Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Hubungan Intensitas Cahaya dengan Ketajaman Penglihatan Penghuni Panti Asuhan Kecamatan Manggala Makassar Tahun 2020 Sapada, Andi Sesarina Tenri Ola; P. Amir, Suliati; Zulfahmidah, Zulfahmidah; Maharani, Ratih Natasha; Arifuddin, Andi Tenri Sanna
Indonesian Journal of Health Vol 2 No 03 (2022): Vol.02 No.03 (Juni 2022)
Publisher : Yayasan Citra Cendekia Celebes

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33368/inajoh.v2i03.69

Abstract

Rendahnya intensitas pencahayaan pada panti asuhan di Kota Makassar, yang penghuninya didominasi usia sekolah, dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan penghuninya. Hal ini dapat menjadi masalah, karena dapat mengganggu fungsi penglihatan yang dibutuhkan dalam perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya pada panti asuhan dengan ketajaman penglihatan, faktor yang terlibat di dalamnya, serta kondisi penerangan dan ketajaman penglihatan penghuni panti asuhan. Metode penelitian menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Intensitas cahaya masing-masing sampel diukur menggunakan lux meter, sedangkan ketajaman penglihatan diukur dengan snellen chart. Analisis data menggunakan Pearson’s correlation coefficient test. Jumlah sampel 47 orang yang berasal dari 7 panti asuhan di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan intensitas cahaya dengan visus terbaik tidak signifikan (p value 0,240) sedangkan hubungan intensitas cahaya dengan visus terburuk signifikan dengan korelasi positif (p value 0,046). Faktor yang turut mempengaruhi adalah lama paparan harian (p value 0,019) serta jarak antara mata dan bacaan (p value 0,047). Intensitas cahaya panti asuhan masih belum memenuhi standar (kurang dari 200-300 lux) dan sebagian besar penghuninya memiliki ketajaman penglihatan menurun (kurang dari 6/6). Berdasarkan data objektif dan hasil analisis, ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya panti asuhan dengan ketajaman penglihatan.
Gambaran Karakteristik Pasien Katarak Senilis Fauziah, Andi Safa; Maharani, Ratih Natasha; Umar, Sittii Suleha; Akib, Marliyanti Nur Rahma; Hidayat, Muh Fadli
Indonesian Journal of Health Vol 4 No 1 (2024): Vol.04 No.01 (Juni 2024)
Publisher : Yayasan Citra Cendekia Celebes

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33368/inajoh.v4i1.104

Abstract

Efektivitas Premedikasi Ibuprofen IV terhadap Skala Nyeri dan Efek Samping Pasca Bedah Tumor Mammae Rahadatul Aisy, Andi Ariqah; Dwimartyono, Fendy; Maharani, Ratih Natasha; Harahap, Muh. Wirawan; Fadhillah Khalid, Nur
UMI Medical Journal Vol 9 No 1 (2024): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v9i1.273

Abstract

Latar belakang: Tumor mammae adalah adanya pertumbuhan massa atau benjolan yang terjadi pada jaringan payudara. Salah satu penanganan dari tumor mammae adalah operasi pengangkatan tumor yang menimbulkan nyeri pasca bedah. Preemptive analgesia adalah pengobatan yang melindungi sistem nosiseptik untuk mengurangi rasa sakit pasca bedah dan mencegah berkembangnya rasa nyeri kronis. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian premedikasi Ibuprofen 400 mg dan 800 mg Intravena terhadap skala nyeri dan efek samping pasca bedah eksisi tumor mammae. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Pengkajian dibahas mengaplikasikan berdesaian eksperimental melalui berpendekatan saintifik. Hasil: Berdasarkan hasil pengkajian Dari total 32 sampel ditemukan hasil perbedaan yang signifikan dari p* <0,05 ), dan tidak ditemukan perbedaan signifikan dari efek samping kedua kelompok (p* >0,05). Kesimpulan: Ibuprofen 800 mg IV lebih efektif dalam menurunkan skala nyeri paca bedah eksisi tumor mammae dan tidak ditemukan perbedaan signifikan pada efek samping kedua kelompok.
Hubungan Konsumsi Kopi terhadap Sindrom Mata Kering (Dry Eye Syndrome) Sukardi, Muh Ikhsan; Akib, Marlyanti Nur Rahmah; Utami, Dian Fahmi; Maharani, Ratih Natasha; Irwan, Andi Alamanda
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 6 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i6.16610

