Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

MUTU SAUERKRAUT KUBIS DAN WORTEL GRADE RENDAH DENGAN KONSENTRASI GARAM YANG BERBEDA Ranny Nakdiyani; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 1, No 2 (2019): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v1i2.189

Abstract

Garam adalah bahan yang mempengaruhi kualitas fermentasi sauerkraut. Garam digunakan untuk menghilangkan air dari sayuran dan digunakan oleh bakteri asam laktat untuk tumbuh. Kubis dan wortel kelas rendah dapat diolah dengan sauerkraut untuk meningkatkan nilai ekonomi. Inti dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi garam yang dapat memanfaatkan kol dan wortel sauerkraut terbaik. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri dari 4 taraf (A1: 2,5%; A2: 5%; A3: 7,5%; A4: 10%) dan 4 pengulangan. Kualitas Sauerkraut dianalisis dengan uji organoleptik (mutu hedonik dan hedonik), uji fisik (susut bobot), uji kimia (pH, kadar air dan total padatan terlarut), vitamin C dan konsentrasi asam laktat. Data diolah secara statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan analisis satu arah (ANOVA). Tindak lanjut Duncan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan jika ANOVA memiliki efek yang signifikan. Formulasi terbaik adalah sauerkraut dengan konsentrasi garam 2,5%. Selain itu sauerkraut memiliki penurunan berat badan 4,55%, keasaman (pH) 3,70%, kadar air 91,11%, total padatan terlarut 7,40 Brix, vitamin C 3,29 mg / 100 g dan asam laktat 1,86%.  ABSTRACT: Salt is an ingredient that affects the quality of sauerkraut fermentation. Salt is used to remove water from vegetables that are used as lactic acid to grow. Low grade class of cabbage and carrot can be processed sauerkraut to increase economic value. The main of this research was to get concentration of salt that can be preserve the best sauerkraut cabbage and carrot . The research design used was Completely Randomized Design (CRD) with one factor consisting of 4 treatments levels (A1:2,5% ; A2:5% ; A3:7,5% ; A4:10%) and 4 repetitions. Sauerkraut’s quality analized by organoleptic test (hedonic and hedonic quality), physical test (weight loss test), chemical test (pH, water content and total dissolved solids), vitamin C and lactic acid concentration. Data was processed statistically using SPSS application with one way analysis (one ways ANOVA). Duncan’s follow-up was carried out to find out the differences between treatments if ANOVA had a significant effect. The best formulation is sauerkraut with 2,5% salt concentration. In addition sauerkraut has weight loss 4,55%, acidity (pH) 3.70%, water content 91,11%, total dissolved solid 7,40 Brix, vitamin C 3,29 mg/100 g and lactic acid 1,86%. Keywords: Sauerkraut, Salt, Fermentation
DAMPAK INTERVENSI TERHADAP ASPEK KEAMANAN PANGAN SERTA DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN DI SENTRA USAHA TEMPE Shanti Pujilestari; Giyatmi Giyatmi; Iman Basriman; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 1, No 2 (2019): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v1i2.204

