Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Peran Suami dalam Mendukung ASI Ekslusif dan Kaitannya dalam Penurunan Angka Stres pada Ibu Menyusui: sebuah Literatur Review Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Rabbaanee, Muhammad Afif; Siagian, Bertrand Matahari Pustahasakti; Sinaga, Alya Anazwa; Pasaribu, Nashwa Zahra Putri Adlind; Siagian, Bernard Bintang Pustahabima
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v6i1.16925

Abstract

Background: Exclusive breastfeeding provides many benefits for mothers and babies, including protecting the baby's digestive system and preventing diarrhea and infection. In everyday life, exclusive breastfeeding has an impact on a mother's psychological condition, as a result of which breastfeeding mothers cause stress. Family support, especially the husband, can provide motivation for breastfeeding activities. Objectives: To find out the role of husbands in supporting exclusive breastfeeding and its relationship to reducing stress in breastfeeding mothers. Methods: This research uses a literature review method with 5 related scientific articles. Husband's support consists of several forms, such as emotional, physical, planning and informational support. Discussion: A wife must have all this support so that she can maximize exclusive breastfeeding for her child, although several studies show that support from a man is not the only factor in the absence of breast milk, because there are other factors that can reduce it. Husband's support can provide a wife with a feeling of comfort, love and respect so that children's growth and development becomes optimal, stress is reduced or disappeared and household harmony is maintained. Conclusion: Husbands have an important role in supporting the process of exclusive breastfeeding, especially in reducing stress levels in breastfeeding mother. Latar Belakang: ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa makanan atau minuman lain, kecuali vitamin, mineral, obat-obatan, dan garam rehidrasi oral. Pemberian ASI eksklusif memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi, termasuk melindungi sistem pencernaan bayi serta mencegah diare dan infeksi. Pemberian ASI ekslusif berdampak pada keadaan psikis seorang ibu akibatnya ibu menyusui menjadi stres. Pentingnya dukungan keluarga terhadap suami dapat memberikan motivasi terhadap kegiatan menyusui. Tujuan: untuk mengetahui peran suami dalam mendukung ASI ekslusif dan kaitannya terhadap penurunan stres pada ibu menyusui. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan 5 artikel ilmiah terkait. Dukungan suami terdiri dari beberapa bentuk, seperti dukungan emosional, fisik, perencanaan, dan informasional. Diskusi: Segala dukungan tersebut harus dimiliki oleh seorang istri agar dirinya dapat memaksimalkan pemberian ASI eksklusif kepada anaknya, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari seorang pria bukanlah satu-satunya faktor tidak adanya ASI, karena ada faktor lain yang dapat menurunkannya. Dukungan suami dapat memberikan rasa nyaman, dicintai, dan dihargai bagi istri sehingga tumbuh kembang anak menjadi optimal, stres menjadi berkurang ataumenghilang  dan terjaganya keharmonisan rumah tangga. Kesimpulan: Suami memiliki peran penting dalam mendukung proses pemberian ASI ekslusif terutama dalam menurunkan angka stres pada istri yang menyusui.    
GAMBARAN GIZI SEIMBANG DI MASA PANDEMI PADA SISWA SMA NEGERI 4 MEDAN Rahayu, Indah Tri; Tanjung, Ika Citra Dewi; Pasaribu, Ayodhia Pitaloka; Syarifah, Siti; Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 11 No 2 (2025): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol. 11.2 (2025)
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v11i2.808

