Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Pemetaan Bahaya dan Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Kusmajaya, Sumardani; Supriyati, Supriyati; Adiputra, Agung; Permadi, M. Galih
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 2 (2019): Januari - Juni 2019
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Provinsi Riau merupakan salah satu wilayah yang tidak pernah luput dari kebakaran hutan dan lahan. Salah satu penyebab kebakaran semakin parah, karena kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi pada ekosistem gambut. Di sisi lain, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana untuk melakukan perencanaan dan pemadaman dini, apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Mengacu Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012, peta bahaya kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau dibuat menggunakan map algebra dan peta kerentanan dibuat secara dasimetrik. Hasil pemetaan menunjukkan daerah yang mempunyai bahaya tinggi adalah Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan kerentanan tertinggi berada di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir.
ANALISIS RISIKO BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PULAU BENGKALIS Adiputra, Agung
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 2 (2018): Januari - Juni 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Salah satu daerah yang mengalami kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan adalah Pulau Bengkalis di Provinsi Riau. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau hampir setiap tahun terjadi. Kebakaran di lokasi tersebut terjadi setiap musim kemarau. Berdasarkan data statistik Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau 2014, sekitar 56% total lahan gambut di Pulau Bengkalis mengalami kebakaran hampir setiap tahun. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui nilai risiko bencana kebakaran hutan dan lahan di pulau Bengkalis, dengan memperhitungkan kerawanan dan kerentananya. Upaya mengurangi risiko bencana kebakaran hutan dan lahan memerlukan arahan mitigasi bencana sebagai tindakan preventif. Sekitar 543,786 jiwa total penduduk di pulau Bengkalis sebagian di-antaranya rentan terpapar bencana asap dari kebakaran hutan dan lahan. Metode dalam penelitian ini merupakan metode perhitungan risiko bencana dari interaksi antara bahaya (hazard) yang ada, dan tingkat kerentanan (vulnerability) masyarakat terhadap bencana, serta kapasitas yang dimiliki masyarakat dalam menghadapi bencana (R=H x V x E). Jika masyarakat cukup tinggi dalam menghadapi bencana, maka kapasitas bersifat mengurangi risiko. Luas wilayah Pulau Bengkalis yang mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan seluas 73.441,61 ha, dan tingkat risiko sedang seluas 2.721,81 ha. Total luas wilayah berisiko terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Pulau Bengkalis adalah 14.295,83 ha. Seluruh desa atau kelurahan di Pulau Bengkalis mempunyai wilayah dengan risiko sedang dan tinggi dengan luas yang bervariasi.   Kata Kunci: Kebakaran hutan dan lahan, Risiko Bencana.   ABSTRACT One of the areas that suffered losses due to forest and land fires was Bengkalis Island in Riau Province. Forest and land fires in Riau Province almost every year. Fires in these locations occur every dry season. Based on Statistics of Riau Provincial Environmental Agency 2014, about 56% of the total peatland on Bengkalis Island suffered fire almost every year. This study aims to determine the value of risk of forest and land fires on Bengkalis Island taking into account the vulnerability. Risks reducing to forest and land fires requires disaster mitigation directives as a preventive measure. Around 543,786 people in Bengkalis are some of them are vulnerable to smoke from forest and land fires. The method used in this research is a method of calculating risk from the interaction between hazard, vulnerability of society to disaster and the capacity of society (R = H x V x E). If the community is high enough in the face of disaster, then the society have hight of capacity it can reduce of  risk. The area of ​​Bengkalis Island which has a high risk level for the forest fire disaster and land area of ​​73,441.61 ha. While the level of risk was about 2,721.81 ha. The total area of ​​risk for forest and land fire disasters on Bengkalis Island is 14,295.83 ha. All villages in Bengkalis Island have medium and high risk areas with varying areas.   Keywords: Land and Forest Fire, Disaster Risk.  
Kajian Risiko Bencana Kekeringan Di Kabupaten Cianjur Permadi, M.Galih; Adiputra, Agung
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 2 (2019): Januari - Juni 2019
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kejadian kekeringan merupakan masalah rutin di Kabupaten Cianjur yang perlu di tanggulangi melalui persiapan dan perencanaan. Penanggulangan kekeringan dapat diumlai dengan kajian risiko bencana, sehingga dapat mengurangi tingginya dampak kerugian. Kajian risiko bencana merupakan penilaian (assessment) pra bencana yang dilakukan dengan metode analisis keruangan melalui pemberian skor pada setiap parameter berdasarkan pada kontribusi relatif terhadap kekeringan. Parameter yang dipergunakan adalah curah hujan, ketersediaan sumber air, penggunaan lahan, jenis tanah dan kemiringan lereng. Hasil analisis menunjukkan wilayah dengan kelas bahaya tinggi seluas 23.263,4 ha, dan wilayah dengan tingkat bahaya sedang seluas 314.145,6 ha. Kekeringan umumnya terjadi di wilayah bagian selatan dan tenggara Kabupaten Cianjur yang lebih dekat ke arah laut. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah topografi wilayah yang tidak terjangkau pasokan air dari pegunungan, dan curah hujan yang lebih rendah dari wilayah utara. Wilayah yang memiliki kerentanan tinggi adalah Kecamatan Cidaun, Kecamatan Takokak, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Naringgul. Keterpaparan menurut jarak dari ibukota kabupaten Cianjur adalah wilayah Karang Tanah sebagai yang terluas, disusul oleh Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber.
Vulnerability Assessment of Environmental and Non-Natural Physical by Subsidence in Sub-Unity of Peatland Hydrology at Jangkang River- Liong River Bengkalis Island Adiputra, Agung; Rasminto, Rasminto; Khausar, Khausar
Genta Mulia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol 11, No 1 (2020): Genta Mulia : Jurnal Ilmiah Pendidikan
Publisher : STKIP Bina Bangsa Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT : One of the impacts of land conversion on peatlands is the decrease of the land surface or subsidence. Subsidence in Sub-Unitary Hydrology (Sub-KHG) of Jangkang River - Liong River causes further impacts of inundation in settlements and farmland, damage to structures and the fall of plantation crops during high rainfall. To mitigate the impact of subsidence, appropriate disaster mitigation directives are required through a review of the value of disaster vulnerability at the site. This study aims to identify the aspects of environmental and non-natural physical susceptibility caused by subsidence. This research was conducted with several stages, namely 1) Collecting data and building database system, 2) Identify the susceptibility of subsidence from physical aspects of non-natural and environment. The results of this study indicate that very high environmental vulnerability is occurring in deep peat areas that should be protected in the southern part of the Sub-KHG. While the northern region of the mangrove ecosystem is less vulnerable environment. The highest non-natural physical vulnerability is found in Dusun Rahayu, ParitKenanga, Mekar and Murni. 10 hamlets have moderate non-natural physical vulnerability and 10 other hamlets of low non-natural physical vulnerability. Spatially there is an area of 4242.94 ha (28.8%) is an area of high vulnerability and 5909.03 ha (40.2%) is a medium vulnerability area and 4541,85 ha (30,9%) is an area low vulnerability. Keywords: Subidence, soil-water conservation, and environment.
ANALISIS KERENTANAN KESEHATAN PENDUDUK PRA-BENCANA BANJIR DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Utariningsih, Wheny; Adiputra, Agung
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 2 (November, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.892 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v5i2.2077

