Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Perbandingan Kemampuan Pemahaman Matematis Antara Siswa Yang Mendapatkan Strategi Creative Problem Solving (Cps) Dengan Model Pembelajaran Konvensional: Studi Eksperimen di kelas VII-D dan VII-E SMP Negeri 1 Limbangan Muliawati, Tina; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 1 (2013): Januari
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v2i1.270

Abstract

Most student is passive in the process learning of mathematics that leads to less in their creativity and achievement. Therefore, it needs an effort and innovatively learning of mathematics. As an alternative concerning such things one should develops learning of mathematics with “Creative Problem Solving (CPS)” approach. It is a learning approach which generates an activity between mathematics and students. Thus, it motivates them to solve the problem uniquely with many stagiest. As for which being experiment class is VII-D and VII-E. Class VII-D is getting Creative Problem Solving (CPS) strategy and class VII-E is getting conventional teaching. For the experimental instrument was composed 6 essays. The gain of students' mathematics understanding ability increases getting Creative Problem Solving (CPS) strategy is better than students who received conventional teaching.
Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa Antara Yang Mendapatkan Metode Kumon Dan Metode Konvensional Widiawati, Nolis; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 (2013): Mei
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v2i2.276

Abstract

This research used two models of learning, they were Kumon and Conventional. The purpose of this study was to determine whether the Kumon learning method is better than conventional learning methods on students' mathematics achievement in learning material cube and bar. Based on the results of the pretest data processing, obtained the conclusion there is no difference between the students' mathematical ability early experimental class one and class two experiments. Then learning in both the classroom was, until finally done posttest to determine differences in student mathematics achievement. Based on the posttest data processing, obtained the conclusion that the mathematics achievement of students who get Kumon learning method is better than the students who received conventional teaching methods. Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Kumon dan Konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode pembelajaran Kumon lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pembelajaran Kubus dan Balok. Berdasarkan hasil pengolahan data pretest, didapat kesimpulan tidak terdapat perbedaan kemampuan awal matematik siswa antara kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua. Kemudian pembelajaran di kedua kelas tersebut dilakukan, sampai akhirnya dilakukan postest. Berdasarkan pengolahan data postest, didapat kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan metode pembelajaran Kumon lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat metode pembelajaran Konvensional.
Perbandingan Kemampuan Proses Pemecahan Masalah Antara Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Dan Konvensional: Studi Penelitian di SMA Negeri 19 Garut Lestari, Teguh Panji; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 3 (2013): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v2i3.302

Abstract

This study aims to determine the ratio between the problem-solving ability of students to use learning model Creative Problem Solving (CPS) with Conventional of the students SMAN 19 Garut. The method used in this study is quasi-experimental method with two groups of students, as the experimental group is the group of students who get teaching Creative Problem Solving (CPS) and the control group is the group of students who received conventional learning. The instrument used in this study is a written test with a description of the subject form the Differential Function. The population in this study were all students of class XI of SMAN 19 Garut with the sample selected class XI IPA-3 and XI IPA-4. From the results of preliminary tests of normality test (pretest), initial test scores obtained in the experimental class are not normally distributed so that the test followed by Mann Whitney test and obtained zcounting = 2.73 and ztable = 1.96 thus zcounting > ztable, or zcounting be outside the acceptance of the null hypothesis can be concluded that the average ability of students beginning the experimental class and the control class was different. Proceed with the test and the normalized gain of normality test results and that both classes are not normally distributed then proceed with the Mann witney test. Retrieved zcounting = 2.61 and = ztable 1.96 thus zcounting > ztable then Ho is rejected. Thus, it can be concluded that the mathematical problem-solving ability among students who received learning model Creative Problem Solving (CPS) is better than the students who received conventional learning models. This is because teaching Creative Problem Solving (CPS) students are more active, creative and innovative in finding solutions to any given problem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Konvensional pada siswa SMAN 19 Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan dua kelompok siswa, sebagai kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan kelompok kontrol yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tulis berbentuk uraian dengan pokok bahasan turunan fungsi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 19 Garut dengan sampel kelas yang dipilih yaitu XI IPA-3 dan XI IPA-4. Dari hasil uji coba normalitas tes awal (pretes), diperoleh skor tes awal pada kelas eksperimen tidak berdistribusi normal sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji Mann Withney dan diperoleh zhitung = 2,73 dan ztabel=1,96 dengan demikian zhitung > ztabel, atau zhitung berada diluar penerimaan hipotesis nol di dapat kesimpulan bahwa rata-rata kemapuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda. Dilanjutkan dengan uji gain ternormalisasi dan dari hasil uji normalitas dan ternyata kedua kelas tidak berdistribusi normal maka pengujian data dilanjutkan dengan uji mann witney. Diperoleh zhitung = 2,61 dan ztabel= 1,96 dengan demikian zhitung > ztabel maka Ho ditolak. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensional. Hal ini disebabkan karena pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam mencari solusi dari setiap masalah yang diberikan.
Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa Antara Yang Mendapatkan Model Active Learning Tipe Giving Question And Getting Answer Dengan Konvensional Aisyah, Euis Siti; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 (2014): Januari
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v3i1.306