Abstract

Bantuan berupa peralatan dan lingkungan kerja yang hygienis, tidak mempunyai dampak yang berarti bila tidak diiringi dengan perubahan pengetahuan, sikap dan praktek dari pengrajin tempe pada terwujudnya keamanan pangan dan diversifikasi produk olahan tempe demi peningkatan produksi tempe. Tujuan penelitian adalah untuk: 1) Mengetahui karakteristik pengrajin tempe; 2) Mengetahui perbedaan antara pengetahuan, sikap dan praktek sebelum dan setelah intervensi; dan 3) Mengetahui diversifikasi produk olahan tempe setelah intervensi. Metode penelitian ini adalah quasy experimental dengan pendekatan pre-post test design. Data dianalisis dengan uji paired t test untuk membandingkan pengetahuan, sikap dan praktek keamanan pangan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pengrajin tempe di sentra produksi tempe mayoritas adalah dewasa tengah (41 – 65 tahun) (72%), laki-laki (56%) dan lulusan SD (40%), posisi pengrajin tempe adalah pemilik dan terlibat dalam pengolahan, pengemasan serta pemasaran (32%), dan penghasilan Rp. 2.000.000 ≤ Rp. 3.000.000 sebanyak 36%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi pelatihan keamanan pangan maka terjadi peningkatan pengetahuan dan praktek keamanan pangan (p=0.01 dan p=0.00 (p0,05)). Diversifikasi olahan produk tempe sampai pada tahap telah melakukan produksi dalam skala kecil setelah dilakukan pelatihan pengolahan produk olahan tempe, masalah yang dihadapi dalam kegiatan produksi dan pemasaran. ABSTRACT: The assistance in the form of hygienic equipment and working environment has no significant impact if it is not accompanied by the change of knowledge, attitude and practice of tempe craftsmen in the realization of food safety and diversification of tempe processed products to increase tempe production. The research objectives are: 1) Knowing the characteristics of tempe craftsmen; 2) Knowing the difference between knowledge, attitude and practice before and after intervention; and 3) Knowing the diversification of processed products tempe after intervention. This research method is aquasy eksperiment with pre-post test design approach. Data werw analyzed by paired t test to compare knowledge, attitude and practices of food safety before and after the intervation. The results showed that the characteristics of tempe craftsmen are mostly middle adult (41-65 years old) is 72%, males is 56%, and elementary school graduates is 40%, tempe craftsmen are the most owner and involved in processing, packaging and marketing is 32% ; and Rp. 2.000.000 ≤ Rp. 3.000.000 income is 36%. The results showed that after the intervention of food safety training there was an increase of knowledge and practice of food safety p = 0.01 and p = 0.00 (p 0.05). Diversification of processed products tempe until the stage has been doing production on a small scale, the problems encountered are in the production and marketing activities.Keywords: intervention, knowledge, attitude, practice, food savety, diversification
THE EFFECT OF CHICKEN FEET GELATIN TO CHARACTERISTIC OF JELLY CANDY Miskiyah Miskiyah; Juniawati Juniawati; Nur Afni Oktafia; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v18n2.2021.87-92

Abstract

Jelly candy is a soft textured candy processed with hydrocolloid components such as gum, pectin, agar, starch, carrageenan, gelatin. These are used to modify the chewy texture. This study aimed was to determine the effect of the combination of chicken feet gelatin and agar on the quality of jelly candy. Processing of chicken feet gelatin jelly candy based on Caeccar et.al (2018) method by modification. The study used a completely randomized design (CRD) with one factor, five levels and three replications. The factors studied were the ratio of chicken feet gelatin and agar 80:20; 60:40; 40:60; 20:80; 0:100. Product quality characteristics observed in this study were water content, ash content, reducing sugar content, sucrose content, and organoleptic quality. The results showed that the combination of chicken feet gelatine and agar were significantly affected water, ash, reducing sucrose content. Jelly candy with a treatment combination of 80% chicken feet gelatine and 20% agar was the best treatment. The results of the analysis of the candy were water content of 11.02± 0.04%, ash content of 0.89± 0.00%, reducing sugar content of 10.83± 0.01%, sucrose content of 50.68± 0.28%. The organoleptic test results showed that chicken feet gelatine improved the texture and taste of jelly candy.
OPTIMASI DAN FORMULASI TEPUNG BERAS, TEPUNG MAIZENA, DAN TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN ABON NABATI PEPAYA DAN WORTEL MENGGUNAKAN D-OPTIMAL MIXTURE DESIGN Rieri Apriantasya Setiabudi; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 4, No 1 (2022): Mei
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v4i1.887