Abstract

Upaya penanggulangan bencana salah satunya berfokus pada kesehatan masyarakat dalam menghadapi krisis saat bencana alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan kesehatan masyarakat Aceh Barat Daya terhadap bencana banjir. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yakni dengan menjelaskan fenomena yang ada melalui angka-angka untuk menggambarkan karakteristik individu atau kelompok serta menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak terjadi saat kejadian bencana di Kabupaten Aceh Barat Daya. Kajian kerentanan terhadap bencana banjir menunjukkan bahwa jumlah penduduk terpapar terbanyak berada di Kecamatan Susoh dengan nilai keterpaparan tinggi yaitu 22.763 jiwa. Selain jumlah penduduk terpapar, kajian kerentanan juga menunjukkan bahwa jumlah kelompok rentan terhadap bencana banjir tertinggi untuk penyandang disabilitas yaitu 128 jiwa dan 462 jiwa penduduk miskin yang berada di Kecamatan Tangan-Tangan. Perempuan juga merupakan salah satu kelompok rentan, dari 145.726 penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya sekitar 50,4% atau 73.449 merupakan perempuan.  Salah satu permasalahan kesehatan yang memburuk akibat bencana banjir di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak menular, seperti: 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA); 2. Diare; 3. Penyakit kulit; 4. Gastritis; 5. Leptospirosis; 6. Conjungtivitis; 7. Typhus abdominalis. Kasus penyakit tersebut sering meningkat secara signifikan, bahkan beberapa diantaranya menjadi kejadian luar biasa (KLB) yang tidak jarang disertai kematian.
ANALISIS KERENTANAN KESEHATAN PENDUDUK PRA-BENCANA BANJIR DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Wheny Utariningsih; Agung Adiputra
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 2 (November, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v5i2.2077

