Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Pengaruh Perbedaan Warna Pigmen Beras Organik terhadap Aktivitas Antioksidan Paini Sri Widyawati; Anita Maya Suteja; Thomas Indarto Putut Suseno; Pricilia Monica; William Saputrajaya; Christian Liguori
agriTECH Vol 34, No 4 (2014)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.214 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9434

Abstract

Organic Rices, such as Jasmine variety white organic rice, Saodah variety red organic rice, and Java variety black organic rice, are many cultivated by farmer in Indonesia, especially Sleman area, DI Yogyakarta. The potency of three varieties of organic rice as antioxidant source hasn’t been studied. Therefore this research was done to know the effect of pigment color difference in three varieties of organic rice on antioxidant activity, especially 1,1-diphenyl-2- pycrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging activity and ion reducing power. The results showed that Saodah variety red organic rice had the highest antioxidant potency because it had the highest total phenol and total flavonoid, 37.93 mg GAE/g sample dry base and 0.85 mg CE/g sample dry base, respectively. However Saodah variety red organic rice had total anthocyanin lower than that of Java variety black organic rice, 0.0025 mg/g sample dry base and 0.024 mg/g sample dry base, respectively. Anthocyanin compounds identified in three varieties of organic rice were cyanidine-3-glucoside at 32 minute time retention and peonidine -3-glucoside at 37 minute time retention. 1,1-diphenyl-2-pycrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging activity and ion reducing power of Saodah variety red organic rice were the highest, 0.90 mg equivalent vitamin E/g sample dry base and 278.28 mg equivalent vitamin E/g sample dry base, respectively. ABSTRAKBeras organik, meliputi beras putih varietas Jasmine, merah varietas Saodah, dan hitam varietas Jawa, banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia, terutama daerah Sleman, D.I. Yogyakarta. Potensi ketiga jenis beras tersebut sebagai sumber antioksidan belum banyak dikaji. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pigmen pada ketiga jenis beras organik tersebut terhadap aktivitas antioksidan, khususnya kemampuan menangkap radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrasil (DPPH) dan mereduksi ion besi. Hasil menunjukkan bahwa beras organik merah varietas Saodah paling berpotensi sebagai sumber antioksidan. Hal ini ditunjukkan dengan total fenol dan total flavonoid beras merah tertinggi dibandingkan kedua beras yang lain, masing-masing sebesar 37,93 mg GAE/g sampel db dan 0,85 mg CE/g sampel db. Meskipun beras organik merah mempunyai total antosianin (0,0025 mg/g sampel db) lebih rendah dari beras organik hitam (0,024 mg/g sampel db). Jenis senyawa antosianin yang terdeteksi pada ketiga jenis organik ini adalah sianidin-3-glukosida yang terdeteksi pada waktu retensi 32 menit dan peonidin-3-glukosida dengan waktu retensi 37 menit. Kemampuan menangkap radikal bebas DPPH dan kemampuan mereduksi ion besi beras organik merah tertinggi, masing-masing sebesar 0,90 mg ekuivalen vit E/g sampel db dan278,28 mg ekuivalen vit E/g sampel db.
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Kalsium Laktat Terhadap Sifat Fisikokimia Dan Organoleptik Sereal Sarapan Beras Hitam Pisang Kepok Merah Kevin Christanto; Thomas Indarto Putut Suseno; Ignasius Radix Astadi Praptono Jati
Praxis : Jurnal Sains, Teknologi, Masyarakat dan Jejaring Vol 2, No 1: September 2019
Publisher : Soegijapranata Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/praxis.v2i1.1922

