Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Chemical Characteristics of Pumpkin Seed Tempeh from Soybean and Pumpkin Seeds Pujilestari, Shanti; Sandrasari, Diny A.; Marida, Rimmaria
ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications Vol 8, No 2 (2017): ComTech
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/comtech.v8i2.3757

Abstract

The aim of this research was to find the effect of the combination of soybean and pumpkin seeds on the chemical characteristics of pumpkin seed tempeh. The pumpkin seed tempeh samples were analyzed for its water, ash, protein, fat, carbohydrate and crude fiber. Meanwhile, support data were isoflavone and zinc. Sensory hedonic was conducted by 25 untrained panelists for selecting the best formulation of soybean and pumpkin seeds in tempeh. The result shows the formulation of soybean and pumpkin seeds in various combinations (100:0, 85:15, 70:30, 55:45, and 40:60). It gives a significant effect on the water, protein, fat, carbohydrate, and crude fiber. Moreover, all acceptance on pumpkin seed tempeh is on the level of ? = 0,01 and ? = 0,05. The best combination of soybean and pumpkin seeds is 40:60, with chemical analysis results which are water (33,7%), ash (5,31%), protein (65,65%), fat (54,57%), carbohydrate (5,94%), crude fiber (14,06%) (db), zinc (30,05 ppm), and isoflavones (42,10 mg/100g). Chemical characteristics of the selective pumpkin seed tempeh have fulfilled SNI 3144-2015 regarding water, protein and fat.
POTENSI WISATA GASTRONOMI HALAL DI WILAYAH PECINAN, PETAK 9, GLODOK JAKARTA Pujilestari, Shanti
Jurnal Industri Parawisata Vol 1, No 2 (2019): JANUARY
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/pariwisata.v1i2.21

Abstract

KARAKTERISTIK KUE SEMPRONG HASIL FORMULASI TEPUNG AMPAS KEDELAI (Glycine max L.) Pujilestari, Shanti
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (The Journal of Food Technology and Health) Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v1i1.183

Abstract

Ampas kedelai merupakan produk samping pengolahan tahu atau susu kedelai yang masih mengandung protein 17.72% dan serat kasar sebesar 3.23%. Pada umumnya kue semprong yang merupakan kudapan tradisional Indonesia yang dibuat dengan bahan utama tepung beras berbentuk corong panjang. Pemanfaatan ampas kedelai pada kue semprong dapat dilakukan untuk menghasilkan makanan kudapan tradisional yang sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda (100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40) terhadap mutu kue semprong dan untuk memperoleh formulasi kue semprong terpilih. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dengan 3x ulangan. Bila ada perbedaan, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, warna, aroma, rasa dan tekstur (α=0.05 dan α=0.01), tetapi berbeda tidak nyata pada kerenyahan semprong (α=0.05). Kue semprong terpilih adalah kue semprong dengan formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai 80:20, dengan kerenyahan 1106.12 g/mm2, kadar air 3.88%, abu 1.90%, protein 12.59%, lemak 16.12%, karbohidrat 64.06% dan serat kasar 4.21%, warna coklat (2.4), aroma kedelai agak kuat (3.4), rasa agak manis (3.2) dan agak renyah (3.6). Kue semprong terpilih telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 2973-2011 untuk kadar air dan protein.  ABSTRACT: Soybean garbage is a byproducts in tofu or soybean milk manufacturer where still protein contains 17.72 and crude fiber 3.23%. Semprong is traditional Indonesian snack food which have roll shaped and crispness. Generally semprong made from rice flour as the main ingredient. The utilization of soybean garbage on semprong cake can go to find a healthy traditional snack food. The aims of this research was to determine the influence of the varies formulation of rice flour and soybean garbage flour (100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40) to the quality of semprong snack, and to get the preference formulation. The experiment design in this research was completely randomized design with five formulations factor with three replicates. The result showed that the varies formulation of rice flour and soybean garbage had significant effect on moisture content, ash, protein, fat, carbohydrate, crude fiber, colour, flavor, taste and crispness on organoleptic but haven’t significant effect on crispness of Physical test. The preference of semprong was formulation 80:20, with 1106.12 g/mm2 crispness, 3.88% moisture content, 1.90% ash, 12.59% protein, 16.12% fat, 64.06% carbohydrate, and 4.21% crude fiber. browning color (2.4), rather strong of soybean flavor (3.4), rather sweet taste (3.2) and rather crunchy (3.0). It characteristics had fulfilled in Indonesian National Standard (SNI) Number 2973-2011 on water and protein content. Keywords: Characteristics, rice flour, soybean garbage, semprong, traditional 
Pendampingan Penerapan Sistem Jaminan Produk Halal di UMKM Sayap Ayam Krispi Kota Bekasi Hamidatun, Hamidatun; Pujilestari, Shanti
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 2 No 2 (2022): JAMSI - Maret 2022
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.302

