Komoditas kelapa sawit dan karet merupakan pilar ekonomi rumah tangga pedesaan Indonesia, namun dengan karakteristik pendapatan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pola konsumsi rumah tangga petani kedua komoditas tersebut dengan fokus pada stabilitas pendapatan dan prioritas pengeluaran. Metode mixed-methods diterapkan dengan survei kuantitatif pada 140 rumah tangga petani (52 sawit di Kampar, 88 karet di Tebo) dan wawancara mendalam. Stabilitas pendapatan diukur dengan Koefisien Variasi (CV), sedangkan perbedaan pola konsumsi dianalisis menggunakan Independent T-test dan faktor penentunya diidentifikasi melalui regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan disparitas yang signifikan. Petani sawit menikmati pendapatan lebih tinggi (Rp 7,6 juta/bulan) dan stabil (CV <20%), sehingga dapat mengalokasikan 25-30% pendapatan untuk pendidikan/kesehatan dan 20-25% untuk investasi. Sebaliknya, petani karet menghadapi volatilitas pendapatan ekstrem (CV >40%) dengan pendapatan rendah (Rp 983 rb/bulan), menyebabkan alokasi dominan untuk kebutuhan pokok (55-60%) dan tabungan darurat (20-25%) sebagai strategi bertahan hidup. Penelitian menyimpulkan bahwa stabilitas pendapatan yang bersumber dari karakteristik komoditas adalah determinan utama perbedaan pola konsumsi. Implikasi kebijakan dari temuan ini adalah perlunya intervensi yang berbeda, di mana petani karet memerlukan program stabilisasi pendapatan dan jaminan sosial, sementara petani sawit dapat difasilitasi untuk pengembangan kapasitas investasi dan kewirausahaan. Oil palm and rubber are pillars of Indonesia's rural economy, yet they are characterized by different income profiles. This study aims to analyze the differences in consumption patterns between farmer households of these two commodities, focusing on income stability and expenditure priorities. A mixed-methods approach was employed, combining a quantitative survey of 140 farmer households (52 oil palm in Kampar, 88 rubber in Tebo) with in-depth interviews. Income stability was measured using the Coefficient of Variation (CV), while differences in consumption patterns were analyzed using an Independent T-test, and their determining factors were identified through multiple linear regression. The results reveal significant disparities. Oil palm farmers earn a higher (Rp 7.6 million/month) and more stable income (CV <20%), enabling them to allocate 25-30% of their income to education and health, and 20-25% to investment. Conversely, rubber farmers face extreme income volatility (CV >40%) with a low income (Rp 983 thousand/month), leading to a dominant allocation of funds to basic needs (55-60%) and emergency savings (20-25%) as a survival strategy. The study concludes that income stability is the primary determinant of the differences in consumption patterns. The policy implication of these findings is the need for differentiated interventions, where rubber farmers require income stabilization programs and social safety nets, while oil palm farmers can be facilitated in investment capacity development and entrepreneurship.