Abstract

Introduction: The Covid-19 pandemic has had a comprehensive impact, one of which is the availability of food which has an impact on family food preparation and nutritional needs. Nutritional problems in adolescents arise due to inadequate nutritional intake, namely an imbalance between nutritional intake and recommended nutritional adequacy. Nutritional problems that can occur in adolescents are underweight, obesity, and anemia. This study was conducted to determine the description of balanced nutrition knowledge during the pandemic in grade XI & XII students of SMAN 4 Medan. Method: This study is descriptive with a cross-sectional research design. The instrument used in the study was a questionnaire. The questionnaire was made by the researcher himself which was taken from related theories or references. The measuring instrument used in this study was a questionnaire using a google form. Results This study found that the level of knowledge about balanced nutrition during the pandemic in grade XI and XII students of SMA Negeri 4 Medan was in the good category of 194 people (73.5%), the sufficient category of 65 people (24.63%), and the lacking category of 5 people (1.89%). Discussion: Students of grade XI and XII of SMA Negeri 4 Medan have good knowledge about balanced nutrition during the pandemic, this is because students have obtained related theories from lessons at school and students' activeness in exploring related knowledge from the internet. Conclusion: Students of SMA Negeri 4 Medan have good knowledge about balanced nutrition during the pandemic.
The Relationship Between Fast Food Consumption and Obesity Among Adults at Pekan Labuhan Health Center, Medan, Indonesia Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Qalbi, Kamila Harisah; Wijaya, Vincent; Kathy, Kathy; Miadi, Yesindi Nakita; Putri, Monica Dwi; Harahap, Juliandi
Journal of Community Medicine and Public Health Research Vol. 6 No. 1 (2025): Journal Community Medicine and Public Health Research
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jcmphr.v6i1.62002

Abstract

Obesity is defined as an excessive accumulation of body fat resulting from a prolonged imbalance between energy intake and energy expenditure, which may lead to various physical and psychosocial health complications. In Indonesia, the prevalence of adult obesity has reached approximately 22%, affecting around 625,000 individuals. One primary contributing factor to weight gain is the frequent consumption of high-calorie foods, such as sugary beverages, fast food, and items with a high glycemic index. This study investigated the association between fast food consumption and obesity among adults. An analytical cross-sectional study involved adult participants at the Pekan Labuhan Community Health Center in Medan who met specific inclusion and exclusion criteria. Data were obtained through structured interviews to assess the frequency of fast food consumption, alongside anthropometric measurements, including body weight, height, and calculation of Body Mass Index (BMI). The results indicated that 63% of the adult population in this community health center were classified as obese, and 72% reported frequent fast food consumption. Statistical analysis using the Pearson correlation test demonstrated a significant relationship between fast food consumption and obesity (p=0.001). The findings suggest that a higher frequency of fast food intake is significantly associated with increased obesity risk. These results underscore the importance of dietary education and public health strategies aimed at reducing fast food consumption to combat the rising prevalence of obesity.
Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Ansietas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Kathy, Kathy; Hasby, Ahmad Yafiz
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 12 No 1 (2025): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol. 12.1 (2025)
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v12i1.831

Abstract

Pendahuluan: Penggunaan media sosial Media sosial telah menjadi sarana utama untuk berinteraksi sosial, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Pada tahun 2022, sekitar 68,9% dari total populasi Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Ansietas merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat ansietas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2022. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan total 258 sampel yang dihitung menggunakan margin of error 5%. Hasil: Analisis korelasi menggunakan uji Spearman’s rho menunjukkan adanya hubungan positif namun tidak signifikan antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat ansietas (r = 0,056; p = 0,374). Pembahasan: Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat ansietas pada mahasiswa. Hasil ini berbeda dengan beberapa studi sebelumnya yang menemukan korelasi positif. Diduga, kemampuan adaptasi mahasiswa pasca pandemi dan metode pengisian kuesioner daring memengaruhi hasil. Temuan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan kualitas penggunaan media sosial, bukan hanya intensitasnya. Simpulan: Tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara intensitas penggunaan media sosial dan ansietas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2022.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Pemilihan Pengobatan Ketombe pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sriwulan, Anyelin; Dalimunthe, Dina Arwina; Paramita, Deryne Anggia; Widjaja, Sry Suryani; Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 4 No. 2 (2023): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v4i2.10495

