Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALYSIS OF ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION OF DAMAGES ON MURABAHAH FINANCING: (STUDY OF CASE RULING NUMBER 123/PDT.G/2022/PTA.SMG) Sari, Bunga Lidia; Khutub, Muhammad; Zulhuda, Sonny
ASY SYAR'IYYAH: JURNAL ILMU SYARI'AH DAN PERBANKAN ISLAM Vol. 9 No. 1 (2024): Asy Syar’iyyah, Vol. 9, No.1, Juni 2024
Publisher : FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/asy.v9i1.4436

Abstract

The development of sharia financing is very important in the context of the needs of the Indonesian people, this financing involves various available contracts, one of which is murabahah contract financing, murabahah contract financing is becoming a common option that is increasingly in demand by the Indonesian people in a fast and easy way, namely by taking a profit margin. The impact of problematic murabahah financing on sharia banking itself is usually related to liquidation conditions, solvency, profitability and probability. This article aims to understand the legal basis and considerations of judges in deciding the murabahah contract in decision number 123/Pdt.G/2022/PTA.Smg as well as knowing the perspective of the compilation of sharia economic law in decision number 123/Pdt.G/2022/PTA.Smg. This article was prepared using a qualitative method which is supported by decision number 123/Pdt.G/2022/PTA.Smg. The conclusion in this article is that a very important consequence of non-fulfillment of default is that creditors can ask for compensation for the costs, losses and interest they suffer. For there to be an obligation to compensate debtors, the law determines that the debtor system. This awareness will function as a binding force for the parties to fulfill the promises they have agreed to. In this way, an agreement can function to prevent broken promises or default. Awareness of the importance of an agreement.
Analisis Ketidaksesuaian Batas Usia Dewasa dan Konflik Normatif Antara Hukum Pidana Materiil dan Hukum Perdata di Indonesia (Studi Putusan Kasasi Nomor 897 K/PID/2019) Manggin, Manggin; Khutub, Muhammad
UNES Law Review Vol. 6 No. 2 (2023): UNES LAW REVIEW (Desember 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i2.1620

Abstract

Determining the age limit for adulthood is a critical factor in determining the validity of legal actions, reflecting an individual's skills in carrying out legal actions. This article investigates legal proficiency regulations in Indonesia, highlighting the ambiguity in the assessment of adulthood that creates dilemmas, especially in Article 332 Paragraph (1) of the Criminal Code. As a case study, the analysis was carried out on the Rusly Yaprin Kalo case, which had an impact on the complexity of the concept of adulthood and differences in interpretation between criminal and civil law. This research applies a normative and qualitative juridical approach, exploring various regulations governing the age limit of adulthood in Indonesia and producing an in-depth understanding of potential conflicts between criminal and civil law. The results highlight discrepancies in adult age limits that may impact law enforcement and speak to the need for harmonization of relevant laws.
Penguatan Pemahaman HAM Terhadap Anak Sebagai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Oleh Anak Farhani, Siti; Sudiro, Amoury Adi; Khutub, Muhammad; Zidni, Muhammad Fakhar
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat (SENDAMAS) Vol 3, No 1 (2023): Desember 2023
Publisher : UniversitasAl Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/psn.v3i1.2570

Abstract

Kejahatan yang dilakukan oleh anak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini sungguh meresahkan masyarakat, fenomena ini harus segera ditanggulangi sehingga tujuan dari penelitian ini adalah agar anak-anak yang berkonflik dengan hukum dapat segera ditangani dengan penanganan yang serius untuk mencegah keberlanjutan anak yang berhadapan dengan hukum. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu mengumpulkan data-data yang ada kemudian dikaitkan dengan peraturan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, salah satunya mengenai kurangnya sosialisasi dan penerapan nilai-nilai hak asasi manusia terhadap anak. Hasil penelitian menunjukkan penerapan nilai-nilai hak asasi manusia terhadap anak merupakan hal yang penting dikarenakan anak akan memahami apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban, anak juga akan didorong mengenai pengetahuan dalam bersosialisasi di dalam lingkungan bermasyarakat, anak juga dapat melindungi dirinya dari hal-hal negatif yang terdapat dalam pergaulan bermasyarakat. Penelitian selanjutnya akan dilakukan pelaksanaan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya penerapan pemahaman hak asasi manusia oleh anak, sehingga anak paham dan diharapkan dapat menurunkan angka anak yang berkonflik dengan hukum.Kata Kunci - Hak Anak, Hukum dan HAM, Tindak Pidana, Kenakalan Anak, Tindak Pidana Anak
EXISTENCE OF HALAL TOURISM IN INDONESIA ISLAMIC BUSINESS ETHICS PERSPECTIVE: Existence; Halal Tourism; Islamic Business Ethics Khutub, Muhammad; Ulfa, Ni'mah
Journal Of Islamic Ekonomic and Business Vol 1 No 1 (2022): IEB: Journal of Islamic Economics and Business
Publisher : Prodi Magister Ekonomi Syariah FEBI UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/ieb.v1i1.11900

Abstract

The purpose of this research is to find out how the existence of halal tourism in Indonesia perspectives islamic business ethics, the method used is a review literature with a type of qualitative research. The findings in this study that the existence of the halal tourism industry is not a threat to the existing tourism industry, but rather an addition to Muslim tourists, all of which do not hinder the ongoing progress of tourism. In fact, many countries in the world have worked on the halal tourism industry. According to the Mastercard Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) in 2016, the total number of Muslim travelers worldwide reached 117 million in 2015. The results of this study and halal tourism are a process of integrating Islamic values into all aspects of tourism activities. The value of Islamic sharia into a religion or belief is embraced by Muslims as a basic reference in forming tourism activities using considering the basic values of Muslims in its presentation starting based on accommodation, restaurants, to activities. yang tourism always refers to Islamic norm.
Perlindungan Hukum Terhadap Sengketa Merek “Marlin” Syahrani, Annisa; Khutub, Muhammad
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol. 11 No. 3 (2025): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia
Publisher : Lembaga Jurnal dan Publikasi Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/pencerah.v11i3.7469

Abstract

Persoalan mendasar disini adalah pemilik merek dagang tidak memiliki perlindungan hukum yang memadai, karena perlindungan hukum pemegang hak merek dipengaruhi oleh ketidakjelasan seputar kasus pembatalan dan penghapusan merek. Tujuan dari merek dagang, perlindungan konsumen, dan perlindungan bagi pemilik merek dagang yang terdaftar semuanya tercakup dalam teori perlindungan hukum ini. Untuk menghindari keuntungan dari reputasi bisnis lain, pendaftaran merek dagang harus dilakukan dengan itikad baik dan mempertimbangkan prinsip keadilan. Seperti yang terlihat dalam studi kasus sengketa merek antara Trek Bicycle Corporation dan PT Astra Honda Motor terkait merek “MARLIN”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 yang mengatur Merek dan Indikasi Geografis serta Putusan No.70/Pdt.Sus/Merek/2023/PN.Niaga Jkt.Pst Jo Putusan No.396 K/Pdt.Sus-HKI/2024 merupakan sumber hukum utama yang digunakan dan penelitian ini menggunakan metodologi Yuridis Normatif. Sedangkan, hukum sekunder memberikan contoh informasi melalui Buku dan jurnal tentang perlindungan hukum. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pemilik hak eksklusif ini dilindungi oleh hukum atas merek “MARLIN”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek dagang “MARLIN” tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut, sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Merek, sehingga Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan mengabulkan permohonan penghapusan merek tersebut.
Legal Pluralism and Maqāṣid Al-Sharīʿah in Regulating Cooperative Finance under Indonesia’s Financial Services Authority Defilania, Oktri; Gunadi, Ariawan; Rohaya, Nizla; Khutub, Muhammad
Az-Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol. 17 No. 1 (2025): Az-Zarqa'
Publisher : Sharia and Law Faculty of Sunan Kalijaga Islamic State University Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/az-zarqa.v17.i1.4344

Abstract

Abstract: The transfer of regulatory authority over financial-service cooperatives to the Financial Services Authority (OJK) through the Financial Sector Development and Strengthening Law (Law No. 4/2023, PPSK Law) represents a paradigm shift in Indonesia’s legal landscape. Cooperatives, historically governed under a separate regime and supervised by the Ministry of Cooperatives and SMEs, are now incorporated into the national financial regulatory system. This article examines the conceptual implications of the reform through a normative juridical method supported by statutory, conceptual, and comparative approaches. Primary legal sources include the PPSK Law, Cooperative Law, Financial Services Authority Law, and OJK Regulation No. 47/2024, while secondary sources comprise scholarly literature, expert opinions, and prior research. The analysis employs three conceptual frameworks: consumer protection theory, Maqāṣid al-Sharīʿah in Islamic economic law, and legal pluralism. Findings show that OJK supervision enhances legal certainty, protects members’ financial assets, and aligns cooperative consumer rights with those of bank customers, thereby advancing the Maqāṣid principles of protection of wealth (ḥifẓ al-mā), justice (‘adālah), and balance (tawāzun). Nevertheless, the reform raises concerns about potential erosion of cooperative autonomy and the risk of marginalizing small-scale or community-based cooperatives. These tensions highlight the need for proportional and collaborative regulatory design that accommodates cooperative values while ensuring accountability and stability. The discussion concludes that cooperative supervision under OJK can serve as both a safeguard and a challenge: it strengthens governance but may undermine cooperative identity if implemented rigidly. Future empirical research is recommended to assess the real impact of the reform across regions and cooperative models. Abstrak: Peralihan kewenangan pengawasan koperasi jasa keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU No. 4 Tahun 2023, UU PPSK) merepresentasikan perubahan paradigma dalam lanskap hukum Indonesia. Koperasi, yang secara historis diatur dalam rezim terpisah dan diawasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM, kini masuk dalam sistem regulasi keuangan nasional. Artikel ini mengkaji implikasi konseptual dari reformasi tersebut melalui metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan komparatif. Sumber hukum primer mencakup UU PPSK, UU Perkoperasian, UU Otoritas Jasa Keuangan, serta Peraturan OJK No. 47 Tahun 2024, sedangkan sumber sekunder meliputi literatur akademik, pendapat ahli, dan hasil penelitian terdahulu. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiga kerangka konseptual: teori perlindungan konsumen, Maqāṣid Asy-Syarīʿah dalam hukum ekonomi Islam, dan pluralisme hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan OJK meningkatkan kepastian hukum, melindungi aset keuangan anggota, serta menyelaraskan hak-hak konsumen koperasi dengan nasabah bank, sehingga memperkuat prinsip maqāṣid berupa ḥifẓ al-māl (perlindungan harta), ʿadālah (keadilan), dan tawāzun (keseimbangan). Namun demikian, reformasi ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait potensi terkikisnya otonomi koperasi dan risiko marginalisasi terhadap koperasi kecil berbasis komunitas. Ketegangan ini menegaskan perlunya desain regulasi yang proporsional dan kolaboratif, yang mengakomodasi nilai-nilai koperasi sekaligus menjamin akuntabilitas dan stabilitas. Kajian pada artikel ini menyimpulkan bahwa pengawasan koperasi oleh OJK dapat berfungsi ganda: sebagai instrumen penguatan tata kelola, tetapi juga berpotensi melemahkan identitas koperasi jika diterapkan secara kaku. Penelitian empiris lebih lanjut sangat disarankan untuk menilai dampak nyata reformasi ini di berbagai daerah dan model koperasi.
Analisis Arbitrase di Prancis dan di Indonesia Berdasarkan Indikator Dispute Resolution Pada Business-Ready Auriga, Nila; Khutub, Muhammad; Istiani, Nisa
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.12004

Abstract

Business Ready atau B-Ready adalah suatu bentuk tolok ukur internasional yang bertujuan untuk mengadvokasikan reformasi kebijakan dalam pembangunan ekonomi di setiap negara di seluruh dunia. Indikator B-Ready  dalam dispute resolution atau penyelesaian sengketa adalah mengukur efisiensi dan kualitas yang baik dalam penyelesaian permasalahan bisnis perdagangan. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengukur apakah penyelesaian sengketa dalam bisnis perdagangan di luar pengadilan dalam hal ini arbitrase, sudah sesuai dengan kategory B-Ready  atau tidak. Untuk itu, metode yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif dengan perbandingan hukum penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui arbitrase antara negara Prancis dan Indonesia. Hal ini dikarenakan antara kedua negara tersebut memiliki hubungan kerja sama perdagangan yang cukup erat, sehingga potensi terjadinya sengketa sangat rentan. Berdasarkan perbandingan antara hukum arbitrase dari kedua negara tersebut, di dapat bahwasannya hukum arbitrase prancis lebih fleksibel dan efektif dalam proses penyelesaian sengketa bisnis perdagangannya begitu pun pada kualitas proses penyelesaiannya, hukum arbitrase prancis menekankan ketidak adanya penundaan dalam pelaksanaan putusan arbitrase dan independensi yang tinggi. Untuk itu diharapkan Indonesia dapat mengambil contoh dari hukum arbitrase prancis dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Muka Umum Terhadap Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor:52/Pid.B/2020/PN Mjn) Susilowati, Anisa; Khutub, Muhammad
UNES Law Review Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i2.1552

Abstract

The crime of public defamation against a state official is an act that defames a person who serves as a state official (such as the President, Minister, Member of Parliament, etc.) with the aim of creating public distrust of the official. This action can be done in various ways, such as spreading false information, slander, or insults against the state official openly to the public. This research uses a normative method by examining Decision Number 52/Pid.B/2020/PN.Mjn in the case of Defamation. The results show that Article 310 of the Criminal Code is often used to punish individuals who want to reveal the truth, but have difficulties due to unclear defamation regulations. This is due to the lack of clarity in the concepts of "public interest" and "forced self-defense" contained in Article 310 paragraph 3 of the Criminal Code as a reason to waive criminal sanctions.
Analisis Ketidaksesuaian Batas Usia Dewasa dan Konflik Normatif Antara Hukum Pidana Materiil dan Hukum Perdata di Indonesia (Studi Putusan Kasasi Nomor 897 K/PID/2019) Manggin, Manggin; Khutub, Muhammad
UNES Law Review Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i2.1620

Abstract

Determining the age limit for adulthood is a critical factor in determining the validity of legal actions, reflecting an individual's skills in carrying out legal actions. This article investigates legal proficiency regulations in Indonesia, highlighting the ambiguity in the assessment of adulthood that creates dilemmas, especially in Article 332 Paragraph (1) of the Criminal Code. As a case study, the analysis was carried out on the Rusly Yaprin Kalo case, which had an impact on the complexity of the concept of adulthood and differences in interpretation between criminal and civil law. This research applies a normative and qualitative juridical approach, exploring various regulations governing the age limit of adulthood in Indonesia and producing an in-depth understanding of potential conflicts between criminal and civil law. The results highlight discrepancies in adult age limits that may impact law enforcement and speak to the need for harmonization of relevant laws.