Abstract

Latar Belakang: Sindrom Mata Kering (Dry Eye Syndrome) adalah penyakit mata yang melibatkan permukaan okular, dengan karakteristik rusaknya homeostasis lapisan air mata yang disertai dengan gejala okular diakibatkan ketidakstabilan lapisan air mata, hiperosmolaritas, kerusakan dan inflamasi pada permukaan okular, serta abnormalitas neurosensoris. Sindrom Mata Kering (Dry Eye Syndrome) memiliki hubungan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, kondisi medik, obat-obatan dan kebiasaan konsumsi kopi. Kafein memiliki efek anti kolinergik yang mempengaruhi pembentukan kelenjar lakrimal. Penurunan sekresi kelenjar disebabkan oleh efek antikolinergik kafein. Hal ini yang akan menyebabkan sindrom mata kering (dry eye syndrome). Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsumsi kopi terhadap sindrom mata kering (dry eye syndrome). Metode: Penelitian observasional analitik dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 105 responden. Hasil: Didapatkan responden yang tidak mengalami dry eye syndrome sebanyak 45 orang (42,8%) yang mengalami dry eye syndrome dengan konsumsi kopi sebanyak 30 orang (28,6%) dan responden dry eye syndrome yang tidak mengonsumsi kopi sebanyak 30 orang (28,6%) dengan nilai p sebesar 0,043 melalui uji Chi-Square. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan sindrom mata kering (dry eye syndrome)
KARAKTERISTIK PASIEN KONJUNGTIVITIS RUMAH SAKIT MATA MAKASSAR PERIODE JANUARI – DESEMBER 2023 Amaliah M, A. Alya; Maharani, Ratih Natasha; Sodiqah, Yani; Rahmah Akib, Marliyanti Nur; Aulia, Nur; Hastiah, Hastiah
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.34960

Abstract

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva, yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk virus, bakteri, jamur, serta alergi dan iritasi kimia. Konjungtivitis pada wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan pria, seperti yang ditemukan dalam beberapa studi terbaru. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk paparan yang lebih sering terhadap agen infeksius (seperti virus) dalam lingkungan rumah tangga dan pekerjaan, terutama di kalangan wanita dewasa yang terlibat dalam pengasuhan anak. Selain itu, wanita lebih sering mengalami bentuk konjungtivitis alergi, yang mungkin terkait dengan respons imun yang berbeda dibandingkan pria. Secara garis besar konjungtivitis jarang menyebabkan kebutaan atau gangguan struktural mata lainnya, tetapi perlu diperhatikan bahwa konjungtivitis sangat menular terutama konjungtivitis viral sehingga penderita harus memiliki kewaspadaan yang tinggi untuk tidak menyebarkan penyakit kepada orang lain.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pasien konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Makassar pada periode Januari hingga Desember 2023. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien. Sampel penelitian ini sebanyak 118 subjek. Penelitian menunjukkan bahwa konjungtivitis paling sering terjadi pada kelompok usia 18-45 tahun (35,6%), Jenis kelamin perempuan (60,2%), etiologi konjungtivitis alergi (39%), Tatalaksana terbanyak untuk konjungtivitis alergi adalah artificial tears. Pada penelitian konjungtivitis yang paling banyak ditemukan sampel pada kelompok usia produktif (18-65 tahun). Sampel perempuan lebih banyak ditemukan menderita konjungtivitis dibandingkan laki – laki. Alergi adalah etiologi dari konjungtivitis yang paling sering ditemukan
BILATERAL CONGENITAL MYDRIASIS WITH ACCOMPANYING MIXED DEVELOPMENTAL DELAY Wulandari, Fadhilah Putri; Akib, Marliyanti N.; Maharani, Ratih Natasha; Patong, Rani Yunita
Majalah Oftalmologi Indonesia Vol 49 No S1 (2023): Supplement Edition
Publisher : The Indonesian Ophthalmologists Association (IOA, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35749/mws1q537

Abstract

Introduction: Congenital bilateral mydriasis is a rare condition characterized by fixed dilated pupils unresponsive to light. It may occur associated with cardiovascular syndrome, gastrointestinal malformation, or developmental delay. Referred causes in comprehensive differential diagnosis for congenital mydriasis include alterations in ocular structures, ocular innervation alterations and others secondary to trauma, infection, or topical medication. Case Illustration: A 10 months-old boy presented to the hospital with large pupils in both eyes since birth. He has a persistent pupillary membrane with 9 mm diameter of pupil and unable to respond to light in both eyes. The pupillary response test using pilocarpine solution 0.1% showed no difference in diameter of pupils. Comprehensive pediatric examination revealed developmental delay. Computed tomography and laboratory result (laboratory blood count, toxoplasmosis, and cytomegalovirus) within normal limit. After eight months follow up, no significant change in pupil size or light responsiveness was found. Discussion: Comprehensive examination of anterior to posterior segments of the eyes is imperative on the lookout for underdiagnosed diseases. Clinical assessment remains vital for guiding investigations. Observation is required to detect the presence of certain systemic abnormalities that frequently do not manifest at birth. Conclusion: Congenital mydriasis can be diagnosed quickly in ordinary conditions, but it can be quite challenging when it presents as a coincidental finding of other spectrum diseases. It is important to perform a comprehensive general and eye examination to rule out any serious condition related to it. Keyword: Bilateral congenital mydriasis, dilated pupil, mixed developmental delay, pediatric ophthalmology
SURGICAL OUTCOME OF MUSCLE TRANSPLANTATION AS A MONOCULAR SURGERY FOR LARGE ANGLE STRABISMUS Puspita, Ika; Patong, Rani Yunita; Marlyanti Nur Rahmah; Maharani, Ratih Natasha
Majalah Oftalmologi Indonesia Vol 49 No S1 (2023): Supplement Edition
Publisher : The Indonesian Ophthalmologists Association (IOA, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35749/3b75em22