Abstract

Abstract Black rice (Oryza sativa L. indica) is one of the varieties of rice that grow in Indonesia. Black rice for now still very rarely used in the processing of food products. The addition of red kepok banana (Musa paradisiaca L.) in breakfast cereals serves as the utilization of local materials Indonesia is still very rarely used for processed food products as well as the taste and aroma of the breakfast cereal. The ability to absorb water is an important parameter in breakfast cereal products. Ca2+ ions from calcium lactate can interact with cereal starch granules and affects the starch gelatinization. The concentration of calcium lactate were studied were at 0%; 0.1%; 0.2%; 0.3%; 0.4%; 0.5%; and 0.6%. The test results will be analyzed using ANOVA test with α = 5% to determine whether there is a significant difference due to the treatment. If there is a significant difference because of the treatment, the analysis is continued with DMRT. The results showed that there was an effect of difference of Ca-lactate addition to physicochemical and organoleptic characteristics. The result of rehydration rate test of temperature 300C has range 0,1495 - 0,2812 g water / second, temperature 400C 0,1754 - 0,3261, temperature 500C 0,2216 - 0,4552, temperature 600C for 0.7093 - 0.2812, temperature 700C for 0.3862 - 1.1039, temperature 800C for 0.4162 - 0.3290. The water absorpsion of 113,79%-167,28%; capacity water activity (aw) 0,36-0,49; and the colour conclusion is red purple. The best and lowest Ca-lactate usage level from organoleptic test is 0,5% and 0,2%. The total anthocyanin concentration of 0.5% was 0.2026 and 0.0845 0.2%. Antioxidant activity of 0.5% concentration was 88.24% and 89.83 for 0.2%. Beras hitam (Oryza sativa L. indica) merupakan salah satu varietas beras yang banyak tumbuh di Indonesia. Beras hitam saat ini masih jarang digunakan dalam pengolahan produk pangan. Padahal, beras hitam memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penambahan pisang kepok merah (Musa paradisiaca L.) dalam sereal sarapan berfungsi sebagai pemanfaatan bahan lokal Indonesia dan juga sebagai pemberi rasa dan aroma pada sereal sarapan. Kemampuan menyerap air merupakan parameter yang penting dalam produk sereal sarapan. Ion Ca2+ dari Ca-laktat dapat berinteraksi dengan granula pati serealia sehingga mempengaruhi gelatinisasi pati. Gelatinisasi pati sendiri dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dan organoleptik sereal sarapan. Konsentrasi kalsium laktat yang diteliti adalah sebesar 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; 0,5%; dan 0,6%. Hasil pengujian akan dianalisis dengan ANOVA pada α = 5% untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata. Bila terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji pada DMRT. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh perbedaan penambahan Ca-laktat terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik. Hasil pengujian laju rehidrasi suhu 300C memiliki rentang 0,1495 - 0,2812 g air/detik, suhu 400C sebesar 0,1754 - 0,3261 g air/detik, suhu 500C sebesar 0,2216 - 0,4552 g air/detik, suhu 600C sebesar 0,7093 - 0,2812 g air/detik, suhu 700C sebesar 0,3862 - 1,1039 g air/detik, suhu 800C sebesar 0,4162 - 0,3290 g air/detik. Daya serap air sebesar 113,79%-167,28%, aktivitas air sebesar 0,36-0,49, dan kesimpulan pengujian warna adalah merah keunguan. Perlakuan terbaik dan terendah penambahan Ca-laktat dari pengujian organoleptik adalah 0,5% dan 0,2%. Total antosianin konsentrasi 0,5% sebesar 0,2026 dan 0,0845 untuk konsentrasi 0,2%. Aktivitas antioksidan konsentrasi 0,5% sebesar 88,24% dan 89,83 untuk 0,2%.
Perbaikan Produksi dan Pengemasan Produk Minuman pada Kelompok Usaha Minuman Tradisional di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya Ignatius Srianta; Chatarina Yayuk Trisnawati; Ira Nugerahani; Thomas Indarto Putut Suseno; Susana Ristiarini
ABDINE: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): ABDINE : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52072/abdine.v4i1.758

Abstract

Kelompok usaha minuman tradisional di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya sudah memproduksi dan memasarkan berbagai produk minuman tradisional. Namun, kelompok usaha tersebut mengalami berbagai permasalahan. Produksi dilakukan menggunakan cara dan peralatan yang sangat sederhana serta kemasan produk yang digunakan kurang menarik. Kegiatan ABDIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki produksi dan pengemasan produk minuman yang dilakukan oleh kelompok usaha tersebut. Upaya perbaikan produksi dan pengemasan produk minuman pada kelompok usaha minuman tradisional tersebut dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan. Pada pelatihan teknologi pengolahan minuman mencakup praktek pengolahan yang termasuk penggunaan peralatan proses yang lebih baik dan higienitas dan sanitasi yang baik. Setelah kegiatan pelatihan, kelompok usaha yang menerapkan hasil pelatihan tersebut pada usahanya, dilakukan pendampingan. Keberhasilan kegiatan dievaluasi melalui peningkatan pengetahuan mitra meningkat pada aspek produksi dan pengemasan dari skor 42,33 menjadi 86,83. Omzet meningkat dari sebelumnya Rp. 1.250.000,- dan sesudah kegiatan berakhir menjadi Rp. 1.500.000,-. Higienitas selama produksi meningkat terlihat dari ruangan, peralatan dan personil menjadi lebih baik. dan pengemasan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya tanpa label kemasan, selanjutnya menggunakan label kemasan. Informasi pada label kemasan yang sebelumnya hanya nama produk saja, selanjutnya informasi menjadi lebih lengkap.
IMPLEMENTASI KONSEP JOINT COST UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI SAWI KUALITAS RENDAH PADA KWT MAWAR DI MONDOROKO, BANJARARUM, SINGOSARI, KAB. MALANG Rachmawati, Dyna; Joewono, Andrew; Suseno, Thomas Indarto Putut; Anggorowati, Adriana Anteng; Palit, Wilthy Clinton Freinadementz; Laiman, Sean Jonathan; Malehere, Mario Marvin Putra
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 9 No 1 (2025): JANUARI - JULI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v9i1.5596

