Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Help Seeking (Literature Review) Hayyud Dinal Haqi; Ririn Isma Sundari; Roro Lintang Suryani
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.633 KB)

Abstract

Stres bagi pekerja tidak bisa dihindarkan dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau membuat pekerja tidak produktif. Salah satu strategi mengatasi stres kerja dengan mencari bantuan (seeking support). Banyak penelitian terkait stres kerja dan mekanisme koping individu, selanjutnya peneliti membuat rangkuman sistematis hubungan stres kerja dengan koping seeking support (help seeking behavior). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja, bentuk perilaku help-seeking serta mengkaji hubungan stres kerja dengan perilaku help seeking pada tenaga kesehatan. Pencarian literatur menggunakan search engine ProQuest, Google Schoolar, dan Ebsco. 12.121 literatur melalui proses skrining sesuai inklusi dan tersisa 10 jurnal dari tahun 2016-2020. Hasil penelitian didapatkan faktor yang mempengaruhi stres kerja meliputi: usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, masa kerja, tuntutan peran, tuntutan tugas, beban pekerjaan, konflik individu, faktor individu, dan faktor organisasi. Tenaga kesehatan menunjukkan perilaku help-seeking dengan mencari bantuan keluarga, teman, rekan, dan psikolog. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara stres kerja dengan perilaku help-seeking, tenaga kesehatan menunjukkan koping positif dalam menghadapi stress kerja.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Islam Banjarnegara Siti Markhamah; Ema Wahyu Ningrum; Roro Lintang Suryani
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.176 KB)

Abstract

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks amnion, korion dan apoptosis membran janin. Pada tahun 2020, kejadian KPD di RSI banjarnegara menempati urutan pertama persalinan dengan 207 kasus Ketuban Pecah Dini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rumah Sakit Islam Banjarnegara. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif analitik, desain penelitian case control. Besar sampel yang diambil adalah 1 : 1 dengan mengambil subyek kasus 105 ibu bersalin yang mengalami KPD dan 105 ibu bersalin yang tidak mengalami KPD sehingga berjumlah 210 responden, pengambilan kelompok kontrol dengan cara random sampling. Data peroleh dari Rekam Medik responden yang ada di RSI Banjarnegara. Hasil penelitian ada hubungan signifikan antara paritas (p=0,011) dengan KPD, paritas memiliki pengaruh 2 kali lebih besar menyebabkan KPD pada ibu bersalin dibanding faktor lain (OR=2,182). Tidak ada hubungan antara usia ibu (p=0,720) dengan KPD, tidak ada hubungan riwayat KPD (p=0,407) dengan KPD, tidak ada hubungan presentasi janin (p=0,390) dengan KPD, dan tidak ada hubungan status anemia (p=0,283) dengan KPD.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Rawalo Kabupaten Banyumas Tri Ginanjar Mulyaningsih; Roro Lintang Suryani; Refa Teja Muti
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.361 KB)

Abstract

Kejadian stunting di dunia saat ini terdapat 144 juta balita stunting, 47 juta jiwa gizi kurang dan 38 juta balita gemuk. Pada tahun 2018, kondisi stunting di Indonesia yaitu sebesar 30,8% atau sekitar 7,2 juta anak balita. Strategi dalam rangka percepatan penurunan stunting, telah disusun beberapa strategi yang berlandaskan pada 5 pilar, yaitu komitmen dan visi kepemimpinan, sosialisasi nasional dan perubahan perilaku, konvergensi program pusat daerah dan desa, ketahanan pangan dan gizi, pemantauan dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian stunting di Puskesmas Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan survey analitik. Responden dalam penelitian adalah balita 0-23 bulan dengan stunting di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Banyumas sebanyak 88 balita yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis data menggunakan analisis univariate dan analisis bivariate. Hasil penelitian ini adalah kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalo memiliki prevalensi yang sama antara balita dengan stunting dan normal sebanyak (50%). Terdapat hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian stunting dengan p value 0,000 (p<0,05). Terdapat hubungan pendidikan dengan kejadian stunting dengan p value 0,044 (p<0,05). Terdapat hubungan BBLR dengan kejadian stunting dengan p value 0,022 (p<0,05). Tidak terdapat hubungan pendapatan dengan kejadian stunting dengan p value 0,823 (p>0,05).
Gambaran Tingkat Ketergantungan pada Pasien Lansia di Rojinhome Yoichi Kokuba Okinawa Jepang Widia Murti Hastari; Ita Apriliyani; Roro Lintang Suryani
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.373 KB)

