Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan antara Kadar Hepsidin dan Kadar Hemoglobin pada Kehamilan dengan Obesitas Ratnaningsih, Andi Sri; Sunarno, Isharyah; Madya, Fatmawati; Hamid, Firdaus; Irianta, Trika; Susiawaty, Susiawaty
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 7 Nomor 1 Maret 2024
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v7i1.583

Abstract

Tujuan: Untuk menilai kadar Hepsidin dan kadar hemoglobin menggunakan sampel darah dan selanjutnya dianalisis dengan metode ELISA.Metode: Penelitian ini merupakan kohort prospektif pada perempuan hamil dengan obesitas dan pembanding non-obesitas pada trimester pertama dan kedua di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Pendidikan Jejaring pada periode Januari - Agustus 2022.Hasil: Penelitian dilakukan terhadap 44 sampel yang terdiri atas 22 sampel kelompok ibu hamil dengan obesitas dan 22 sampel ibu hamil dengan IMT normal. Pada pasien obesitas tidak didapatkan korelasi antara kadar Hepsidin dan kadar hemoglobin di trimester pertama dengan nilai p=0.097 sedangkan pada trimester kedua terdapat korelasi dengan nilai p=0.028. Pada pasien non obesitas tidak didapatkan korelasi antara kadar Hepsidin dengan kadar hemoglobin nilai p=0.489 di trimester pertama dan nilai p=0.906 di trimester kedua.Kesimpulan: Peningkatan kadar Hepsidin dan anemia dapat ditemukan pada wanita obese yang sedang hamil, terutama pada trimester kedua.The Relationship Between Hepcidin Levels And Hemoglobin Levels In Pregnancy With ObesityAbstract Objective: To compare hepcidin levels and hemoglobin levels using blood samples and further analyzed with ELISA method.Method: This study is a prospective cohort of obese pregnant women and a non-obese comparator in the first and second trimesters at RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital and Networking Teaching Hospitals in the period January - August 2022.Results: The study was conducted on 44 samples consisting of 22 samples of obese pregnant women and 22 samples of pregnant women with normal BMI. In obese sample, there was no correlation between hepcidin levels and hemoglobin levels in the first trimester with a value of p=0.097 while in the second trimester there was a correlation with a value of p=0.028. In non-obese patients, there was no correlation between hepcidin levels and hemoglobin levels, p = 0.489 in the first trimester and p= 0.906 in the second trimester.Conclusion: Increased hepcidin levels and anemia can be found in obese women in the second trimester of pregnancy.Key words: Hepcidin, Obesity, Hemoglobin
A Case Report of Thoraco-Omphalopagus Conjoined Twins: The Downfall of the Separated Hearts Safira, Siti Anissa; Chalid, Maisuri T; Madya, Fatmawati
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 7 Nomor 1 Maret 2024
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v7i1.591

Abstract

Introduction: Thoraco-omphalopagus conjoined twins are a rare occurrence of monozygotic pregnancy that involves fusion of the anterior thorax and abdomen. This type presents a variety of cardiac anomalies, which contribute to its generally unfavorable prognosis.Case Presentation: A 32-year-old multigravida with Gravida 6, Para 4, and Abortus 1 was referred at 28 weeks of gestation. Ultrasonography revealed thoracoomphalopagus-conjoined twins in which the fetuses joined ventrally. Prenatal MRI revealed the sharing of a single liver, omentum, and diaphragm. Partial fusion was observed in the sternal bone, pericardium, and anterior wall of the hearts, but with separated heart chambers and unsynchronized heartbeats. Classical cesarean section was performed at 38 weeks of gestational age. Histopathology revealed a single placenta with one umbilical cord, suggesting monochorionic– monoamniotic pregnancy. Healthy female babies were born with a combined weight of 5400 g. Post-delivery echocardiography revealed a cardiac anomaly characterized by malposition of the great arteries in a twin. After 13 h of close monitoring in the NICU, the twins died due to cardiac complications.Conclusion: The management of pregnancy involving thoraco-omphalopagus conjoined twins requires a comprehensive and multi-disciplinary approach aiming to provide holistic care, addressing complex medical risks, and ethical dilemmas associatedwith these twins.Laporan Kasus Mengenai Kembar Siam Torako-Omfalopagus: Prognosis Buruk pada Jantung yang TerpisahAbstrakPendahuluan: Kembar siam thoraco-omphalopagus adalah kejadian langka pada kehamilan monozigot yang melibatkan penyatuan antara toraks dan abdomen anterior. Tipe ini diketahui dapat disertai adanya kelainan jantung yang berkontribusi terhadap prognosis yang umumnya kurang baik.Presentasi Kasus: Multigravida berusia 32 tahun dengan Gravida 6, Para 4, Abortus 1, dirujuk pada usia kehamilan 28 minggu. Ultrasonografi menunjukkan kembar siam torako-omfalopagus di mana janin menyatu secara ventral. MRI prenatal memperlihatkan adanya fusi organ hati, omentum dan diafragma. Di sisi lain, fusi parsial diamati pada sternum, perikardium, dan dinding anterior jantung, dengan ruang jantung terpisah dan detak jantung yang tidak bersifat sinkron.Seksio sesarea klasik dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Histopatologi menunjukkan plasenta tunggal dengan satu tali pusat sugestif kehamilan monokorionik-monoamniotik. Dua bayi perempuan sehat lahir dengan berat kombinasi 5.400 gram. Ekokardiografi pascasalin menunjukkan adanya anomali jantung berupa malposisi arteri besar pada salah satu bayi. Setelah 13 jam observasi ketat di NICU, kedua bayi kembar meninggal akibat komplikasi jantung.Kesimpulan: Penatalaksanaan kehamilan kembar siam thoraco-omphalopagus memerlukan pendekatan komprehensif dan multidisiplin yang bertujuan untuk memberikan perawatan holistik, mengatasi risiko medis, dan dilema etika yang terkait.Kata kunci: Kembar Siam; Kembar Monozigotik; Thoraco-omphalopagus
SKRINING HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DENGAN PEMERIKSAAN MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP) AND ROLL OVER TEST (ROT) DALAM PENCEGAHAN PREEKLAMSIA Haq, Muhammad Syahidul; Mappaware, Nasrudin Andi; Basyar, Basyar; Madya, Fatmawati; Nulanda, Mona
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.33068

