ini sebagai buah akan kesabaran Ya’qub setelah musibah menimpanya.
SIKLUS AIR DALAM QS. AR-RA’D AYAT 17 MENURUT AL JAWAHIR FI TAFSIR AL-QUR'AN AL-KAREEM
Putri Fathiya Nietarahmani;
Hafid Nur Muhammad;
Agus Setiawan
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 1 (2024): Available online since 25 February 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.57163/almuhafidz.v4i1.98
The role of water is very important for the sustainability of life. Given that water is the primary need of all creatures on earth, including humans, including animals, plants and so on. That way the rotation of the water cycle that continues to run makes water will not run out and is always maintained. By understanding the vital role of water for the sustainability of life on earth, did you know that this water cycle is mentioned in the Qur'an with various terms. In scientific terms this is referred to as hydrology. In this research, the author seeks to explore and understand how the interpretation of QS. Ar-Ra'd verse 17 and how the cycle occurs in the Qur'an. The data obtained in this research comes from library research. This research reveals how the interpretation of QS. Ar-Ra'd verse 17 which is reviewed from the analysis of the book Tafsir Al Jawahir fi Tafsir Al-Qur'an Al-Kareem which is the work of Sheikh Thantawi Jauhari. The resulting research is that the Qur'an explains about water with various terms starting with how the process of lightning, lightning and rain occurs so that it is continuous with the water cycle that occurs on earth. Sheikh Thantawi Jauhari interpreted this verse with various parables, so that what is useless will be blown away then what is useful will continue to exist on earth like water.