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan perubahan struktur penduduk yang dapat mempengaruhi angka beban ketergantungan, terutama bagi penduduk lansia. Meningkatnya jumlah lansia akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti meningkatnya penyakit degeneratif dan kanker yang menyebabkan penurunan produktifitas lansia yang terjadi karena penurunan fungsi, sehingga dapat menyebabkan lansia mengalami penurunan kemandirian dalam melaksanakan kegiatan harian (Activities of Daily Living). Terdapat keberagaman Aktifitas masing-masing lansia di Rojinhome Yoichi Kokuba dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan sebagian lansia yang tinggal di panti merupakan lansia yang bermasalah dengan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat ketergantungan pada pasien lansia di Rojinhome Yoichi Kokuba Okinawa Jepang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang tingkat ketergantungan lanjut usia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar lansia pada kategori usia 75 - 90 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan memiliki riwayat penyakit hipertensi di Rojinhome Yoichi Kokuba Okinawa Jepangsebagian besar mempunyai tingkat ketergaantungan pada kategoriketergantungan sebagian (Partial Care). Oleh karena itu, disarankan kepada lansia untuk menjaga kesehatan dan kekuatan otot agar dapat terhindar dari risiko jatuh, sehingga aktivitas sehari-hari dapat dilakukan tanpa ketergantungan pada orang lain.
Studi Kasus Pasien Bronkopneumonia pada Tn. A dengan Gangguan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Cempaka RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Ahmad Suhandi; Roro Lintang Suryani; Murniati murniati
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.337 KB)

Abstract

Bronkopenumonia merupakan radang pada saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru, biasanya sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan akut yang disebabkan oleh mikroorganisme pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus di sekitarnya,yang sering menimpa balita dan anak-anak. Tujuan studi kasus ini menggambarkan asuhan keperawatan pada anak bronkopneumonia dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Rancangan studi kasus yang digunakan adalah deskriptif. Subyek studi pasien anak yang menderita bronkopneumonia dan mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Studi kasus dilakukan selama tiga hari dari tanggal 09 – 11 November 2020 perawatan manajemen jalan nafas, monitor pernafasan dan pemberian fisioterapi dada. Hasil studi kasus menunjukan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien teratasi sebagian. Kesimpulan: fisioterapi dada terbukti efektif untuk meningkatkan kepatenan jalan nafas. Fisioterapi dada dapat dijadikan sebagai salah satu prosedur di Rumah Sakit dalam terapi pada anak yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas akibat bronkopneumonia
Komres Hangat pada Pasien Hiertermi (Demam Typhoid) RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Abdullah Ibnu Muhammad; Murniati Murniati; Roro Lintang Suryani
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.27 KB)

Abstract

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di Indonesia (6%), khusus pada kelompok usia 5-14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab kematian. Hipertermi biasanya disebabkan oleh tifoid karena adanya bakteri masuk kembali kealiran darah dan bakteri mengeluarkan endotoksin sehingga ada peningkatan peradangan lokal dan terjadi gangguan pada pusat termogulasi. Tujuan penelitian yaitu mampu melakukan Asuhan Keperawatan hipertermi pada An. B dengan demam tifoid di Ruang Cempaka RSUD Dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Pada studi kasus ini yang menjadi subjek adalah An. B dengan demam tifoid di Ruang Cempaka RSUD Dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Hasil menunjukan bahwa penulis membuat perencanaan asuhan keperawatan pada An B yang mencakup NIC. Hasil evaluasi pada diagnosa yang pertama yaitu didapatkan bahwa pasien mengatakan badannya masih panas dengan data objektif: suhu tubuh An B didapatkan 38,2 pada saat pemeriksaan terakhir dan didapati akral hangat. Assesment yang didapatkan adalah masalah belum teratasi
Studi Kasus Ketidakefektifan Pola Nafas pada By. Ny. D dengan BBLR Riwayat RDS di Ruang Perinatalogi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Lutviah Silviati; Ikit Netra Wirakhmi; Roro Lintang Suryani
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2021: Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 2021)
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.678 KB)

Abstract

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki angka kejadian BBLR pada tahun 2018 mencapai 6,1%. Angka kematian neonatal akibat BBLR di Indonesia pada tahun 2019 didapatkan sebanyak 7.150 kasus dari seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi yang menduduki kematian terbanyak akibat BBLR di provinsi Jawa Timur 1.239 kasus kemudian diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 1.097 dan Jawa Barat 948 kasus kematian BBLR (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2019) presentase BBLR pada tahun 2019 sebesar 4,7% lebih tinggi dibandingkan presentase BBLR tahun 2018 yaitu 4,3%. Tujuan studi kaus ini Untuk menggambarkan asuhan keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada By. Ny. D dengan BBLR di Ruang Perinatalogi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, obervasi, pereriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil studi kasus yang dilakukan menunjukan bahwa pasien ketidakefektifan pola nafas apada BBLR memiliki berat badan kurang 2500 gram, lingkar kepala <33 cm, lingkar dada <30cm, panjang badan <45cm, ibu memiliki riwayat BBLR premature sebelumnya, pernafasaan cepat 78 kali/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada, pernafasaan dangkal, irama ireguler. Kesimpulan yang didapatkan yaitu implementasi asuhan keperawatan pada pasien ketidakefektifan pola nafas memonitor pernafasaan, menajemen jalan nafas dan terapi obat.
THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH THE LEVEL OF PRE-ANESTHESIAN SECTIO PATIENTS IN THE HOSPITAL PEKALONGAN REGIONAL GENERAL Vika Andriyani; Roro Lintang Suryani; Asmat Burhan
Java Nursing Journal Vol. 2 No. 1 (2024): November - February 2024
Publisher : Global Indonesia Health Care (GOICARE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61716/jnj.v2i1.30