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan memformulasi tepung beras, tepung maizena, dan tepung tapioka dalam pembuatan abon pepaya dan wortel menggunakan metode Design Expert Mixture D-Optimal. Penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu penentuan variabel dan penentuan respon, penentuan formulasi dengan metode Expert Design Experimental Mix D-Optimal, pembuatan produk dan uji respon abon pepaya dan wortel dengan formulasi dari metode Design Expert Mix D-Optimal, langkah terakhir dipilih formulasi optimal dan uji formulasi optimal. Formulasi optimal yang diprediksi oleh program Design Expert metode Mixture D-optimum memiliki nilai desirability sebesar 0,93 dengan komposisi 70% tepung beras, 30% tepung maizena dan 0% tepung tapioka yang sama dengan formula ke-8. Formula ini memiliki nilai desirability sebesar 0,93 yang artinya formula ini akan menghasilkan produk yang memiliki karakteristik sesuai dengan target optimasi sebesar 93%. Formula terpilih memiliki skor organoleptik untuk tekstur 3,55, warna 3,70, dan rasa 3,55. Hasil analisis kimia formula optimum abon sayur menunjukkan kadar abu 2,94%, kadar air 2,76%, protein 4,17%, lemak 28,73, dan serat kasar 0,96%.ABSTRACT: This study aimed to optimize and formulate rice flour, maizena flour, and tapioca flour in the manufacture of papaya and carrot vegetable shreds using Design Expert method of Mixture D-Optimal. The research was conducted in four stages: variable determination and response determination, formulation determination with Experimental Design Expert method of Mixture D-Optimal, product manufacture and response test of  papaya and carrot vegetable shreds with formulation from Design Expert method of Mixture D-Optimal, final step selected optimal formulation and optimal formulation test. The optimal formulation predicted by program Design Expert method Mixture D-optimum has a desirability value of 0.93 when the optimum formula consisting of 70% rice flour, 30% cornstarch and 0% tapioca flour which is the same as the 8th formula. This formula has a desirability value of 0.93 which means that this formula will produce a product that has characteristics in accordance with the optimization target of 93%. The selected formula has an organoleptic score for texture of 3.55, color of 3.70, and taste of 3.55. The results of chemical analysis for vegetable shredded optimum formula showed that the ash content was 2.94%, water content 2.76%, protein 4.17%, fat 28.73, and crude fiber 0.96%.
FORMULASI IKAN ASIN DAN IKAN LELE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI GIZI PANGANAN TRADISIONAL SALA LAUAK Siti Chairiyah Batubara; Diah Puspitasari
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 3, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v3i2.1789

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik dengan menggunakan ikan asin dan ikan lele sebagai bahan utama. Penelitian ini menggunakan metode Mixture Design dengan software Design Expert (DX) 10 ®yang digunakan dalam melakukan optimasi formula. Formulasi optimum sala lauak diperoleh pada perbandingan ikan asin : ikan lele 60% : 40% yaitu kadar air 41.164%, kadar abu 2.002%, kadar protein 7.361%, kadar lemak 20.621% dan kadar karbohidrat33.213%.
Quality of Gluten Free Bread with the Addition of Xanthan Gum and Different Kneading Methods Batubara, Siti Chairiyah; Muliyana, Nur Hanifah
Food ScienTech Journal Vol 5, No 2 (2023)
Publisher : University of Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/fsj.v5i2.20829

Abstract

White bread generally uses wheat as the main ingredient due to its high viscosity and elasticity in the presence of gluten. However, because gluten is an allergen, not everyone can eat white bread. The aim of this study is to determine the quality of gluten-free white bread with the addition of xanthan gum and different stirring methods by testing the physical, chemical and organoleptic properties of the product. This research was conducted using experimental research methods. The design uses a fully randomized factorial design (RALF) with two factors, namely xanthan gum concentration and different mixing methods with three replicates. This study uses the statistical ANOVA test with a significance of α<0.05. The result: the higher the xanthan gum concentration in gluten-free white bread, the higher the texture value and the lower the swelling and moisture content. The result is that the longer the fermentation time when using the dough-free method with gluten-free white bread, the higher the value of swelling power and water content, as well as the textural value decreases. The results also showed that the best treatment was the addition of a xanthan gum concentration of 1.25% and the direct dough method with a texture value of 1562.9, swelling 430.269%, moisture content 35.18%, ash content 0.945%, fat content 6.675%, protein content Was 6.71%, carbohydrate content 50.45%, Hedonic test results ranged from 3-4 (rather similar) and Hedonic quality test results for crust color attributes 3.11-3.78 (brownish-yellow ), crumb color (beige-brownish), aroma (slightly acidic). ), pore uniformity 3.33–3.55 (rather uniform), texture (slightly soft), and flavor (slightly sour). The gluten-free test did not reveal any detectable gluten content in this study.
EDUKASI PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PEMASARAN DIGITAL KEPADA UMKM Utami, Annisa Retno; Giyatmi, Giyatmi; Batubara, Siti Chairiyah
ABDIMAS UNWAHAS Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v9i1.11014

Abstract

Era digitalisasi menuntut pelaku UMKM untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi salah satunya dalam melakukan pemasaran digital. Namun, tidak semua pelaku UMKM paham dalam menggunakan media promosi digital dalam memasarkan produknya, salah satunya pada UMKM yang berada di Kota Tangerang Selatan dan sekitarnya. Tujuan pengabdian masyarakat ini yaitu 1) memberikan edukasi penggunaan teknologi informasi khususnya media sosial sebagai media promosi digital, 2) memberikan edukasi tips dan trik dalam penggunaan media promosi digital khusus pada Instagram dan Whatsapp Bisnis, 3) memberikan edukasi penggunaan hastag dalam menggunakan media promosi digital Instagram, 4) mengedukasi penggunaan Katalog pada media promosi Whatsapp Bisnis. Kegiatan ini dilakukan kepada 5 (lima) pelaku UMKM yang terdiri dari usaha makanan dan minuman. Dari 5 (lima) pelaku usaha baru 1 (satu) yang menerapkan promosi digital Instagram, namun belum digunakan secara optimal. Metode yang digunakan pada kegiatan ini diskusi, pelatihan dan evaluasi. Pelatihan yang diberikan dengan memfokuskan pada promosi digital dengan Instagaram dan Whatsapp Bisnis serta evaluasi dilakukan dengan pre-test dan post-test kepada mitra. Hasil dari kegiatan ini memberikan perubahan baik dari segi ilmu pengetahuan, keahlian mitra dalam membuat caption dan hastag serta konten serta memiliki akun instagram sesuai dengan nama usahanya dan memiliki whatsapp bisnisKata kunci: Instagram, Pemasaran Digital, Teknologi Informasi, UMKM
MUTU MINUMAN SARI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI SARI MARKISA UNGU DAN CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC) YANG BERBEDA Susi, Susi; Yani, Farida Zaenur; Batubara, Siti Chairiyah; Sandrasari, Diny Agustini; Pratignjo, Listijono Setyo
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (The Journal of Food Technology and Health) Vol 6, No 2 (2024): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v6i2.2870

Abstract

Minuman sari tempe merupakan minuman fungsional yang terbuat dari bahan utama tempe, yang memiliki komposisi gizi yang baik untuk tubuh. Minuman sari tempe memiliki kekurangan yaitu memiliki aroma langu khas tempe dan tidak stabil selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi sari markisa ungu dan CMC terhadap mutu minuman sari tempe. Ditinjau dari uji total padatan terlarut, stabilitas, pH, kadar protein, kadar lemak, dan mutu organoleptik. Uji penunjang meliputi aktivitas antioksidan, cemaran logam (Pb, Hg, As), Angka Lempeng Total (ALT), dan E.coli. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan dua faktor yaitu konsentrasi sari markisa ungu (10%, 15%, dan 20%) dan CMC (0,10%, 0,15%, 0,20%, 0,25%) dengan dua kali ulangan. Hasil analisis ANAVA berbeda nyata (p0,05) terhadap nilai stabilitas, protein, lemak, kesukaan (warna, aroma, rasa dan kekentalan), namun tidak berpengaruh nyata (p0,05) terhadap total padatan terlarut, pH, dan mutu (warna, aroma, rasa, dan kekentalan). Mutu terbaik dihasilkan pada minuman sari tempe dengan sari markisa ungu 20% dan CMC 0,15% dengan hasil akhir nilai total padatan terlarut 9,37°brix, stabilitas 76,00%, pH 4,02, protein 0,29%, dan lemak 0,51%. Kesukaan pada atribut warna 5,00 (suka), aroma 5,13 (suka), rasa 5,00 (suka), dan kekentalan 4,87 (agak suka-suka), sedangkan mutu pada atribut warna 5,15 (kuning), aroma 5,00 (tidak langu), rasa 5,02 (asam), dan kekentalan 3,71 (agak kental). Hasil uji penunjang aktivitas antioksidan 50,68 ppm, cemaran logam negatif atau tidak terdapat logam berat Pb, Hg, As pada produk, cemaran mikroba E.coli 0 MPN/ml dan angka lempeng total 0 koloni/ml.
PENGEMBANGAN MINUMAN BERBASIS TEH DAN REMPAH SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL Batubara, Siti Chairiyah; Pratiwi, Nindia Arum
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1 No 2 (2018): Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan DECEMBER 2018
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i2.129