Abstract

Latar Belakang. Ketombe merupakan gangguan kulit kepala yang ditandai dengan pengelupasan abnormal pada kulit kepala. Ada tiga penyebab utama yang menimbulkan ketombe yaitu jamur Malassezia, sekresi kelenjar sebasea, dan sensitivitas individu. Berbagai macam pengobatan telah banyak dilakukan untuk mengatasi masalah ketombe. Tujuan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemilihan pengobatan ketombe pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan. Metode. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode pendekatan studi potong-lintang. Sampel penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online melalui Google form dan QR Code. Hasil. Didapatkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang ketombe (92,1%). Berdasarkan pemilihan pengobatan ketombe, sumber informasi didapatkan melalui media elektronik (84,2%), tempat membeli obat di swalayan/mal (72,6%), cara memilih pengobatan ketombe hanya menggunakan sampo saja (63,7%), faktor pemilihan pengobatan ketombe karena mudah didapatkan (71,1%), alasan pemilihan pengobatan ketombe karena kandungan yang terdapat di dalam sampo sangat bagus (58,4%), bahan yang dipilih dalam pemilihan pengobatan ketombe menggunakan bahan alami dan bahan kimia (51,1%). Kesimpulan. Tingkat Pengetahuan mahasiswa baik tentang ketombe. Berdasarkan pemilihan pengobatan ketombe, sumber informasi yang paling banyak didapatkan responden melalui media elektronik, tempat responden membeli obat paling banyak di swalayan/mal, cara responden dalam memilih pengobatan ketombe paling banyak hanya menggunakan sampo, faktor pemilihan pengobatan ketombe responden paling banyak karena mudah didapatkan, alasan pemilihan pengobatan ketombe responden paling banyak karena kandungan yang terdapat dalam sampo sangat bagus, bahan yang dipilih responden dalam pemilihan pengobatan ketombe paling banyak menggunakan bahan alami dan bahan kimia.
Pemanfaatan Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Sampo Anti Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis) Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Darlan, Dewi Masyithah; Nasution, Luthfi Umam Hakim; Panggabean, Grestia Angraini
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v5i1.10530

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu masalah yang sering timbul pada kulit kepala adalah pedikulosis kapitis yang disebabkan oleh kutu kepala (Pediculus humanus capitis). Kutu kepala ini akan membuat kepala terasa gatal sehingga terus-menerus menggaruk. Lama-kelamaan, garukan tersebut akan membuat kulit kepala terkelupas sehingga memicu timbulnya masalah lainnya yang bersifat lokal maupun sistemik terutama pada anak dan perempuan. Walaupun kecil, kutu kepala sangat berbahaya, karena hidup dengan menghisap darah dari kulit kepala dan menular dengan mudah ke berbagai tempat, seperti ke bantal, guling, hingga ke kepala manusia. Salah satu cara mengatasi kutu kepala adalah dengan menggunakan pedikulosida sintetis yang mudah didapat di apotek. Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas penggunaan sampo dari daun sirsak dalam membasmi kutu kepala. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan kutu kepala sebanyak 72 ekor dengan 3 kali replikasi. Kelompok uji terdiri dari kelompok P1 dengan konsentrasi larutan daun sirsak 15% dan kelompok P2 10%. Sampo P1 dan P2 masing-masing dilakukan pengenceran dengan air dengan perbandingan sampo:air, yaitu 1:1 dan 1:2. Hasil: Waktu yang diperlukan untuk mematikan kutu kepala pada kelompok P1 dengan waktu rata-rata 11 detik pada pengujian sampo:air (1:1) dan 11,67 detik pada (1:2). Adapun kelompok P2 pada pengujian sampo:air (1:1) dalam waktu 12 detik dan 12,33 detik pada (1:2). Persentase mortalitas kutu kepala pada keseluruhan kelompok uji adalah 100% dan pada P2 ratarata 12 detik dengan persentase mortalitas 100%. Kesimpulan: Sampo dari daun sirsak efektif dalam membasmi kutu kepala. Kata Kunci: daun sirsak, kutu kepala, pedikulosis kapitis, sampo   ABSTRACT Background: One problem that often arises on the scalp is pediculosis capitis caused by head lice (Pediculus humanus capitis). These head lice will make your head itch and scratching constantly. Over time, the scratching will exfoliate the scalp, triggering other local and systemic problems, especially in children and women. Although small, head lice are very dangerous, because they live by sucking blood from the scalp and spread easily to various places, such as pillows, bolsters, up to the human head. One way to deal with head lice is to use synthetic pediculicides which are easy to get at pharmacies. Objectives: To find out the effectiveness of using soursop leaf shampoo in eradicating hair nails. Methods: This study was an experimental study using 72 head lice with 3 replications. The test group consisted of group P1 with a concentration of 15% soursop leaf solution and group P2 10%. Each of the P1 and P2 shampoos was diluted with water with a shampoo:water ratio, namely 1:1 and 1:2. Results: The time needed to kill head lice in group P1 was 11 seconds on the shampoo:water (1:1) test and 11.67 seconds on (1:2) average. As for the P2 group in the shampoo:water test (1:1) in 12 seconds and 12.33 seconds in (1:2). The percentage of head lice mortality in the entire test group was 100% and at P2 an average of 12 seconds with a mortality rate of 100%. Conclusion: Soursop leaf shampoo is effective in eradicating head lice. Keywords: head lice, pediculosis capitis, shampoo, soursop leaf
Gambaran Stretch Mark pada Siswi SMA Global Prima National Plus School Kamila, Rania; Putra, Imam Budi; Dalimunthe, Dina Arwina; Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Kadri, Alfansuri
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v5i1.11035