Abstract

Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar mempunyai usaha utama adalah petani sawi pokcoy. Hasil panen sawi pokcoy sebanyak 2,5 ton setiap bulannya. Namun kurang lebih 0.03% dari hasil panen setiap bulannya mempunyai kualitas rendah, sehingga sawi-sawi tersebut dijual dengan harga di bawah pasar atau dibuang oleh petani. Salah satu anggota KWT pernah memproses sawi menjadi bahan olahan pangan lainnya seperti kue talam, putu ayu, dan mie ayam. Produk olahan mie ayam yang mendapat respon baik di pasar. Namun mie ayam yang siap dikonsumsi ini tidak tahan lama karena mie nya basah. Permasalahan yang dihadapi oleh KWT Mawar adalah pemrosesan sawi lebih lanjut dan mie basah yang tidak tahan lama. Solusi yang ditawarkan adalah memproduksi mie sawi sehat sesuai standar gizi dan pangan dalam kondisi kering. Pelaksanaan abdimas ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Hasil pelaksanaan kegiatan abdimas ini mampu memberikan solusi atas permasalahan KWT Mawar yaitu 1) sawi kualitas rendah dapat diproses lebih lanjut menjadi mie sawi sehingga mampu meningkatkan nilai ekonominya, dan 2) mie sawi basah dapat diproses menjadi mie sawi kering sehingga cakupan pemasarannya menjadi lebih luas. Selain itu, kegiatan abdimas ini juga mampu meningkatkan produktivitas mie sawi yang semula 10 pack menjadi 60 pack atau 5 kali lipat. Dan peningkatan produktivitas ini mampu memberikan tambahan penghasilan sebesar Rp 161.400 dari penjualan mie kering sebesar 60 pack.
PELATIHAN PENGEMBANGAN PRODUK DAN PENGOLAHAN PASCA PANEN BIJI KOPI SINGLE ORIGIN BAGI KELOMPOK TANI DESA KUCUR, KABUPATEN MALANG Wibowo, Wahyudi; Budianta, Tarsisius Dwi Wibawa; Suseno, Thomas Indarto Putut; Kristyanto, Visi Saujaningati; Skalastika, Brigita Rambu; Andriani, Angelica; Andreas, Stefanie Lorily; Banua, Agnes Caroline; Juanda, Keiko Zefanya
Jurnal Abdi Insani Vol 11 No 4 (2024): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v11i4.2022

Abstract

Malang Regency is known as one of the coffee agro-industry centers in East Java, where most of the coffee bean production in this area is produced by small-scale farmers. One of them is a coffee farmer community in the Kucur Village who belongs to the Republik Tani Mandiri (RTM) farmer group. The farmers' lands in Kucur Village are located on the slopes of Mount Kawi, at an altitude of 850-1,000 mdpl. The climate and fertile soil conditions in the area meet the requirements for coffee cultivation, especially for the Arabica type. The challenge of coffee development in Kucur Village lies in the fact that the produced coffee beans product (green beans) has not yet met high quality standards, necessitating the improvement of post-harvest processing techniques or further processing the beans into ground coffee to achieve a higher added value. This community service program aims to provide training and mentoring on standard post-harvest coffee bean processing techniques. The program was conducted in a participatory manner, beginning with the alignment of common goals and expectations with our farmer group counterpart. Then we continued with training on sorting, fermentation, drying, and storage techniques, which includes practical exercises. The farmer group counterparts' processing unit serves as the location for the training. The next stage is to provide assistance and evaluate the results of the training through testing the quality and taste of the Arabica coffee beans produced. There were four samples tested, each representing a different processing technique. Based on the results of the coffee bean quality test, all samples were met the criteria of Grade 1, or premium beans. Meanwhile, the cupping test results showed that all samples are scored above 80 points, indicating their classification as specialty coffee. These results suggest that the coffee beans has the potential to be developed as single origin coffee products, in the effort to enhance the economic value and welfare of the RTM coffee farmers.
Sifat Fisikokimia, Antioksidan, dan Sensori Infusa Herbal Daun Beluntas (Pluchea indica Less) dengan Penambahan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam): Physicochemical, Antioxidant, and Sensory Properties of Herbal Infusion of Pluchea indica Less Leaf with Moringa oleifera Lam Leaf Addition Widyawati, Paini Sri; Suseno, Thomas Indarto Putut; Budianta, Tarsisius Dwi Wibawa; Dyancandra, Gabriella Natasha; Nayottama, Ignasius Pamudji Anggaraksa
JURNAL AGROTEKNOLOGI Vol. 18 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/j-agt.v18i2.46673