Abstract

Di Indonesia, kewajiban sertifikasi halal diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang berlaku sejak Okotber 2019 secara bertahap. Hal ini mendorong para pelaku industri pangan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pangan untuk segera melakukan sertifikasi halal. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mitra UMKM sayap ayam krispi di kota Bekasi dalam menerapkan sistem jaminan produk halal (SJPH) untuk pendaftaran sertifikasi halal. Metode yang digunakan dalam kegitan ini adalah analisis kondisi UMKM, pelatihan sistem sertifikasi halal dan pendampingan penerapan SJPH. Program pendampingan penerapan SJPH meliputi (1) proses identifikasi gap, (2) rancangan pemenuhan persyaratan SJPH, dan (3) penerapan pemenuhan persyaratan SJPH pada mitra. Kegiatan ini memberikan manfaat kepada mitra yang ditandai dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang proses sertifikasi halal dan sikap mitra yang semakin termotivasi untuk melakukan pendaftaran sertifikasi halal. Pendampingan penerapan SJPH kepada mitra UMKM menghasilkan dokumen manual SJPH dengan 4 kriteria dari 5 kriteria SJPH terpenuhi, dimana sebelum pendampingan hanya 1 kriteria SJPH yang dipenuhi oleh mitra.
PEMANFAATAN TEPUNG AMPAS KEDELAI PADA PEMBUATAN KUE TRADISIONAL KEMBANG GOYANG: Utilization Of Soybean Waste Flour in Making of The Traditional Snack Of Kembang Goyang Shanti Pujilestari; Syahril Makosim; Ismi Asih
Pro Food Vol. 7 No. 2 (2021): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v7i2.168

Abstract

ABSTRACT Kembang goyang snack is a traditional Indonesian food with a crunchy texture. The main ingredient for this snack is rice flour. Utilization of soybean waste flour formulated with rice flour in kembang goyang snack will increase the nutritional value however, it will decrease the crispness. The purpose of this study was to determine the effect of different formulations of rice flour and soybean waste flour (100:0, 90:10, 80:20, 70:30, and 60:40) on the quality of the kembang goyang snack. The quality of the cakes consists of physical quality (crisp), chemical (moisture content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate content, crude fiber content), and organoleptic (color, aroma, taste, and texture). This study used an experimental method with a single factor Completely Randomized Design (CRD) with five levels. Each level consisted of 3 replications. The data will be analyzed by analysis of variance (ANOVA) and further test with Duncan’s test if the results of the ANOVA test are significant. The results showed that the different formulations of rice flour and soybean waste flour affected the physical, chemical, and organoleptic qualities (α=0.01). The more formulations of soybean waste flour used, the water, ash, protein, fat, crude fiber, and unpleasant aroma content will increase, while the crispness, carbohydrate content, color, taste, and texture will decrease. The acceptable formulations of rice flour and soybean waste flour in kembang goyang snack are 80:20, with 11.37 g/mm2 crispness, 2.51% water content, 1.02% ash, 8.43% protein, 24.23% fat, 63.81% carbohydrates, 3.60% crude fiber and 8.35% dietary fiber as well as an organoleptic quality which includes brownish yellow color, not strong soybean aroma, slightly sweet and savory taste, and crispness texture. The moisture content of the kembang goyang snack complies with Indonesian National Standard for rice crackers SNI 01-4307-1996.   ABSTRAK Kembang goyang adalah kue tradisional Indonesia dengan tekstur renyah. Bahan utama kue kembang goyang adalah tepung beras. Pemanfaatan tepung ampas kedelai yang diformulasikan dengan tepung beras pada kue kembang goyang akan meningkatkan nilai gizi, tetapi akan menurunkan kerenyahannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda (100:0, 90:10, 80:20, 70:30, dan 60:40) terhadap mutu kue kembang goyang. Mutu kue kembang goyang terdiri dari mutu fisik (kerenyahan), kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar serat kasar) dan organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan lima taraf. Masing-masing taraf terdiri dari 3 ulangan. Data akan dianalisa dengan analisis varian (ANAVA) dan uji lanjut dengan DMRT, bila hasil uji ANAVA signifikan. Hasil penelitian menyatakan bahwa formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda memengaruhi mutu fisik, kimia dan organoleptik (α=0.01). Semakin banyak formulasi tepung ampas kedelai yang digunakan maka kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar, dan aroma langu akan semakin meningkat, sedangkan kerenyahan, kadar karbohidrat, warna, rasa, dan tekstur semakin menurun. Formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai pada kue kembang goyang yang masih dapat diterima adalah 80:20, dengan kerenyahan 11.37 g/mm2, kadar air 2.51%, abu 1.02%, protein 8.43%, lemak 24.23%, karbohidrat 63.81%, serat kasar 3.6% dan serat pangan 8.35% serta mutu organoleptik yang meliputi warna kuning kecoklatan, aroma langu kedelai tidak kuat, rasa agak manis dan gurih, serta tekstur renyah. Kadar air kue kembang goyang memenuhi Standar Nasional Indonesia kerupuk beras SNI 01-4307-1996. 
KARAKTERISTIK WISATAWAN DAN PERILAKU KEAMANAN PANGAN DI KAWASAN KOTA TUA DKI JAKARTA Shanti Pujilestari; Julfi Restu Amelia
Jurnal Industri Parawisata Vol 4, No 1 (2021): JULY
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/pariwisata.v4i1.418