Abstract

Upaya penanggulangan bencana salah satunya berfokus pada kesehatan masyarakat dalam menghadapi krisis saat bencana alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan kesehatan masyarakat Aceh Barat Daya terhadap bencana banjir. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yakni dengan menjelaskan fenomena yang ada melalui angka-angka untuk menggambarkan karakteristik individu atau kelompok serta menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak terjadi saat kejadian bencana di Kabupaten Aceh Barat Daya. Kajian kerentanan terhadap bencana banjir menunjukkan bahwa jumlah penduduk terpapar terbanyak berada di Kecamatan Susoh dengan nilai keterpaparan tinggi yaitu 22.763 jiwa. Selain jumlah penduduk terpapar, kajian kerentanan juga menunjukkan bahwa jumlah kelompok rentan terhadap bencana banjir tertinggi untuk penyandang disabilitas yaitu 128 jiwa dan 462 jiwa penduduk miskin yang berada di Kecamatan Tangan-Tangan. Perempuan juga merupakan salah satu kelompok rentan, dari 145.726 penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya sekitar 50,4% atau 73.449 merupakan perempuan.  Salah satu permasalahan kesehatan yang memburuk akibat bencana banjir di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak menular, seperti: 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA); 2. Diare; 3. Penyakit kulit; 4. Gastritis; 5. Leptospirosis; 6. Conjungtivitis; 7. Typhus abdominalis. Kasus penyakit tersebut sering meningkat secara signifikan, bahkan beberapa diantaranya menjadi kejadian luar biasa (KLB) yang tidak jarang disertai kematian.
ANALISIS SPASIAL KERAWANAN GEMPA BUMI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA Alwin; Ali Sya’ban; Agung Adiputra
SPATIAL: Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol 20 No 1 (2020): Spatial : Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi
Publisher : Department Geography Education Faculty of Social Science - Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The earthquake that occurred in the south of Tasikmalaya caused quite severe damage in several areas, one of which was the Pangalengan District in Bandung Regency. The purpose of this research is to identify the impact of damage, specifically buildings due to the earthquake and identify physical and social factors that cause vulnerability in Pangelang District. The research method is descriptive qualitative, secondary data from the literature related to the problem being examined, in the form of regulatory documents, the results of previous studies related to the research location, interpretation and analysis of geological maps, maps of the earth, maps of earthquakes and land use. The results showed that geologically the physical condition of the land in the Pangalengan sub-district was prone to the threat of an earthquake disaster. Based on the assessment of land capability, including unstable land with typology of earthquake-prone type C areas, there are more than 2 mutually damaging factors. Rock types with weak physical properties, close to fault zones, steep slope and high earthquake intensity. In addition to geologically vulnerable land conditions, social factors also contribute to the level of damage, namely the condition of houses that are not earthquake-friendly, settlement patterns are clustered, the level of population density and community knowledge about disasters is still lacking.
ANALISIS RISIKO BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PULAU BENGKALIS Agung Adiputra
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.227 KB) | DOI: 10.29405/jgel.v2i1.1015