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang. Stretch mark merupakan jenis skar atrofi pada kulit yang disebabkan oleh peregangan kulit yang berlebihan. Karakteristik stretch mark bervariasi tahap awal yaitu striae rubrae yang berwarna kemerahan, hingga tahap kronis yaitu striae albae, stretch mark yang halus dan berwarna putih. Prevalensi stretch mark pada populasi remaja dilaporkan berkisar antara 6% hingga 86%. Hal ini dapat terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor sehingga gambaran stretch mark pada remaja perempuan penting diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stretch mark pada siswi SMA Global Prima National Plus School. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional study. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswi kelas XII SMA Global Prima National Plus School sebanyak 47 orang yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar penelitian yang ditanyakan langsung kepada subjek penelitian lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada subjek penelitian secara langsung. Hasil. Stretch mark dijumpai pada 38 siswi dari 47 siswi dengan distribusi paling banyak pada usia 17 tahun (66%) dan reponden dengan usia menarche normal (51,1%) regio stretch mark terbanyak pada regio femur (25,4%) dan jenis stretch mark terbanyak yaitu striae albae (82,5%). Kesimpulan. Secara keseluruhan, sebagian besar subjek penelitian memiliki stretch mark, dimana paling banyak dijumpai pada subjek penelitian dengan IMT kategori normal dan pada subjek penelitian dengan riwayat keluarga memiliki stretch mark. Kata Kunci: Gambaran, stretch mark, striae albae, striae rubrae.   ABSTRACT Background. Stretch mark is a a type of atrophic scar that was caused by excessive stretching of the skin. Stretch mark vary in the early stages as striae rubrae, are characterized with redness and the chronic stage, striae albae which appears white and wrinkly. The prevalence of stretch marks in the adolescent population reportedly ranged from 6% to 86%. This can occur due to several factors so that the picture of stretch marks in adolescent girls is important to know. Aim of this study is to describing stretch mark in Global Prima National Plus School high school students. Methods.This is a descriptive study with cross-sectional study design. The sample in this study were 47 students of SMA Global Prima National Plus School who met the inclusion criteria by using the purposive sampling method. Data acquired by using a research sheet that was asked directly to the research subject followed by physical examination of the research subject directly. Results. Stretch marks were found in 38 students from 47 students with the most distribution at the age of 17 years (66%) and research subject with normal menarche (51.1%) the most common location of stretch marks are in the femur region (25.4%) and the most common types of stretch marks are striae albae (82.5%). Conclusion. Overall, most of the research subjects had stretch marks, where majority of the research subjects had normal BMI with family history of stretch marks with normal BMI and in the research subjects with a family history of stretch marks. Key words: Descriptive,  Stretch mark, striae albae, straie rubrae.
Fish Bone Analisis Respon Kesiapan Sistem Kesehatan di Indonesia Terhadap Pnyakit Pandemi: Sumber Daya Manusia, Keuangan, Pemerintah, dan Informasi Ibrahim, Nisa Amira; Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Putri, Delia Tri; Sekarfitri, Alyfia Sizqi; Reezal, Ahmad Iqmal; Putri, Monica Dwi
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 6 No. 2 (2025): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v6i2.19040