Abstract

Kota Tua adalah wisata heritage di DKI Jakarta yang banyak dikunjungi wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah pertama, mendapatkan karakteristik wisatawan, kedua mendapatkan perilaku keamanan pangan wisatawan, dan ketiga, mendapatkan hubungan antara usia, pendidikan, pengetahuan dan sikap terhadap praktek keamanan pangan wisatawan di Kota Tua DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan desain cross-sectional, pengolahan data dengan uji analisis bivariat pada 86 wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kota Tua DKI Jakarta adalah 95,35% usia produktif (15-49 tahun), 58,14% perempuan, 76,74% belum menikah, tingkat pendidikan 37,21% SMA, 40,7% pegawai swasta  dengan 55,81% pendapatan sebesar 1,5-3 juta rupiah. Perilaku keamanan pangan wisatawan adalah pengetahuan 52.32% katagori sedang, sikap 72.09%  katagori tinggi, dan praktik keamanan pangan 72.09% katagori tinggi.. Dari hasil analisis bivarian pendidikan dan pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan  terhadap praktik keamanan pangan wisatawan (α=0.05). Rekomendasi penelitian ini dapat dilakukan peningkatan pengetahuan agar bisa terjadi perubahan perilaku.
POTENSI WISATA GASTRONOMI HALAL DI WILAYAH PECINAN, PETAK 9, GLODOK JAKARTA Shanti Pujilestari; Julfi Restu Amelia; Muhammad Fajri Romadhan
Jurnal Industri Parawisata Vol 1, No 2 (2019): JANUARY
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/pariwisata.v1i2.21

Abstract

KARAKTERISTIK KUE SEMPRONG HASIL FORMULASI TEPUNG AMPAS KEDELAI (Glycine max L.) Shanti Pujilestari; Niken Larasati
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 1, No 1 (2019): Mei
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v1i1.183

