Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF, DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU Soemarwoto, Retno Ariza S.; Yuniar, Fransisca Tarida; Oktobiannobel, Jordy; Nurrohmah, Syifa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 8 (2023): Volume 10 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v10i8.11461

Abstract

Abstrak: Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi Pada Siswa Kelas 6 SDPerokok Aktif, Perokok Pasif, dan Bukan Perokok di KabupatenPringsewu. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa70% perokok memulai kebiasaan tersebut sebelum berusia 19 tahun karenaterbiasa melihat anggota keluarganya merokok. Provinsi Lampung salah satuprovinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Arus puncakekspirasi merupakan salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi adanya PenyakitParu Obstruksi Kronik (PPOK) yang diakibatkan karena terganggunya jalan napaspada paru. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai aruspuncak ekspirasi (APE) pada siswa kelas 6 SD perokok aktif, perokok pasif danbukan perokok pada siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu. Penelitian yangdilakukan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitianobservasi analitik. Populasi penelitian ini siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewusejumlah 7.222 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 379 orang siswa. Alatpengumpulan data menggunakan metode pemeriksaan alat peak flow meter untukmengukur kadar arus puncak ekspirasi pada siswa SD. Analisis data menggunakan One-Way Anova. Distribusi frekuensi responden yang merupakan perokok aktif sebanyak 75 responden (19.8%), Rata-rata Arus puncak ekspirasi yaitu 97,39% dengan standar devisi 16,727%. Pada nilai rata-rata APE bukan perokok mempunyai nilai yang lebih baik dari yang terpapar rokok, sehingga pada perokok aktif mempunyai nilai lebih rendah dari bukan perokok dan perokok pasif yang menyebabkan penurunan fungsi paru. Kesimpulan ada perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok pada Siswa Kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu. 
Pengembangan Sistem Pakar untuk Diagnosa Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis Menggunakan Decision Tree dan Dempster-Shafer Berbasis Mobile: Development of an Expert System for Early Diagnosis of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Using Mobile-Based Decision Tree and Dempster-Shafer Methods Pambudi, Yulianto; Ramdani, Ahmad Luky; Yunmar, Rajif Agung; Soemarwoto, Retno Ariza S.
MALCOM: Indonesian Journal of Machine Learning and Computer Science Vol. 5 No. 2 (2025): MALCOM April 2025
Publisher : Institut Riset dan Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57152/malcom.v5i2.1988

Abstract

Seiring dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan industri serta meningkatnya kebutuhan transportasi mengakibatkan meningkatnya pencemaran udara di alam bebas perkotaan dan subperkotaan. Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran udara berupa batuk, sesak napas, dan iritasi mukosa saluran pernapasan dapat mengakibatkan risiko terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). PPOK merupakan penyakit yang menghambat aliran udara saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Masyarakat sering mengabaikan gejala-gejala dini pada PPOK, sedangkan diagnosa dini pada PPOK merupakan hal yang penting. Selain itu fasilitas kedokteran dan minimnya jumlah dokter spesialis paru-paru, menyebabkan semakin banyak masyarakat yang mengidap PPOK. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan sistem pakar menggunakan algoritme Decision Tree dan Dempster-Shafer. Penelitian ini diharapkan dalam membantu masyarakat mendeteksi dini PPOK. Kemudian sistem tersebut diimplementasikan ke perangkat berbasis mobile. Metode pengembangan sistem menggunakan Expert System Development Lifecycle (ESDLC). Pengujian sistem menggunakan teknik Black-Box menunjukkan bahwa sistem yang dibuat berfungsi seperti yang diharapkan. Akurasi sistem pakar ini diuji dengan menggunakan 100 data uji yang berupa rekam medis. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil diagnosa pakar yang ada pada rekam medis dengan hasil diagnosa aplikasi. Hasil pengujian akurasi mendapatkan nilai sebesar 86%.
Pengaruh Pemberian Salmeterol-Flutikason Terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca Tuberkulosis Latief, Adhi Nugroho; Dilangga, Pad; Berawi, Khairun Nisa; Messah, Anse Diana Valentiene; Soemarwoto, Retno Ariza S.; Herdato, M. Junus Didiek; Lyanda, Apri; Kusumajati, Pusparini; Gozali, Achmad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 6 (2025): Volume 12 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i6.20152

Abstract

Pasien TB yang telah diobati kemungkinan akan tetap mengalami keluhan gejala pernapasan jangka panjang akibat komplikasi dari pasca TB yang memperburuk kualitas hidup. Penelitian Tae Hoon dkk, pemberian indakaterol inhalasi selama 8 minggu pada pasien pasca tuberkulosis yang mengalami sequele dan menyebabkan obstruksi mengalami perbaikan VEP1 sebesar 81,3mL. Tetapi belum ada penelitian yang menggunakan kombinasi bronkodilator dengan kortikosteroid pada pasien pasca tuberkulosis. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled trial dengan pola uji klinis tahap 2 Kohort Prospektif., untuk menganalisis pengaruh pemberian salmeterol-flutikason terhadap kualitas hidup pasien pasca tuberkulosis. Sebanyak 30 pasien pasca tuberkulosis berumur 18-85 tahun yang dipilih secara acak. Kemudian pasien akan diberikan penjelasan mengenai prosedur dan meminta inform consent dilakukan pemeriksaan dan perlakuan uji. Pasien kemudian diberikan form kuesioner untuk mengisi secara mandiri dengan panduan. Pasien ditimbang berat badan, diukur tinggi badan, dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen, spirometri dan pemeriksaan foto toraks.  Pasien pasca tuberkulosis diberikan obat salmeterol-flutikason DPI dosis 250 mcg/50 mcg. Pasien menggunakan obat uji selama 3 bulan sebanyak 1 dosis hisapan. Setelah 3 bulan pasien akan di lakukan kembali tes jalan 6 menit, dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen, spirometri dan pemeriksaan foto toraks. Terdapat pengaruh pemberian salmeterol-flutikason terhadap kualitas hidup pasien pasca tuberkulosis.
HUBUNGAN FUNGSI PARU DAN SEKUELE RADIOGRAFI TORAKS TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA INFEKSI COVID-19 DI RUMAH SAKIT BATIN MANGUNANG KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG Silaen, David Tongon; Ekawati, Diyan; Messah, Anse Diana Valentiene; Soemarwoto, Retno Ariza S.; Infianto, Andreas; Sinaga, Fransisca TY; Ajipurnomo, Adhari; Gozali, Achmad; Kusumajati, Pusparini
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48150

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fungsi paru dan sekuele radiografi toraks terhadap kualitas hidup pasien pasca infeksi COVID-19 di Rumah Sakit Batin Mangunang, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian dilakukan pada Juni 2022 hingga Desember 2023 dengan total sampel 59 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 25–45 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dengan gejala sisa terbanyak berupa kelelahan, serta sebagian besar tidak memiliki komorbiditas, tidak merokok, dan memiliki indeks massa tubuh berlebih. Gangguan fungsi paru ditemukan pada 45,8% pasien, terdiri dari gangguan restriktif (30,5%), obstruktif (10,2%), dan tipe campuran (5,1%). Sebanyak 66,1% pasien menunjukkan sekuele radiografi toraks, terutama berupa fibrosis. Penurunan kualitas hidup ditemukan pada 27,1% pasien. Dari analisis bivariat didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara sekuele radiografi toraks dan kualitas hidup pasien. (p value=0,793) dan terdapat hubungan antara penurunan kualitas hidup dengan gangguan fungsi paru baik dari gangguan obstruksi (p value < 0,001) atau restriksi (p value = 0,043).