Abstract

Background: Infectious diseases remain a major challenge for public health systems worldwide, with pandemics posing a significant threat capable of disrupting society, the economy, and healthcare systems. The Covid-19 pandemic in 2019 highlighted the importance of preparedness and response capabilities within the healthcare system to effectively mitigate the impact of crises. Indonesia faces unique challenges in its efforts to combat the pandemic, making it crucial to understand the readiness of Indonesia's healthcare system in addressing the pandemic for policy decision-making, resource allocation, and strategic planning aimed at strengthening public health resilience. Objective. To understand the readiness response of the health system in Indonesia to pandemic diseases. Method. Systematic review with a literature research type. The collection of research journals using secondary data obtained from previous research results. This was done by searching for relevant articles, as well as analyzing and synthesizing the relevant articles found through electronic databases such as Google Scholar and PubMed using keywords. Results. A total of 10 articles were analyzed, and it was found that there were several shortcomings in various aspects during the pandemic, especially in the early stages, such as knowledge, facilities, availability of healthcare personnel, and community conditions. During the pandemic, many health responses were carried out by the health system in Indonesia. Indonesia's readiness actions in enforcing diagnosis and mass screening at the beginning of the Covid-19 pandemic were still less effective. Conclusion. Indonesia's readiness for pandemic diseases still has several strengths and weaknesses, and to improve all policies during the pandemic, especially in the health sector, support from all components of the state is needed. Keyword: Covid-19, Fish bone analysis, Indonesian Health System Latar belakang. Penyakit menular masih merupakan tantangan besar bagi sistem kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dengan pandemi merupakan ancaman yang sangat besar, mampu mengganggu masyarakat, perekonomian, serta sistem layanan kesehatan. Pandemi Covid-19 pada tahun 2019 menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan kemampuan respon dalam sistem layanan kesehatan untuk memitigasi dampak krisis secara efektif. Indonesia menghadapi tantangan unik dalam upayanya memerangi paandemi sehingga memahami kesiapan sistem layanan kesehatan Indonesia dalam mengatasi pandemi sangat penting dalam pengambilan keputusan kebijakan, alokasi sumber daya, dan perencanaan strategis yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat. Tujuan. Mengetahui respon kesiapan sistem kesehatan di Indonesia terhadap penyakit pandemi. Metode. Telaah sistematis dengan jenis penelitian kepustakaan. Pengumpulan jurnal-jurnal penelitian menggunakan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. ini dilakukan dengan pencarian artikel yang relevan, serta analisis dan sintesis artikel yang relevan yang dicari melalui database elektronik yaitu Google Scholar dan pubmed dengan menggunakan kata kunci. Hasil. Sebanyak 10 artikel dianalisis dan didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa kekurangan dari berbagai aspek pada masa pandemi terutama di masa awal seperti pengetahuan, fasilitas, ketersediaan tenaga kesehatan dan kondisi masyarakat. Saat pandemi, banyak respon kesehatan yang telah dilakukan oleh sistem kesehatan di Indonesia. Tindakan kesiapan Indonesia dalam penegakan diagnosis dan skrining di masal di awal masa pandemi Covid-19 masih kurang efektif. Kesimpulan. Kesiapan negara Indonesia terhadap penyakit pandemi masih memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, dan untuk meningkatkan seluruh kebijakan dimasa pandemi terutama pada bidang kesehatan diperlukannya dukungan oleh seluruh komponen negara. Keyword: Covid-19, Fish bone analysis, Sistem Kesehatan Indonesia
Peran Telemedisin sebagai Sarana Menurunkan Angka Obsessive-Compulsive Disorder di Masa Pandemi COVID-19 Varian Omicron di Indonesia Samosir, Fauzan Azmi Hasti Habibi; Panjaitan, Jeremia Aris Pandapotan; Kathy
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 7 No. 1 (2025): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v7i1.21162