Abstract

ABSTRAK Salah satu daerah yang mengalami kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan adalah Pulau Bengkalis di Provinsi Riau. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau hampir setiap tahun terjadi. Kebakaran di lokasi tersebut terjadi setiap musim kemarau. Berdasarkan data statistik Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau 2014, sekitar 56% total lahan gambut di Pulau Bengkalis mengalami kebakaran hampir setiap tahun. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui nilai risiko bencana kebakaran hutan dan lahan di pulau Bengkalis, dengan memperhitungkan kerawanan dan kerentananya. Upaya mengurangi risiko bencana kebakaran hutan dan lahan memerlukan arahan mitigasi bencana sebagai tindakan preventif. Sekitar 543,786 jiwa total penduduk di pulau Bengkalis sebagian di-antaranya rentan terpapar bencana asap dari kebakaran hutan dan lahan. Metode dalam penelitian ini merupakan metode perhitungan risiko bencana dari interaksi antara bahaya (hazard) yang ada, dan tingkat kerentanan (vulnerability) masyarakat terhadap bencana, serta kapasitas yang dimiliki masyarakat dalam menghadapi bencana (R=H x V x E). Jika masyarakat cukup tinggi dalam menghadapi bencana, maka kapasitas bersifat mengurangi risiko. Luas wilayah Pulau Bengkalis yang mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan seluas 73.441,61 ha, dan tingkat risiko sedang seluas 2.721,81 ha. Total luas wilayah berisiko terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Pulau Bengkalis adalah 14.295,83 ha. Seluruh desa atau kelurahan di Pulau Bengkalis mempunyai wilayah dengan risiko sedang dan tinggi dengan luas yang bervariasi. Kata Kunci: Kebakaran hutan dan lahan, Risiko Bencana. ABSTRACT One of the areas that suffered losses due to forest and land fires was Bengkalis Island in Riau Province. Forest and land fires in Riau Province almost every year. Fires in these locations occur every dry season. Based on Statistics of Riau Provincial Environmental Agency 2014, about 56% of the total peatland on Bengkalis Island suffered fire almost every year. This study aims to determine the value of risk of forest and land fires on Bengkalis Island taking into account the vulnerability. Risks reducing to forest and land fires requires disaster mitigation directives as a preventive measure. Around 543,786 people in Bengkalis are some of them are vulnerable to smoke from forest and land fires. The method used in this research is a method of calculating risk from the interaction between hazard, vulnerability of society to disaster and the capacity of society (R = H x V x E). If the community is high enough in the face of disaster, then the society have hight of capacity it can reduce of risk. The area of ​​Bengkalis Island which has a high risk level for the forest fire disaster and land area of ​​73,441.61 ha. While the level of risk was about 2,721.81 ha. The total area of ​​risk for forest and land fire disasters on Bengkalis Island is 14,295.83 ha. All villages in Bengkalis Island have medium and high risk areas with varying areas. Keywords: Land and Forest Fire, Disaster Risk.
Kajian Risiko Bencana Kekeringan Di Kabupaten Cianjur M.Galih Permadi; Agung Adiputra
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3 No. 1 (2019): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.429 KB) | DOI: 10.29405/jgel.v3i1.2991

Abstract

Kejadian kekeringan merupakan masalah rutin di Kabupaten Cianjur yang perlu di tanggulangi melalui persiapan dan perencanaan. Penanggulangan kekeringan dapat diumlai dengan kajian risiko bencana, sehingga dapat mengurangi tingginya dampak kerugian. Kajian risiko bencana merupakan penilaian (assessment) pra bencana yang dilakukan dengan metode analisis keruangan melalui pemberian skor pada setiap parameter berdasarkan pada kontribusi relatif terhadap kekeringan. Parameter yang dipergunakan adalah curah hujan, ketersediaan sumber air, penggunaan lahan, jenis tanah dan kemiringan lereng. Hasil analisis menunjukkan wilayah dengan kelas bahaya tinggi seluas 23.263,4 ha, dan wilayah dengan tingkat bahaya sedang seluas 314.145,6 ha. Kekeringan umumnya terjadi di wilayah bagian selatan dan tenggara Kabupaten Cianjur yang lebih dekat ke arah laut. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah topografi wilayah yang tidak terjangkau pasokan air dari pegunungan, dan curah hujan yang lebih rendah dari wilayah utara. Wilayah yang memiliki kerentanan tinggi adalah Kecamatan Cidaun, Kecamatan Takokak, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Naringgul. Keterpaparan menurut jarak dari ibukota kabupaten Cianjur adalah wilayah Karang Tanah sebagai yang terluas, disusul oleh Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber.
Pemetaan Bahaya dan Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Sumardani Kusmajaya; Supriyati Supriyati; Agung Adiputra; M. Galih Permadi
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3 No. 1 (2019): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.715 KB) | DOI: 10.29405/jgel.v3i1.2993

Abstract

Provinsi Riau merupakan salah satu wilayah yang tidak pernah luput dari kebakaran hutan dan lahan. Salah satu penyebab kebakaran semakin parah, karena kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi pada ekosistem gambut. Di sisi lain, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana untuk melakukan perencanaan dan pemadaman dini, apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Mengacu Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012, peta bahaya kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau dibuat menggunakan map algebra dan peta kerentanan dibuat secara dasimetrik. Hasil pemetaan menunjukkan daerah yang mempunyai bahaya tinggi adalah Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan kerentanan tertinggi berada di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir.