Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Solusi Al-Qur’an Terhadap Ujaran Kebencian Bakir, Moh.
Jurnal Al-Fanar Vol 2 No 1 (2019): Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.998 KB)

Abstract

Artikel ini ingin menelusuri pandangan Al-Qur’an terhadap ujaran kebencian dengan pendekatan teori maṣlaḥah Najmuddin al-Ṭufi dalam kitab Risālah fī Ri’āyah al-Maṣlaḥah. Temuan penulis menunjukkan bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci universal menekankan pentingnya saling menjaga tindakan yang berpotensi menimbulkan kegaduhan, konflik,disintegrasi sosial serta menyakiti pihak lain, baik dalam bentuk ucapan, sikap, dan perbuatan. Sementara maṣlaḥah menurut imam al-Ṭufi adalah suatu yang keberadaannya menimbulkan keserasian dan tidak menimbulkan kezaliman atau madarat terhadap apapun dan siapapun. Maka tindakan provokatif, seperti namimah, mengadu domba, hoax, menyebarkan ujaran kebencian dan hal-hal yang dapat menyulut kemarahan dari pihak yang lain dapat ditekan jika sama-sama memperhatikan kemasalahatan bersama. Menurutnya, secara hukum, apabila suatu perbuatan sudah jelas dalil keharamannya dalam nash seperti keharaman mengumpat, mengadu domba, ujaran kebencian, hoax, zina, judi, khamar dan sebagainya, maka hukumnya adalah haram meskipun hal-hal tersebut memiliki unsur kebaikan bagi sebagian orang terutama pelakunya.
Studi Tafsir Tentang Dimensi Epistemologi Tasawuf Bakir, Moh
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 9 No 1 (2019): Februari
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v9i1.3011

Abstract

Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui hakikat epistemologi tasawuf dan dimensi-dimensinya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Epistimologi tasawuf adalah studi kursus tentang keterkaitan antara syariah dan hakikat, pengalaman spiritual dengan wahyu. Sumber pengetahuan dan kemampuan potensi-potensi intelektual yang mempersepsikan objek pengetahuan. Epistemologi tasawuf mengakomodasikan pandangan empirisme terhadap realitas eksternal, mengingat status eksistensialnya sebagai data indrawi. Dalam hal ini adalah mengakui wahyu sebagai lingkup pengetahuan yang mencakup keduanya. Berkenaan dengan epistemologi tasawuf, paling tidak ada tiga dimensi, yaitu,dimensi esoterik, adalah dimensi batin manusia yang berada di hati (qalb),dimensi eksoterik,yaitu kepercayaan kepada huruf, teks, atau dogma yang bersifat formalistik, dan dimensi neo-esoterik,yaitu konsep bangunan keilmuan yang dituntut untuk lebih humanistik, empirik dan funsional (penghayatan terhadap ajaran Islam, bukan pada Tuhan).
Relasi Syari’at dan Hakikat Perspektif Al-Ghazālī Bakir, Moh
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 9 No 2 (2019): Agustus
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v9i2.3033

Abstract

Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks dan dinilai sebagai dua dimensi yang saling berjahuan. Padahal syari’at dan hakikat bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Oleh karena itu, keduanya memiliki relasi yang kuat. Artikel ini hendak mengelaborasi gagasan Imam al-Ghazali seputar relasi syari’at dan hakikat itu. Hasil penelitian membuktikan bahwa barang siapa yang menyatakan bahwa hakikat itu menyelisihi syari‘at maka ia dianggap kafir, karena sesungguhnya syari‘at merupakan aspek zahir dan hakikat merupakan aspek batin. Bahwa aspek zahir dan aspek batin jika untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak bisa dipisahkan dan harus berdampingan, dan harus saling mengisi antara keduanya. Syari‘at datang dengan pembebanan pada makhluk, sedangkan hakikat merupakan keterangan pengertian al-aqq (kenyataan). Syari‘at itu terkait dengan ibadah, hakikat dipersaksikan. Syari‘at merupakan penegak atau penopang segala perintah, sementara hakikat bukti segala yang ditetapkan, disembunyikan atau yang ditampakkan. Kata kunci: syariat, hakikat, relasi
Tanggung Jawab Sosial dalam Al-Qur’an: Studi Analisis terhadap Term al-Islah Bakir, Moh
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 11 No 1 (2021): Februari
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v11i1.3252

Abstract

Hasil penilitian ini membuktikan bahwa tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep tentang kewajiban dan hak partisipasi setiap manusia untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan memberikan respon terhadap problematika sosial. Respon tersebut tergantung dari tingkat kesadaran masing-masing. Semakin tinggi tingkat kesadarannya maka semakin cepat respon yang diberikan, sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadarannya makan semakin lambat memberikan respon. Selain itu, penelitian membuktikan bahwa term al-islâh merupakan suatu istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan pada tugas-tugas sosial yang meliputi beberapa aspek, yaitu: menjaga lingkungan, memelihara perdamaian, mengayomi anak yatim, dan mendamaikan konflik keluarga serta lainnya. Kemudian, term islah pada dasarnya berkisar pada anjuran kepada manusia untuk melakukan atau berbuat baik dan menjahui perbuatan jelek baik dalam tataran individu, sosial, dan lingkungan alam. Islâh menyiratkan makna akan tanggung jawab sosial dari berbagai aspek. Islâh tidak sekedar sebuah konsep, tetapi jauh lebih dari itu ia merupakah langkah nyata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode tafsir tematik. Sumber data primer diperoleh melalui Al-Qur’an, yaitu melalui penelusuran langsung terhadap ayat-ayat yang terkait dengan bahasan. Sedangkan data skunder diperoleh dari bahan pustaka. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup buku-buku, jurnal dan dan surat kabar yang terkait dengan tema pemenilitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, mengkaji dan menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, koran, majalah jurnal, dokumen maupun arsip-arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas dan serta pengumpulan data melalui media elektronik dan hal-hal lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. Analisis data yang digunakan adalah analisis kebahasaan, sosiologis, dan filosofis.
PROBLEMATIKAN TERJEMAH AL-QUR’AN BAHASA MADURA; Studi KasusTerjemah I‘raban Keterangan Madhurah Atoro’ Lil-Jalālain (TIKMAL) Mursyidi Mursyidi; Moh. Bakir
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32495/nun.v7i1.228

Abstract

Penelitian ini membuktikan bahwa, pertama, pola penerjemahan kitab TIKMAL,yang disusun oleh Forum Mudzakarah Tafser al-Qur’an (FMTQ), yang terdiri dari ulama Madura, menggunakan pola penerjemahan dengan pola I’rāb. Pola i’rāb ini biasa hanya ditemukan pada kitab-kitab tafsir seperti keterangan-keterangan yang berhubungan dengan kata, kalimat, dan kandungan ayat. Keduan, kitab TIKMAL ini ditulis dengan dua aksara yaitu latin dan arab pegon yang masing-masing dipisah, hal ini bertujuan agar masyarakat yang hanya bisa baca salah satu tulisan “Arab Pegon dan Latin ” bisa membacanya. Ketiga, Kitab TIKMAL ini adalah terjemahan dari kitab tafsir al-Jalālain.
Teknik-Teknik Analisis Tafsir Dan Cara Kerjanya Moh. Bakir Bakir
MISYKAT Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran Hadist Syari ah dan Tarbiyah Vol 5, No 1 (2020): Misykat: Jurnal ilmu-ilmu Al-Quran, Hadits, Syariah dan Tarbiyah
Publisher : Pascasarjana Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33511/misykat.v5n1.51-72

Abstract

Teknik analisis dalam studi tafsir merupakan sebuah keharusan. Hal ini disebabkan bahwa teks al-Qur‟an ketika berdialog dengan manusia mesti menimbulkan beragam penafsiran. Disamping itu, karena faktor kesadaran ilmiah bahwa yang mengetahu pasti maksud suatu teks atau ucapan adalah pemilik teks dan ucapan itu sendiri. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan teknik-teknik analisis dalam penelitian tafsir, sebagai uapaya untuk memahami kandungan-kandungan ayatayat al-Qur‟an. Paling tidak ada tiga teknik analisis dalam diskursus tafsir, yaitu analisis isi (content analysis), analisis filologis, dan analisis semantik. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif.
Solusi Al-Qur’an Terhadap Ujaran Kebencian Moh. Bakir
Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol 2 No 1 (2019): Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.741 KB) | DOI: 10.33511/alfanar.v2n1.75-92

Abstract

This article wants to explore the Qur'anic view of the utterances of hate with the approach of the theory of maṣlaḥah Najmuddin al-Ṭufi in the book Risālah fī Ri’āyah al-Maṣlaḥah. The author's findings indicate that the Al-Qur'an as a universal scripture emphasizes the importance of safeguarding actions that have the potential to cause noise, conflict, social disintegration and hurt others, both in the form of speech, attitudes, and actions. While the maṣlaḥah according to imam al-Ṭufi is one whose existence gives rise to harmony and does not cause tyranny or harm to anything and anyone. So provocative actions, such as naming, pitting, hoaxes, spreading hate speech and things that can ignite anger from other parties can be suppressed if both pay attention to common concerns. According to him, legally, if an action is clear, the prohibited argument in the text is like the prohibition of cursing, pitting sheep, utterances of hatred, hoax, adultery, gambling, khamar and so on, then the law is forbidden even though these things have a good element for some people especially the culprit.
KONSEP MAQASID AL-QUR’AN PERSPEKTIF BADI’ AL-ZAMAN SA’ID NURSI (Upaya Memahami Makna Al-Qur’an Sesuai dengan Tujuannya) Moh. Bakir
El-Furqania : Jurnal Ushuluddin dan Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 1 No. 01 (2015): Agustus 2015
Publisher : STIU Al-Mujtama Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.13 KB) | DOI: 10.54625/elfurqania.v1i01.876

Abstract

Riset ini bertujuan untuk mempelajari ide “Maqa>s}id al-Quran” and implikasi-implikasinya dalam menafsirkana al-Quran. Maqa>s}id al-Quran merupakan konsep yang hadir untuk menawarkan pemahaman maqasid dari diskursus al-Quran. Maqa>s}id al-Quran tampak sebuah ilmu baru dalam bidang studi Islam yang menawarkan suatu pemahaman tertentu terhadap diskursus al-Quran. Dalam tradisi akademik, isu ini cukup absen. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk memformulasikannya dalam aroma yang akademis. Untuk mewujudkan hal itu, riset ini pertama-tama mempresen-tasikan makna maqasid dan al-Quran sekaligus; kemudian, mengeksplorasi elemen-elemen kunci terhadap definisinya dari sudut pandang kesarjanaan tentang subyek ini; akhirnya, ia akan memformulasi suatu definisi dalam kaitannya dengan elemen-elemen tersebut dan menjelas-kannya secara singkat.Kata Kunci: Makna maqa>s}id , Sejarah, Penafsiran dan Signifikansinya
Argumen Ayat-Ayat Politik Dalam Al Qur’an Ahmad Ari Masyhuri; Chairun nisa; Moh Bakir
El-Furqania : Jurnal Ushuluddin dan Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 9 No. 01 (2023): Februari
Publisher : STAI Al-Mujtama Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54625/elfurqania.v9i01.6575

Abstract

Searching for political verses in the Qur'an is very important for the benefit of the ummah and guidelines for life in the nation and state, as human beings are actually created from different ethnic groups and religions, so this argument gives broad meaning in an academic perspective. The ability to present and understand every word of Allah requires the methodology of ulumul qur'an (Qur'anic sciences) which has been inherited by previous scholars, in the form of a set of interpretive tools that can reveal explicit and implicit messages, including verses of the Qur'an which has a political nature.The essence of politics (siyasiyah) in the perspective of the Qur'an implies the desire or way of Muslims to make Islamic teachings a curriculum of life (manhajul hayah). This is reflected in all life activities. This does not mean that the state must be based on the Koran, but that the values ​​of the Koran are reflected in life because the values ​​of the Koran are universal.Politics in the view of the Qur'an or Islamic politics (siyâsah islamiyah) aims to elevate the dignity, status and dignity of mankind to a more qualified and civilized direction according to their functions and duties as caliphs of Allah on earth, spreading mercy and peace and safety to all universe. Islamic politics is achieved if the perpetrators have morals, are moral, civilized, and are responsible to God and others. Keywords: politics, life curriculum, grace, responsibility
Nilai-Nilai Spritual dalam Tradisi Tahlil Pasca Hari Raya ‘Idul Fitri di Dusun Lanpelan, Sana Laok, Waru, Pamekasan: (Studi Analisis Perspektif ayat-ayat Sosial) Bakir, Moh.; Wijaya, Subur
El-Furqania : Jurnal Ushuluddin dan Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 10 No. 01 (2024): Februari
Publisher : STAI Al-Mujtama Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54625/elfurqania.v10i01.7454

Abstract

The results of this research prove that the tradition of post-Eid al-Fitr tahlilan activities for three days with each resident taking turns has been going on for a long time. This tradition basically becomes a medium for sharing, praying for each other, strengthening friendship, and in order to preserve spiritual values ​​in the month of Ramadan. More than that, this tradition becomes a medium for preaching to the community. Apart from that, the tradition of tahlilan activities and group prayer after carrying out the Eid al-Fitr prayer service is a way for the residents of Lanpelan Hamlet, Sana Laok Pamekasan to preserve spiritual values. The values ​​contained in this tradition, from a social perspective, include the spirit of giving alms, working together, instilling an attitude of solidarity and maintaining harmony. This research uses a qualitative approach, taking the location of Lanpelan Hamlet, Sana Laok Waru, Pamekasan. The analysis technique used in this research is interactive analysis, such as data reduction, data display, and conclusions. Data collection methods through observation, interviews and documentation techniques. Keywords: Values, Spiritual, Tahlilan, Eid al-Fitr, Society