Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

The Dialectics of Child Marriage and the Age of Maturity for Marriage: A Qur'anic Exegesis Abd. Holik; Moch. Nurcholis
Hikmatuna : Journal for Integrative Islamic Studies Vol 9 No 2 (2023): Hikmatuna: Journal for Integrative Islamic Studies, December 2023
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/hikmatuna.v9i2.1338

Abstract

This article aims to analyze the gaps in the study of child marriage from a specific Qur'anic perspective. The primary focus of this study centers on the issue of the concept of marriage maturity in the Qur'an. The central problems addressed involve the practice of child marriage as portrayed in the Qur'anic context and the positioning of marriage maturity during the stage of maturity as per the Qur'an's perspective. To conduct this research, descriptive research methods were employed. This paper aims to delineate child marriage within the Qur'anic context and explore the stages of maturity by examining key phrases related to the concept of maturity found in various Qur'anic verses. The key phrases under consideration include "balāghatul aṭfāl minkum al-hulūm," "balāghun al-nikāh," and "balāgh ashuddah." The research findings reveal that, first, the practice of child marriage, as depicted in the Qur'an, serves as a reflection of the prevailing social conditions and is not to be construed as an endorsement of such practices; second, the maturity required for marriage is defined as the second stage of maturity, where both the physical and psychological aspects are fulfilled, even though individuals may not have reached a state of perfection. This research provides a foundation for arguments advocating the discontinuation of child marriage practices. Such practices are detrimental to developmental progress and infringe upon the rights of children.
TRANSFORMASI PENDIDIKAN PESANTREN MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN KEGIATAN KREATIF DI MA’HAD BAHRUL HUDA TUBAN MELALUI PENGEMBANGAN KOMUNITAS BERBASIS ASET (ABCD) Muarif, Moh. Syamsul; Nurcholis, Moch.; Baihaqi, Izzu Syakh Ahmad
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 3 (2025): Volume 6 No 3 Tahun 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v6i3.47796

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat di Ma’had Bahrul Huda Tuban dilatarbelakangi oleh pentingnya optimalisasi potensi internal pesantren dalam memperkuat pendidikan keagamaan dan keterampilan santri. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan pesantren melalui pendekatan Asset-Based Community-Driven Development (ABCD), dengan menggali aset-aset lokal seperti budaya religius, kedisiplinan, sistem asrama, dan sumber daya manusia (ustadz dan pengurus) sebagai modal utama pengembangan. Metode pelaksanaan dibagi dalam lima tahapan: inkulturasi, penemuan aset, desain program, pelaksanaan prioritas, dan refleksi evaluatif. Empat program utama berhasil dijalankan, yaitu pembinaan fashohah dan tajwīd berbasis kitab At-Tajwīd al-Muyassar, kajian tematik akhlak dan fikih, pelatihan public speaking, serta pembinaan kesenian hadrah al-banjari. Hasil pelaksanaan menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam kualitas bacaan Al-Qurʾān, pemahaman materi akhlak dan fikih, kepercayaan diri santri dalam berbicara di depan umum, serta kemampuan seni religius. Selain itu, pendekatan ABCD terbukti mampu meningkatkan partisipasi aktif santri dan pengurus dalam merancang dan melanjutkan program secara mandiri. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pemberdayaan berbasis aset lokal dapat menghasilkan dampak berkelanjutan, memperkuat kapasitas kelembagaan, serta membentuk karakter santri yang unggul dan mandiri.
PRIVILEGE UMAT NABI MUHAMMAD SAW MENURUT PANDANGAN IBNU KATSIR (STUDI PENAFSIRAN SURAT ALI IMRON :110) Jauharotul Humairoh; Moch. Nurcholish
AT-TAKLIM: Jurnal Pendidikan Multidisiplin Vol. 2 No. 7 (2025): At-Taklim: Jurnal Pendidikan Multidisiplin (Edisi Juli)
Publisher : PT. Hasba Edukasi Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71282/at-taklim.v2i7.661

Abstract

Muslims are the luckiest people because they are given grace in the form of the sending of khatim al-Anbiya', namely the Prophet Muhammad who because of the existence of all creatures on earth were created including the prophet Adam A.S. in addition to being destined to be the people of the Prophet, we are blessed with several privileges that Allah has never given to the previous servants, this is not spared because of the blessing of the Prophet Muhammad who lobbies to us. Among these privileges are the praise and reward of Allah for carrying out His commands, amar ma'ruf nahi munkar and believing in Allah is the key to getting his reward as "Khoiroh Ummah" because these three are principles that are upheld by Allah for this ummah in forming Ukhuwah Islamiyah. This research is classified as Library Research because it uses data in a descriptive analytical manner. The research style of Tafsir Ibn Kathir has a suitable method to be used as the main source in revealing the secrets of the verses of the Qur'an which tell that the people of the prophet Muhammad are the best people, The results of this research show that Ibn Kathir's interpretation has an objective explanation in interpreting Ali Imron:110, namely the existence of amar ma'ruf nahi munkar as well as faith in Allah as the cause of being given the title "the best of the people".
Tawkil Wali Perkawinan Masyarakat Pesantren Perspektif Fenomenologi Alfred Schutz Nurcholis, Moch.; Massaid, Achmad Zaki
Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah Vol. 6 No. 2 (2025): Juli
Publisher : Lembaga Penerbitan Jurnal Ilmiah Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menganalisis praktik tawkil wali dalam masyarakat pesantren menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz. Fokus kajian diarahkan untuk mengungkap motif-motif yang melatarbelakangi tindakan menyerahkan hak wali kepada Kiai dalam pernikahan santri. Dengan menggunakan kategori because motive dan in-order-to motive yang dikembangkan Schutz, artikel ini menunjukkan bahwa praktik tersebut tidak semata-mata tindakan legal-formal, melainkan mengandung makna sosial dan religius yang mendalam. Dalam komunitas pesantren, Kiai bukan sekadar tokoh agama, tetapi juga figur spiritual yang menjadi pusat otoritas moral dan sosial. Oleh karena itu, praktik menyerahkan wali kepada Kiai saat akad nikah tidak hanya bertumpu pada argumentasi fikih yang membolehkan, tetapi juga dibangun atas kesadaran sosial dan relasi kultural antara santri dan Kiai. Melalui pendekatan Schutz, praktik ini dianalisis dari dua sudut pandang: motif masa lalu yang membentuk tindakan sekarang (because motive), seperti tradisi penghormatan kepada Kiai dan pengalaman hidup di pesantren, serta motif ke depan (in-order-to motive), seperti harapan mendapat berkah, penguatan relasi spiritual, dan penciptaan kesakralan dalam prosesi pernikahan. Temuan menunjukkan bahwa tindakan tawkil wali memiliki makna simbolik yang kuat sebagai ekspresi kesalehan, ketundukan, dan harapan atas masa depan rumah tangga yang diridlai secara spiritual. Kajian ini merekomendasikan agar pemahaman terhadap praktik hukum keagamaan di komunitas muslim tradisional selalu mempertimbangkan dimensi subjektif dan sosial dari pelakunya.