Abstract

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mendapatkan formula minuman fungsional teh dan rempah terbaik. Penelitian ini menggunakan mixture design untuk menentukan formula optimum minuman fungsional terbaik yang terdiri dari gula merah, bubuk kayu manis dan bubuk kapulaga. Berdasarkan input batas atas dan batas bawah dari bahan baku sehingga didapatkan 16 formulasi yang akan diteliti. Untuk batas atas gula merah yaitu 40 dan batas bawah gula merah yaitu 35. Untuk batas atas bubuk kayu manis yaitu 15 dan batas bawah kayu manis yaitu 10. Untuk batas atas bubuk kapulaga yaitu 50 dan batas bawah bubuk kapulaga yaitu 45. Untuk menentukan kualitas minuman fungsional dilakukan uji kimia (uji karbohidrat, gula total dan nilai pH, uji fisik (Uji viskositas), uji organoleptik (uji hedonik untuk warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan mutu hedonik yang ditentukan dari kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan uji antioksidan. Penelitian ini untuk mendapatkan formula optimum yang terbaik dari hasil pengacakan oleh mixture design. Hasil dari pengolahan mixture design adalah anova, grafik dan duncan. Berdasarkan hasil penelitian formula minuman fungsional yang masih dapat diterima adalah formulasi 11 yang terdiri dari 40% gula merah, 12.67% bubuk kayu manis dan 47.32% bubuk kapulaga. Formula 11 mengandung 0.39% karbohidrat, 15.46% gula total, 5.38% pH 4.98% viskositas dan 255.41 mg antoksidan.
POTENSI COOKIES KENCUR SEBAGAI INOVASI PRODUK USAHA Lestari, Dea; Batubara, Siti Chairiyah
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 6 No 1 (2023): Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan JUNE 2023
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v6i1.1499

Abstract

Cookies kencur adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari campuran tepung terigu, gula pasir, gula aren, telur, margarin, bubuk jahe, garam, dan soda kue serta bubuk kencur dengan penambahan konsentrasi yang berbeda pada adonan. Manfaat khas dan bau kencur akan meningkatkan karakteristik cookie yang diproduksi sehingga akan menjadi populer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal, dengan menambahkan serbuk kencur dengan tingkat berbeda 0%; 2%; 4%; 6% dan 8%, dengan tiga pengulangan dilakukan. Teknik analisis yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANAVA) untuk melihat pengaruh masing-masing perlakuan, jika ada pengaruh yang terjadi dari masing-masing perlakuan, maka selanjutnya dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Tes DMRT dilakukan untuk melihat level mana yang menghasilkan kualitas yang berbeda pada tes ANAVA. Kualitas kencur ditentukan oleh uji fisik, kimia dan organoleptik. Tes fisik dilakukan dengan uji kekerasan; tes kimia dilakukan pada kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar, sementara uji organoleptik dilakukan dengan melakukan uji kualitas hedonik dan uji hedonik pada tingkat warna, aroma, bau dan tekstur serta uji peringkat keseluruhan cookies kencur. Formulasi terbaik dari hasil penelitian ini adalah formulasi 2% kencur. Hasil analisis terhadap kualitas cookies kencur dengan menambahkan 2% serbuk mengandung 21,78 (gf) kekerasan, 2,65 (%) kadar air, 1,82 (%) kadar abu, kadar protein 7,65 (%), kandungan lemak 20,55 (%), karbohidrat 71,58 (%) dan kandungan serat 1,66 (%)