Abstract

Introduction: The management of large-angle strabismus can be difficult for surgeons, and successful outcomes may require multiple surgeries. However, modern surgical techniques aim to achieve desired results with a single operation. Muscle transplantation is one such technique that increases the effective muscle length, allowing for a large correction in a one-stage surgery. Objective: To report the outcome of muscle transplantation surgery in large-angle strabismus. Case Illustration: Three patients presented with large-angle strabismus, of which two cases showed >50∆ ET and one case had >50∆XT. All patients had normal anterior and posterior segment findings and underwent muscle transplantation under general anaesthesia. The first and second cases showed good alignment post-surgery, with no limitations in ocular motility in all gaze directions and improved visual acuity. However, none of the cases achieved stereoscopic vision due to chronic strabismus. In the third case, improvement in the primary position was observed two weeks post-operative, but ocular motility still had limitations. Conclusion: Muscle transplantation is a good option to correct large-angle strabismus, specifically in the unilateral case in a single procedure.
Karakteristik Katarak Senilis pada Penderita Diabetes Mellitus Chaeruni, Aulia; Amir, Suliati P.; Anoez , Azizah; Assagaf, Munjia; Maharani, Ratih Natasha
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 2 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i2.17360

Abstract

Cataracts are the leading cause of blindness in Indonesia. Around 77.7% of blindness is caused by cataracts. While the prevalence of blindness due to cataracts in the population aged 50 years and over in Indonesia is 1.9%. The estimated incidence of cataracts in Indonesia is 0.1% per year or every year among 1,000 people there is a new cataract sufferer. This study aims to determine the characteristics of senile cataracts in patients with diabetes mellitus. The design of this study is a Literature Review or literature review, Based on the results of the review, the characteristics of senile cataracts in patients with diabetes mellitus are concluded that: most patients suffer from cataracts in someone who is elderly, namely from 51 years to 60 years, in women more than men, in the cataract stage many immature stages are found, the length of suffering from DM is also a risk factor for cataracts and blood sugar levels are also one of the risk factors for cataracts.
HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK : LITERATURE REVIEW Septiani, Clara; Maharani, Ratih Natasha; Sofyan, Syukriyah
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.43573

Abstract

Gangguan penglihatan yang paling umum pada orang dewasa adalah katarak. Katarak adalah kelainan yang terjadi pada lensa berupa kekeruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian katarak. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, berupa studi dari beberapa literatur yang diperoleh menggunakan elektronik based terakreditasi/terindeks Scopus dan Sinta seperti DOAJ, Springerlink, Cochrane, Biomed, Portal Garuda, Google Scholar, Elsevier/Clinical Key, PubMed, dan sumber database lainnya. Artikel ini mencari hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian katarak, pencarian menghasilkan 365 artikel. Dengan menggunakan kriteria inklusi, 10 publikasi penelitian dipilih untuk ditinjau. Jurnal yang dibahas disini memiliki kontribusi dalam memahami hubungan yang era tantara usia dan jenis kelamin dengan kejadian katarak, meskipun jurnal menonjol memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode penelitian pada tiap-tiap jurnal yaitu dengan pendekatan deskriptif 40% (4 dari 10), kuantitatif 20% (2 dari 10), analitik retrospektif 20% (2 dari 10),  analitik observasional 10% (1 dari 10),  dan literatur review (1 dari 10). Kesimpulan yang bisa ditarik dari 10 publikasi penelitian yang dipilih untuk ditinjau, bahwa terdapat hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian katarak.
The Characteristics of Conjunctivitis Patients at the Eye Hospital Makassar: A Recent Analysis of January – December 2023 Records M, A Alya Amaliah; Maharani, Ratih Natasha; Sodiqah, Yani; Akib, Marlyanti Nur Rahmah; Aulia, Nur; Hastiah, Hastiah
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 11 No. 2 (2025)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/htj.v11i2.1596

Abstract

Background: Conjunctivitis is an inflammation of the conjunctiva caused by viruses, bacteria, fungi, or allergies, with varying prevalence based on etiology, age, gender, and season. Objectives: This study aims to determine the characteristics of conjunctivitis patients at the Makassar Eye Hospital from January to December 2023. Methods: This research employed a descriptive method with a retrospective approach using patient medical record data. The study included 118 conjunctivitis patients as the sample. Results: The most affected age group was 18–65 years (72%), followed by children (16.9%) and the elderly over 65 years (11%). Conjunctivitis was more prevalent in females (60.2%) than males (39.8%). The most common etiology was allergy (39%), followed by bacterial (31.4%) and viral causes (29.7%). Allergic conjunctivitis was primarily treated with artificial tears (30.4%) and antihistamines. Bacterial conjunctivitis was mainly managed with a combination of antibiotics, steroids, and artificial tears (43.2%). Viral conjunctivitis was also most frequently treated with the same combination therapy (40%). Conclusions: Conjunctivitis is most prevalent among individuals of productive age (18–65 years) and more common in females. Allergic conjunctivitis is the most frequent type, with artificial tears being the primary treatment.