Abstract

Pluchea (Pluchea indica Less) leaf powder about 2 grams that was brewed in hot water at 95oC for 5 minutes resulted in herbal infusion with the highest panelist acceptance but low antioxidant activity compared to the other proportions in previous research. So that, it is necessary to add other herbs to increase antioxidant activity, i.e. moringa (Moringa oleifera Lam). This research aimed to determine the effect of moringa (Moringa oleifera Lam) leaves powder proportion to physicochemical, antioxidant, and sensory properties on pluchea (Pluchea indica Less) leaf powder infusion. The design of the research was a randomized block design (RBD) with a single factor, i.e. the proportions of pluchea and moringa leaves powder consisting of 7 treatment levels [100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, and 40:60 (%w/w) respectively]. The result showed that the proportion of moringa leaves powder significantly influenced the physicochemical and sensory properties of infusion. The higher proportion of pluchea leaf powder caused the increasing of moisture content, pH, lightness (L*), redness (a*), yellowness (b*), hue (oh), and chroma (C), but the decreasing of total acid and turbidity of pluchea leaf powder infusion. The improvement of pluchea leaf powder proportion significantly reacted on the bioactive compounds and antioxidant activities. The highest of the bioactive compounds and antioxidant activities were had of pluchea leaves powder infusion at 100:0 (%w/w) proportion of moringa leaves. Based on sensory analysis, the best treatment of pluchea leaf powder infusion was obtained at pluchea and moringa leaves proportion at 90:10 (%w/w) with 1.04 score. In the future, this formulation can be used as an alternative of herbal drink.  Keywords: infusion, leaf powder, physicochemical, pluchea indica less, sensory
Co-Authors ., Lynie A., Kevin Oktajaya L. Adriana Anteng Anggorowati Andreas, Stefanie Lorily Andrew Joewono, Andrew Andriani, Angelica Andriani, Timara Angkadjaja, Anita Anita Maya Suteja Ann, Kho Chin Anna Ingani Widjajaseputra Banua, Agnes Caroline Budoyo, Edwin Aleksander Septian Chatarina Yayuk Trisnawati Chrisella, Angela Christian Liguori Dian I Y Ribka Stefanie Wongso, Paini Sri Widyawati, Tarsisius D B Fenny A K, Evelyn L W, Dian I Y Dyancandra, Gabriella Natasha Dyna Rachmawati Erlienawati, Tabitha Christina Febriani, Veronika Devina Fransisca, Ina Maria Gani, Yohana Fransisca Handoyo, Alvina Heveni, Enjela Ignatius Srianta Ira Nugerahani Jati, Ignasius Radix A.P. Jaya, David Putra Jaya, Yohan Adi Jeremiah, Chris Saphyra Josopandojo, Brigitta Juanda, Keiko Zefanya Karjo, Stefani Karin Kevin Christanto Kristyanto, Visi Saujaningati Kusuma, Theodora Dessryna Kuswardhani, Indah Laiman, Sean Jonathan Malehere, Mario Marvin Putra Nayottama, Ignasius Pamudji Anggaraksa Netty Kusumawati Novitasari, Melinda Paini Sri Widyati Palit, Wilthy Clinton Freinadementz Pradnyasari, Ida Ayu Putu Ratih Pricilia Monica Ristiarini, Susana Samantha, Kezia Setijawati, Erni Setijawati, Erni Setijawaty, Erni Sinaga, Gede Tuahta Sisean Marojohan Siswanto, Catharina Jenny Swanthika Skalastika, Brigita Rambu Soebroto, Janice Utami Sunyoto, Ronny Kusuma Susana Ristiarini Susilo, Ivone Sutarjo Surjoseputro, Sutarjo Tarsisius Dwi Wibawa Budianta Tejosaputro, Karina Theresia Intan Utomo, Adrianus Rulianto Wahyudi Wibowo Widoeri, Theresia Endang William Saputrajaya Yahya, Ellen