Abstract

Ampas kedelai merupakan produk samping pengolahan tahu atau susu kedelai yang masih mengandung protein 17.72% dan serat kasar sebesar 3.23%. Pada umumnya kue semprong yang merupakan kudapan tradisional Indonesia yang dibuat dengan bahan utama tepung beras berbentuk corong panjang. Pemanfaatan ampas kedelai pada kue semprong dapat dilakukan untuk menghasilkan makanan kudapan tradisional yang sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda (100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40) terhadap mutu kue semprong dan untuk memperoleh formulasi kue semprong terpilih. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dengan 3x ulangan. Bila ada perbedaan, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, warna, aroma, rasa dan tekstur (α=0.05 dan α=0.01), tetapi berbeda tidak nyata pada kerenyahan semprong (α=0.05). Kue semprong terpilih adalah kue semprong dengan formulasi tepung beras dan tepung ampas kedelai 80:20, dengan kerenyahan 1106.12 g/mm2, kadar air 3.88%, abu 1.90%, protein 12.59%, lemak 16.12%, karbohidrat 64.06% dan serat kasar 4.21%, warna coklat (2.4), aroma kedelai agak kuat (3.4), rasa agak manis (3.2) dan agak renyah (3.6). Kue semprong terpilih telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 2973-2011 untuk kadar air dan protein.  ABSTRACT: Soybean garbage is a byproducts in tofu or soybean milk manufacturer where still protein contains 17.72 and crude fiber 3.23%. Semprong is traditional Indonesian snack food which have roll shaped and crispness. Generally semprong made from rice flour as the main ingredient. The utilization of soybean garbage on semprong cake can go to find a healthy traditional snack food. The aims of this research was to determine the influence of the varies formulation of rice flour and soybean garbage flour (100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40) to the quality of semprong snack, and to get the preference formulation. The experiment design in this research was completely randomized design with five formulations factor with three replicates. The result showed that the varies formulation of rice flour and soybean garbage had significant effect on moisture content, ash, protein, fat, carbohydrate, crude fiber, colour, flavor, taste and crispness on organoleptic but haven’t significant effect on crispness of Physical test. The preference of semprong was formulation 80:20, with 1106.12 g/mm2 crispness, 3.88% moisture content, 1.90% ash, 12.59% protein, 16.12% fat, 64.06% carbohydrate, and 4.21% crude fiber. browning color (2.4), rather strong of soybean flavor (3.4), rather sweet taste (3.2) and rather crunchy (3.0). It characteristics had fulfilled in Indonesian National Standard (SNI) Number 2973-2011 on water and protein content. Keywords: Characteristics, rice flour, soybean garbage, semprong, traditional 
MUTU NUGGET TEMPE HASIL FORMULASI TEMPE DAN DAGING AYAM Shanti Pujilestari; Fifi Anggia Sari; Nindy Sabrina
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v2i2.515

Abstract

Abstrak: Nugget merupakan makanan popular yang mudah disiapkan dan disukai anak-anak. Bahan utama nuget umumnya adalah daging ayam, kelemahan nugget ayam adalah kurangnya serat serta tingginya lemak. Tempe merupakan salah satu bahan baku yang potensial dapat mensubsitusi daging ayam. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mutu nuget hasil formulasi tempe dan berapa formulasi tempe dan daging ayam terpilih. Metodologi dalam penelitian ini adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 (lima) taraf x 3 (tiga) ulangan. Uji yang dilakukan pada adalah uji fisik (kerenyahan) dan uji kimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat). Uji organoleptik dilakukan pada mutu hedonik dan hedonik warna, aroma, rasa, kekenyalan, dan rangking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter mutu nugget tempe dipengaruhi oleh formulasi tempe dan daging ayam yang berbeda (α=0.01). Formulasi tempe dan daging ayam terpilih adalah 25:25 pada formulasi nugget tempe dengan nilai rangking tertinggi. Karakteristik mutu nugget tempe terpilih adalah nilai kekenyalan 662,76 gf, kadar air 56.53%, kadar abu 1.73%, kadar protein 15.23%, kadar lemak 11.84%, kadar karbohidrat 8.78% dan kadar serat 2.11%. Mutu organoleptik nugget tempe terpilih adalah warna kuning (2.8), aroma nugget kuat (4.2), rasa gurih (4.4), dan tekstur sangat kenyal (4.6). Berdasarkan SNI 01-6683-2002, maka nugget tempe dengan formulasi tempe dan daging ayam 25:25 pada formulasi telah memenuhi syarat mutu nugget ayam yaitu pada kadar air, protein, lemak dan karbohidrat. Nugget tempe terpilih dapat memenuhi  kebutuhan serat sebanyak 8.44% untuk wanita dewasa, 5.55% untuk pria dewasa dan 23.44% untuk anak-anak.ABSTRACT: Nuggets are a popular dish that is easy to prepare and kids preferred. The main ingredient of nuggets is generally chicken meat, the lack of chicken nuggets is the lack of fiber and high fat. Tempe is one of the raw materials that can potentially substitute for chicken meat. The purpose of this study was to determine the quality of the nugget produced by the tempe formulation and the selected tempe and chicken meat formulations. The methodology in this study is an experiment using a one-factor Completely Randomized Design (CRD) with 5 (five) levels x 3 (three) replications. The tests carried out were physical tests (elasticity) and tests (moisture, ash, protein, fat, carbohydrate, and fiber content). Organoleptic tests were carried out on sensory of color, aroma, taste, elasticity, and ranking. The results showed that all quality parameters of tempe nuggets were influenced by different formulations of tempeh and chicken meat (α=0.01). The selected tempe and chicken meat formulations were 25:25 in the tempe nugget formulation with the highest-ranking value. The quality characteristics of selected tempe were the 662.76-gram force of elasticity, 56.53% of water content, 1.73% of ash content, 15.23% of protein content, 11.84% of fat content, 8.78% of carbohydrate content, and 2.11% of fiber content. The selected organoleptic tempe nuggets were yellow color (2.8), strong nugget aroma (4.2), savory taste (4.4), and very chewy texture (4.6). Based on SNI 01-6683-2002, the tempe nugget with the formulation of tempe and chicken meat 25:25 formulation has met the quality requirements of chicken nuggets, namely in water, protein, fat and carbohydrate content. The selected tempe nuggets can fulfill the fiber needs of 8.44% for adult women, 5.55% for adult men, and 23.44% for children.
PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TEROLAH MINIMAL Afrilia Ratna Hapsari; Intan Nurul Azni; Giyatmi Giyatmi; Shanti Pujilestari
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v2i2.516