Abstract

Background: The COVID-19 pandemic, especially in the Omicron variant era, has brought major changes to the daily lives of the global community, including policies such as work-from-home (WFH) and limiting social access, and straightforward health services. The combination of prolonged social distancing and chronic psychological stress contributes to the increasing prevalence and worsening of obsessive-compulsive disorder (OCD). Objectives: This research explores the potential role of telemedicine as an interprofessional collaboration platform to support the diagnosis and management of OCD during the Omicron COVID-19 wave in Indonesia. Methods: This research uses a literature review method with the keywords "COVID-19 Omicron variant", "OCD", "COVID-19 pandemic", and "Telemedicine". The effectiveness, feasibility, and user satisfaction of telemedicine services were evaluated, especially concerning OCD management during the pandemic. Discussion: Telemedicine has become an easily accessible, cost-efficient, and widely accessible alternative to medical consultations, replacing conventional face-to-face meetings. Various research findings show that this approach is equivalent in effectiveness to conventional therapy in treating OCD, including the application of Cognitive Behavioral Therapy via long-distance methods. Survey results show high levels of satisfaction across various age groups. Furthermore, telemedicine plays a role in encouraging inter-professional collaboration by integrating various health workers such as psychiatrists, psychologists, nutritionists, religious leaders, pharmacists, and nurses into an integrated and coordinated service model. However, the optimal use of telemedicine still faces challenges, including low public awareness, limited digital literacy, and uneven supporting infrastructure. Conclusion: Telemedicine has shown significant potential as a multidisciplinary healthcare platform in the treatment of OCD, especially in pandemic restrictions. Keywords: COVID-19 Omicron variant, COVID-19 pandemic, mental health, obsessive-compulsive disorder, and telemedicine. Latar Belakang: Pandemi COVID-19 terutama varian Omicron telah membawa perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat global diantaranya kebijakan seperti work from home (WFH) dan membatasi akses sosial terutama layanan kesehatan secara langsung. Kombinasi dari pembatasan sosial yang berkepanjangan dan stres psikologis kronis berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi serta perburukan obsessive-compulsive disorder (OCD). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi peran telemedisin sebagai platform kolaborasi antarprofesi untuk mendukung diagnosis dan manajemen OCD selama gelombang Omicron COVID-19 di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan kata kunci “COVID-19 varian Omicron”, “OCD”, “Pandemi COVID-19”, dan “Telemedisin”. Efektivitas, kelayakan, dan kepuasan pengguna layanan telemedicine dievaluasi, terutama dalam kaitannya dengan manajemen OCD selama pandemi. Diskusi: Telemedisin telah berkembang menjadi alternatif konsultasi medis yang mudah diakses, efisien secara biaya, dan dapat dijangkau secara luas, menggantikan pertemuan tatap muka konvensional. Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki efektivitas yang setara dengan terapi konvensional dalam penanganan OCD, termasuk dalam penerapan Cognitive Behavioral Therapy melalui metode jarak jauh. Hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi di berbagai kelompok usia. Lebih lanjut, telemedisin berperan dalam mendorong kolaborasi antarprofesi dengan mengintegrasikan berbagai tenaga kesehatan seperti psikiater, psikolog, ahli gizi, tokoh agama, apoteker, dan perawat ke dalam model pelayanan yang bersifat terpadu dan terkoordinasi. Namun demikian, pemanfaatan telemedisin secara optimal masih menghadapi tantangan, antara lain rendahnya kesadaran masyarakat, terbatasnya literasi digital, serta belum meratanya infrastruktur pendukung. Kesimpulan: Telemedisin telah menunjukkan potensi yang signifikan sebagai platform layanan kesehatan multidisiplin dalam penanganan OCD, khususnya di tengah pembatasan akibat pandemi.  Kata Kunci: COVID-19 varian Omicron, kesehatan mental, obsessive-compulsive disorder, pandemi COVID-19, dan telemedisin