Abstract

Background: Sectio Caesarea (SC) is a surgical procedure to save a mother and baby. Most SC preoperative patients experience mild and severe anxiety; this anxiety will affect the patient's recovery process. Anxious conditions cause vasoconstriction of blood vessels, so that blood supply to the heart decreases. One of the other factors causing anxiety in preoperative patients is family support. Families who always support the patient's recovery will be able to reduce patient anxiety. Objective: The purpose of this study was to determine the relationship between family support and the pre-anesthesia anxiety level of sectio-caesarea patients at Bendan Pekalongan Hospital. Methods: Using quantitative observational and analytic research methods with a cross-sectional approach. The place of research was in the reception room of IBS Bendan Pekalongan Hospital. sample 36 patients with consecutive sampling techniques. Data analysis in the form of bivariate data produces the frequency distribution and percentage of each variable. Results: The results of the correlation coefficient of -493** indicate that there is a fairly strong and significant correlation with a negative or unidirectional direction, meaning that the greater the level of family support, the lower the patient's anxiety level. Conclusion: The results of the spearman rank test analysis of 36 respondents showed a p value of 0.001, <0.05, which means that there is a relationship between family support and the level of pre-anesthesia anxiety of Sectio Caesarea patients at Bendan Pekalongan Regional General Hospital. Keywords: Family support, anxiety level, and pre-anesthesia of Sectio Caesarea patient
Literature Review: Gambaran Monitoring Kedalaman Anestesi Pada Anestesi Umum An An Farida; Roro Lintang Suryani; Made Suandika
JURNAL RISET RUMPUN ILMU KESEHATAN Vol. 3 No. 1 (2024): April:Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kesehatan
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurrikes.v3i1.2754

Abstract

The term "depth of anesthesia" refers to the extent to which a general anesthetic agent anesthetizes the central nervous system with a specific concentration of force at the time the drug is administered. The depth level of anesthesia plays an important role in determining surgical complications, and it is very important to keep the depth level of anesthesia under control for the operation to be successful. The purpose of this study is to determine the Monitoring Picture of Anesthesia Depth in General Anesthesia. The literature search will be conducted between 2018 and 2023. The methodof journals and scientific articles contained in this study are national and international journals that have been accounted for their validity. Sources of information obtained from databases are Google Scholar, Science Direct, and PubMed. Anesthesia depth monitoring with the most popular modern technique in practice is the Bixpectral Index Score (BIS) monitor. Anesthesia depth monitoring using BIS is more accurate than traditional anesthesia depth monitoring. Objective assessment of the depth of sedation can use the BIS tool that provides the best prediction of the patient's degree of consciousness to] prevent the patient from waking up and remember actions, drug additions, and wake predictions more accurately by looking at changes in brain electrical activity depicted through EEG
IMPLEMENTASI AROMATERAPI PAPPERMINT UNTUK MENURUNKAN KEJADIAN MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD DR M. ASHARI PEMALANG Masruroh, Masruroh; Roro Lintang Suryani; Danang Tri Yudono
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 5: Oktober 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v4i5.8701

Abstract

PONV is nausea and vomiting that occurs after surgery and before the patient goes home from the hospital. Efforts to reduce the incidence of postoperative nausea and vomiting can be done by using several strategies for preventing and treating nausea and vomiting, either with pharmacological or non-pharmacological therapy (aromatherapy, acupuncture, acupressure, relaxation therapy, hypnotic therapy, and music therapy). Objective: The PKM activity aims to implement peppermint aromatherapy to reduce the incidence of nausea and vomiting in post-operative patients under general anesthesia. Method: This PKM method is carried out by providing peppermint aromatherapy by using 3 drops of peppermint aromatherapy oil on a cotton ball and then asking the respondent to inhale it for 5 minutes. After 5 minutes, respondents were asked to take another nausea scale measurement. After that, the patient is invited to take anti-nausea medication if the nausea does not decrease. Result: The results obtained from this activity are that peppermint aromatherapy can reduce the intensity of the patient's nausea and vomiting and reduce the use of pharmacological therapy by switching them to non-pharmacological therapy, namely peppermint aromatherapy. Conclusion: The output obtained from this PKM activity is that partners can develop non-pharmacological therapeutic health services using peppermint aromatherapy as an intervention in reducing the intensity of nausea and vomiting in post-operative patients under general anesthesia. It is hoped that this PKM activity can become a reference for the community in dealing with nausea and vomiting using non-pharmacological therapy