Abstract

Dalam pembelajaran matematika sering terjadi masalah dalam hal rendahnya prestasi belajar siswa yang diawali dengan anggapan bahwa matematika itu sulit. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut adalah kemampuan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang efektif. Pada pembelajaran konvensional siswa lebih sering bersikap pasif. Kebiasaan bersikap pasif dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya akan mengenai materi yang kurang dipahaminya. Adapun active learning tipe giving question and getting answer dengan potongan-potongan kertas sebagai medianya dapat digunakan guru untuk mengetahui informasi tertentu, yaitu materi yang kurang dipahami siswa serta materi yang dapat dijelaskan oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk:1) mengetahui perbandingan prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapatkan model active learning tipe GQGA dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional, beserta peningkatannya; 2) mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah setelah mendapatkan model active learning tipe GQGA, beserta peningkatannya; 3) mendeskripsikan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan model active learning tipe GQGA. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Garut. Tahapan penelitian dimulai dari pembuatan instrumen, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan tes prestasi belajar. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran. Khusus di kelas eksperimen, dilaksanakan pengisian angket oleh siswa. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan perhitungan secara manual dengan bantuan Microsoft Office Excel. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney, Anova Satu Jalur (One Way Anova), dan Kruskall Wallis.
Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Yang Mendapatkan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dan Pembelajaran Konvensional Delisda, Dede; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 2 (2014): Mei
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v3i2.312

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Snowball Throwing dan Pembelajaran konvensional untuk melihat sejauh mana kedua model pembelajaran tersebut berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Peneliti ingin melihat apakah prestasi belajar siswa yang mendapatkan model Snowball Throwing lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan model konvensional. Metode yang peneliti gunakan adalah metode eksperimen, yaitu dengan cara memberikan perlakuan pada dua kelas sampel yang berbeda. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 15 Garut dengan sampel kelas dipilih secara acak yaitu X-6 dan X-8.Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yaitu berupa tes objektif, diberikan sebelum peneliti memberikan perlakuan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test).Berdasarkan hasil penelitian tes awal terdapat data yang tidak berdistribusi normal pada keduanya sehingga pengolahan data dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney Selain itu penelitiani ini juga mengulas mengenai kategori peningkatan prestasi belajar siswa kelas eksperimen antara kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan hasil peningkatan pada masing-masing kelompok tergolong sedang.
Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dalam Matematika Antara Yang Mendapat Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Dengan Pembelajaran Konvensional: Penelitian Eksperimen di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri Satu Sukawening Lestari, Lesta; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 2 (2014): Mei
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v3i2.314

Abstract

Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya kemampuan pemecahan masalah yang menjadi fokus utama dalam pembelajaran matematika sekolah saat ini yang menghendaki dimulainya pembelajaran dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Contextual Problem). Salah satu pendekatan yang memulai pembelajarannya dengan masalah kontekstual agar siswa aktif untuk menemukan dan merekonstruksi kembali konsep-konsep matematika adalah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa dalam matematika yang mendapat PMR lebih baik daripada dengan pembelajaran konvensional.
Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Konvensional: Studi Quasi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 2 Bayongbong Hibattulloh, Nanang; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 3 (2014): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v3i3.321

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Bayongbong, dengan sampel diambil secara Purposive Sampling yaitu kelas VII H (kelas eksperimen) dan VII D (kelas kontrol). Berdasarkan tes akhir, terdapat data yang berdistribusi tidak normal pada keduanya sehingga pengolahan data dilanjutkan dengan statistik non parametrik yaitu Uji Mann Whitney. Dari hasil analisis Uji Mann Whitney dengan taraf signifikansi 5% diperoleh zhitung = -2,046 dan ztabel = 1,96 yang mana zhitung berada di luar daerah penerimaan Ho, maka Ho ditolak dengan demikian kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. This research was a quasi-experimental design with randomized pretest-posttest control group. The problem in this study is whether the mathematical communication skills of students who use the Jigsaw cooperative learning model better than the students who received conventional learning models. The population in this study were all students of class VII SMP 2 Bayongbong, with samples taken by purposive sampling is class VII H (experimental class) and VII D (control class). Based on the research results of the final test, the data are derived distribution is not normal on both so that the processing of data followed by non-parametric statistical test Mann Whitney. From the analysis of the Mann Whitney test with significance level of 5% result data obtained zcounting = -2.046 and ztable = 1.96 which is outside the reception area Ho, the Ho is rejected thus mathematical communication skills of students who get jigsaw cooperative learning model better than the students who get the model conventional learning.
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis melalui Pendekatan Problem Posing Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 4 No. 3 (2015): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v4i3.333

Abstract

Tujuan peneliti adalah menelaah apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa yang mendapatkan pendekatan problem posing dibandingkan dengan konvensional.
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika di SMA Sofyan, Deddy; Sukandar Madio, Sukanto
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 6 No. 1 (2017): Januari
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v6i1.432

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematik melalui pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Garut. Sampel penelitian dipilih secara acak berdasarkan kelas, sampelnya adalah kelas XII IPA 1 yang mendapat pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing dan siswa kelas XII IPA 3 yang mendapat pembelajaran konvensional. Simpulan hasil penelitian ini adalah bahwa dalam pembelajaran matematika di SMA: 1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapatkan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan dengan konvensional, 2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang mendapatkan pendekatan problem posing dengan konvensional, 3. Tidak terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematik dengan kemampuan komunikasi matematik pada siswa yang mendapatkan pendekatan problem posing.
Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP pada Materi Statistika Silviani, Endah; Mardiani, Dian; Sofyan, Deddy
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 10 No. 3 (2021): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v10i3.679

Abstract

Kemampuan representasi matematis sangat penting dalam pembelajaran matematika, akan tetapi dalam kenyataannya siswa cenderung meniru langkah guru dalam menyelesaikan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan representasi verbal, representasi gambar, dan representasi simbol, serta pemahaman dari siswa SMP pada materi statistika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada indikator kemampuan representasi verbal dan indikator kemampuan representasi gambar atau visual ketiga subjek yang diteliti sudah cukup menguasai. Pada indikator kemampuan representasi simbol hanya dua subjek yang sudah menguasai, sedangkan satu subjek lainya kurang memahami representasi simbol. Pada pemahaman mengenai materi statistika, rata-rata dari ketiga subjek yang diteliti sudah cukup menguasai materi statistika. Saran penulis bagi guru adalah upayakan guru berusaha memberikan metode dalam penyampaian materi yang membuat siswa bersemangat misalnya memberikan materi melalui video supaya siswa tidak merasa bosan. The ability of mathematical representation is very important in learning mathematics, but in reality, students tend to imitate the teacher's steps in solving problems. The purpose of this study was to describe the ability of verbal representation, image representation, and representation of symbols, as well as an understanding of junior high school students on statistical material. This study uses descriptive research methods. The conclusions obtained from this study are the indicators of verbal representation capabilities and indicators of the capabilities of the representation of the image or visual three subjects studied have been quite mastered. In indicators, the ability of the symbolic representation is only two subjects that have mastered, while the other subjects do not understand the representation of the symbol. In an understanding of statistical material, the average of the three subjects studied has sufficiently mastered statistical material. The author's advice for teachers is to try the teacher trying to provide a method in delivering material that makes students vibrant for example giving material through video so that students don't feel bored.