Abstract

Berdasarkan survey demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia per 100.000 kelahiran hidup adalah sebesar 359 kejadian. AKI di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu pendarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi. Hipertensi  merupakan penyebab kematian utama pada kehamilan. Salah satu masalah yang terkait dengan hipertensi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Deteksi lebih dini dapat dilakukan dengan perhitungan Mean Arterial Pressure (MAP) dan Roll Over Test (ROT). Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Skrining hipertensi dalam kehamilan dengan pemeriksaan MAP dan ROT dalam pencegahaan preeklamsia melalui studi pengkajian dengan pendekatan literatur review. Tinjauan literature review dalam penelitian ini menggunakan desain narrative review. Berdasarkan Tinjauan 10 literature didapatkan bahwa pengukuran dengan metode Mean Arterial Pressure (MAP) & Roll Over Test (ROT) dapat membantu mendeteksi resiko preeklamsia pada ibu hamil. Penelitian menunjukkan bahwa MAP & ROT sensitivitas dan spesifisitas dikategorikan baik untuk mendeteksi preeklamsia. dari hasil yang didapatkan faktor resiko seperti Umur, IMT, riwayat kehamilan serta riwayat preeklamsia sangat berpengaruh. Skrining preeklamsia menggunakan MAP & ROT perlu dilakukan dari awal pemeriksaan kehamilan  dan setiap kunjungan ANC sehingga bisa dilakukan tindakan penatalaksanaan lebih awal jika terdeteksi preeklamsia dan wajib di lakukan pencatatan di buku KIA agar dapat dipantau perkembangannya sehingga menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PREEKLAMPSIA Salim, Dewi Nirmala; Said, Masita Fujiko M.; Madya, Fatmawati
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.50585

Abstract

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu hamil di Indonesia, yang erat kaitannya dengan berbagai faktor risiko, termasuk status gizi ibu yang dapat ditinjau melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara LILA dan IMT terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil melalui pendekatan literature review. Metode yang digunakan adalah telaah sistematis terhadap 9 artikel penelitian yang relevan, yang dipublikasikan dalam kurun waktu 2020–2025, dengan kriteria inklusi berupa studi kuantitatif yang membahas kaitan antara indikator status gizi dan kejadian preeklampsia atau komplikasi terkait. Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil dengan LILA <23–23,5 cm dan IMT prakehamilan tinggi (≥25 kg/m²) memiliki risiko signifikan mengalami preeklampsia, anemia, serta komplikasi metabolik lainnya. Beberapa penelitian mencatat bahwa ibu hamil dengan LILA rendah memiliki peluang 3,2 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia, sementara IMT tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol. Temuan ini menegaskan pentingnya skrining dini menggunakan LILA dan IMT sebagai langkah preventif dalam pelayanan antenatal care (ANC). Integrasi indikator antropometri dalam pemeriksaan kehamilan dapat menjadi strategi efektif untuk menurunkan angka kejadian preeklampsia secara nasional.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME Raudhani, Nadila; Hawaidah, Hawaidah; Madya, Fatmawati
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.25215

Abstract

Persoalan pada ibu pasca melahirkan adalah adanya masalah psikis setelah melahirkan, meliputi postpartum blues, atau yang disebut baby blues syndrome, depresi pascapersalinan dan postpartum psikosis. Postpartum blues juga dikenal sebagai Sindrom Baby Blues, keadaan dimana perasaan yang biasanya terjadi pascapersalinan, yang merupakan depresi yang paling umum terjadi pada ibu pascapersalinan. Gejala-gejala sindrom baby blues antara lain merasa tidak bahagia, tiba-tiba menangis, menjadi penakut, mengalami kehilangan nafsu makan, suasana hati yang sering berubah-ubah, mudah tersinggung, dan terlihat tidak bersemangat. Semua perubahan ini membuat ibu merasa tidak nyaman. Peristiwa sindrom baby blues merupakan hal umum pada kelahiran bayi, terdapat sekitar 70% wanita dalam setahun. Mencermati permasalahan pada kejadian baby blues syndrome maka perlu dicari upaya pemecahan masalah karena bila baby blues syndrome tidak ditangani dengan baik, maka dapat terjadi komplikasi seperti depresi pasca persalinan. Kondisi ini menarik peneliti untuk menyusun suatu penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian baby blues syndrome. Penelitian ini adalah penelitian Literature Review dengan menggunakan desain Narrative Review. Pada literatur ini didapatkan hasil yaitu 19 artikel dengan batasan dari tahun 2019 – 2024 dan telah dianalisis mengenai kelebihan dan keterbatasan beberapa artikel terhadap faktor-faktor yang berkaitan kejadian baby blues syndrome, 16 artikel menyebutkan faktor berdasarkan usia, 14 artikel menyebutkan faktor berdasarkan pendidikan dan 12 artikel menyebutkan faktor berdasarkan pekerjaan
Analysis of Outpatient and Postpartum Family Planning Services in Makassar Teaching Hospitals for Two Years Madya, Fatmawati
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 8 Nomor 3 November 2025
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v8i3.983

Abstract

Objective: To evaluate the distribution and characteristics of the family planning (FP) service acceptors in the outpatient clinics and postpartum wards in the main teaching hospital and its affiliated hospitals in Makassar in a two-year period. Method: The retrospective descriptive study was conducted using FP service registers and patients’ medical records from January 2023 to January 2024. Data included sociodemographic characteristics (age, parity, education, occupation), type of procedure (postpartum vaginal delivery, caesarean section, curettage), and contraceptive method chosen (implant, intrauterine device [IUD], sterilization). All eligible acceptors during the study period were included. The Data were analyzed descriptively and presented as the frequencies and percentages. Result: The total of 5,684 FP acceptors is recorded. The most commonly used methods are IUD (2,882; 50.7%), implants (2,239; 39.4%), and sterilization (563; 9.9%). The majority of the acceptors are 20-35 years old (4,835; 85.1%) and have the parity two (1,978; 34.8%). The most contraceptive initiation occurs after the vaginal delivery (3,420; 60.2%). The high school graduates represent the largest education group (3,125; 54.9%), and housewives are the most frequent occupational group (3,974; 69.9%).Conclusion: The postpartum FP services remain the main entry point for the contraceptive use in the teaching and affiliated hospitals. The counseling strengthening, especially during the antenatal and postpartum care, may further improve the uptake of the appropriate contraception in line with the socio-demographic needs.Analisis Pelayanan Keluarga Berencana Rawat Jalan dan Pascasalin di Rumah Sakit Pendidikan di Makassar Selama Dua Tahun”Abstrak Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi distribusi dan karakteristik akseptor pelayanan keluarga berencana (KB) pada poliklinik rawat jalan dan ruang nifas di rumah sakit pendidikan utama dan rumah sakit jejaring di Makassar selama periode dua tahun.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dilakukan dengan menggunakan register pelayanan KB dan rekam medis pasien dari Januari 2023 hingga Januari 2024. Data yang dikaji meliputi karakteristik sosiodemografi (usia, paritas, pendidikan, pekerjaan), jenis tindakan (persalinan pervaginam pascapersalinan, seksio sesarea, kuretase), serta metode kontrasepsi yang dipilih (implan, alat kontrasepsi dalam rahim, sterilisasi). Semua akseptor yang memenuhi kriteria selama periode penelitian diikutsertakan. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk frekuensi serta persentase.Hasil: Sebanyak 5.684 akseptor KB tercatat. Metode yang paling banyak digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (2.882; 50,7%), implan (2.239; 39,4%), dan sterilisasi (563; 9,9%). Mayoritas akseptor berusia 20-35 tahun (4.835; 85,1%) dan memiliki paritas dua (1.978; 34,8%). Sebagian besar inisiasi kontrasepsi dilakukan setelah persalinan pervaginam (3.420; 60,2%). Lulusan Sekolah Menengah Atas merupakan kelompok pendidikan terbesar (3.125; 54,9%), sedangkan ibu rumah tangga merupakan kelompok pekerjaan terbanyak (3.974; 69,9%).Kesimpulan: Pelayanan KB pascasalin tetap menjadi pintu masuk utama penggunaan kontrasepsi di rumah sakit pendidikan dan jejaring. Penguatan konseling, terutama pada masa antenatal dan pascasalin, dapat lebih meningkatkan pemilihan kontrasepsi yang tepat sesuai kebutuhan sosiodemografi.Kata kunci: Keluarga berencana, kontrasepsi pasca persalinan, Makassar, metode kontrasepsi, pelayanan rawat jalan
Association between Serum Cotinine Levels, Fetal Biometry, and Umbilical Artery Flow in Pregnant Women Exposed to Secondhand Smoke Diana, Margaret; Riu, Deviana Soraya; Madya, Fatmawati; Chalid, St. Maisuri T.; AM, Nasrudin; Tessy, Telly
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 8 Nomor 3 November 2025
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v8i3.956

Abstract

Objective: This study aimed to investigate the impact of SHS exposure on fetal biometry and umbilical artery flow at 24 – 28 weeks of gestation.Methods: This cross-sectional study included 110 pregnant women, divided into a study group (55 passive) smokers and a control group (55 non-passive smokers). Serum cotinine levels were measured using ELISA. Fetal biometry (biparietal diameter, head circumference, abdominal circumference, and femur length) and umbilical artery flow (pulsatility and resistance indices) were assessed via ultrasound and Doppler ultrasonography. Group comparisons were conducted using Chi-square and independent t-tests.Results: The passive smoker group had significantly higher mean serum cotinine levels compared with the control group (10.97 ng/mL vs. 4.53 ng/mL; p = 0.01). However, no statistically significant differences (p > 0.05) were found in any of the fetal biometric parameters or umbilical artery flow indices between the groups. Correlation analyses also showed no significant association between cotinine levels and the measured fetal outcomes.Conclusion: In this second-trimester study, SHS exposure, confirmed by elevated cotinine levels, was not associated with measurable adverse effects on fetal biometry or umbilical artery flow. These non-significant findings underscore the need for longitudinal research to evaluate the cumulative impact of SHS, particularly in the third trimester and on final birth outcomes.Hubungan antara Kadar Kotinin Serum, Biometri Janin, dan Aliran Arteri Umbilikalis pada Ibu Hamil yang Terpapar Asap Rokok PasifAbstrakTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dampak paparan asap rokok pasif terhadap biometri janin dan aliran arteri umbilikalis pada usia kehamilan 24 – 28 minggu.Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 110 ibu hamil yang dibagi menjadi kelompok studi (55 perokok pasif) dan kelompok kontrol (55 bukan perokok pasif). Kadar kotinin serum diukur menggunakan metode ELISA. Biometri janin (meliputi diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut, dan panjang femur) serta aliran arteri umbilikalis (indeks pulsasi dan indeks resistensi) dinilai melalui ultrasonografi (USG) dan USG Doppler. Perbandingan antarkelompok dianalisis menggunakan uji Chi-square dan uji t independen.Hasil: Kelompok perokok pasif memiliki rerata kadar kotinin serum yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (10,97 ng/mL vs. 4,53 ng/mL; p = 0,01). Namun, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik (p > 0,05) pada parameter biometri janin maupun indeks aliran arteri umbilikalis antara kedua kelompok. Analisis korelasi juga tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kadar kotinin dengan luaran janin yang diukur.Kesimpulan: Pada penelitian trimester kedua ini, paparan asap rokok pasif yang dikonfirmasi dengan peningkatan kadar kotinin tidak berhubungan dengan efek merugikan yang terdeteksi pada biometri janin maupun aliran arteri umbilikalis. Temuan yang tidak signifikan ini menekankan pentingnya penelitian longitudinal untuk menilai dampak kumulatif paparan asap rokok pasif, terutama pada trimester ketiga dan luaran kelahiran akhir.Kata kunci: Aliran arteri umbilikalis; biometri janin; kotinin; paparan asap rokok pasif