Abstract

ABSTRAK: Buah naga terolah minimal merupakan produk siap saji yang terbuat dari buah segar yang dikupas dan diiris. Karena terbuat dari buah segar, maka produk ini cepat rusak dan memiliki umur simpan yang pendek sehingga menurunkan daya terima konsumen. Pada penelitian ini dilakukan penambahan konsentrasi kitosan sebagai pengawet alami dan variasi lama penyimpanan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan dua faktor. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RALF) dengan 2 faktor, yaitu konsentrasi kitosan (A) 0.0%; 1.0%; 1.5%, dam 2.0% dengan lama penyimpanan (B) 0, 1, 2, 3, dan 4 hari dengan dua pengulangan. Kualitas buah naga merah olahan minimalis ditentukan melalui uji organoleptik (uji hedonik dan mutu hedonik terhadap parameter warna, tekstur, aroma, dan rasa), uji kimia sebagai uji penunjang (pH dan aktivitas antioksidan). Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap buah naga merah olahan minimalis berpengaruh secara nyata terhadap parameter uji hedonik dan mutu hedonik parameter warna, tekstur, aroma dan rasa. Sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter uji mikrobiologi untuk E-coli dan Salmonella sp. Buah naga merah olahan minimalis dengan mutu yang masih baik, yaitu buah naga merah olahan minimalis dengan konsentrasi kitosan 1.0% dan lama penyimpanan 2 hari memiliki mutu yang masih baik dengan nilai mutu hedonik terhadap warna (nilai 2.9), tekstur (nilai 2.9), aroma (nilai 2.9) dan rasa (nilai 2.9), nilai pH 5.83, dan aktivitas antioksidan 75.14 ppm. ABSTRACT: The minimalis processed red dragon fruit is one of the ready to eat food products made from fresh fruits that have been peeled or cut into pieces. Because it is made from fresh ingredients, red dragon fruit tends to be easily damaged and has a short shelf life that will reduce consumer acceptance. This research was conducted to study the effect of chitosan concentration on minimal processed red dragon fruit during storage. This study used a factorial complete randomized design with 2 factors, namely chitosan concentration (A) 0,0%; 1,0%; 1,5% and 2,0% with storage duration (B) 0, 1, 2, 3 and 4 days. The parameters tested were organoleptic test (hedonic test and hedonic quality of the parameters of color, texture, odor and taste), chemical test asa a supporting test (pH and antioxidant activity). The results showed that those who had significantly different value (α (0,05)) were organoleptic (color, texture, odor and taste), while the value is not significantly different (α (0,05)) is the microbiology test (E-coli and Salmonella sp.). the quality of processed minimalist red dragon fruit with the addition of chitosan with a concentration of 1% and 2 days storage time is still of good quality with a hedonic quality value of color (2,9), texture (2,9), odor (2,9) and taste (2,9), pH value 5,83 and antioxidant activity 75,14 ppm.