Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Masa Keemasan pada Seni dan Arsitektur Masa Daulah Abbasiyah Sri Hastuti; Hanifa Rahmatunnisa; Aidil Fitra Lubis; Achmad Maftuh Sujana
Akhlak : Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Filsafat Vol. 2 No. 3 (2025): Juli : Akhlak : Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Filsafat
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Pendidikan Agama dan Filsafat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/akhlak.v2i3.903

Abstract

Islam after the death of the Prophet Muhammad SAW experienced a golden age. The peak of this glory was not seen from the size of its territory, but from the progress of various sectors such as art, culture, building architecture, and education. All of this success was achieved during the Abbasid Dynasty. This dynasty was different from the previous empire, namely the Umayyad, which focused more on expanding the territory of da'wah. In this short and simple article, the development of art, especially architecture, during the Abbasid Dynasty is discussed, which is one indicator of the progress of the Baghdad Caliphate. Architecture is the work of an architect designed to build spaces in a building with certain functions and purposes. The royal palace building is an architectural design that is formed according to the development of the times and contains certain meanings in each of its arrangements. This article aims to explain the architectural style of the Abbasid Caliphate palace, including its types and the influence of other architectural styles in its construction. The method used is a literature study (library research) by collecting data from various relevant literature. The results of this writing are expected to provide a general description of the characteristics of palace architecture during the Abbasid Dynasty.
Kiprah Suryani Thahir dalam Pemberdayaan Perempuan Betawi melalui Majelis Taklim (1970–2006) Muhammad Rafli Zakaria; Achmad Maftuh Sujana
Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol. 7 No. 7 (2025): RESLAJ: Religion Education Social Laa Roiba Journal
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/reslaj.v7i7.8695

Abstract

This article examines the role and contributions of Ustadzah Suryani Thahir in empowering Betawi women through Majelis Taklim (Islamic study groups) in South Jakarta between 1970 and 2006. The study employs historical research methodology, consisting of five main stages: topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. Primary sources were obtained through interviews with the subject’s family members and authentic written documents, while secondary sources were collected through literature review. The findings reveal that Suryani Thahir played a dual role as both a religious preacher and a social mobilizer, actively guiding women in religious, educational, and self-development matters. The Majelis Taklim she led served as a strategic platform for Betawi women to gain religious knowledge and expand their social roles amid the dynamics of an urban society. This study highlights the significance of local female figures in the socio-religious history of Jakarta, particularly in elevating the position of women in public spaces through cultural and religious approaches.
KOMITMEN NAHDATUL ULAMA TERHADAP ISU PALESTINA: DARI ERA KOLONIAL SAMPAI KONTEMPORER Abel Octavia Suman; Heni Fitrotul Zulhizah; Dea Safitri; Achmad Maftuh Sujana
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 5 (2025): MEI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membahas komitmen Nahdlatul Ulama (NU) terhadap isu Palestina dari era kolonial hingga era kontemporer. Sejak awal berdirinya pada 1926, NU telah menunjukkan perhatian terhadap perjuangan rakyat Palestina sebagai bagian dari solidaritas keumatan dan kemanusiaan. Sikap NU terhadap Palestina pertama kali tampak secara resmi pada 12 November 1938, ketika Ketua Umum PBNU Mahfudz Shiddiq menyerukan dukungan terhadap rakyat Palestina yang mengalami penindasan oleh Zionisme. Komitmen ini terus berlanjut dan berkembang dalam konteks sosial-politik Indonesia yang dinamis, mulai dari masa Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi. Dalam perspektif NU, negara memiliki kewajiban fakultatif untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan, termasuk dalam merespons isu kemanusiaan global. NU mengedepankan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyyah, prinsip musawwah (kesetaraan), dan nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam merespons konflik Palestina. Di era kontemporer, NU menyesuaikan strategi perjuangannya dengan konteks global melalui diplomasi, penelitian, kolaborasi lintas organisasi, dan narasi perdamaian berbasis nilai-nilai tradisional. Kajian ini menunjukkan bahwa NU tidak hanya konsisten, tetapi juga adaptif dalam memperjuangkan keadilan bagi Palestina sepanjang sejarahnya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan historis, yang bertujuan untuk pemahaman yang komprehensif mengenai komitmen nahdatul ulama mengenai isu-isu palestina dari era kolonial sampai era kontemporer.
Integrasi Nilai-Nilai Sejarah Dan Hukum Dalam Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib Muhamad Rezky; Nadiyatu Rahmah; Nafisa Dwi Suryaningtias; Desty Malika; Achmad Maftuh Sujana
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 5 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i5.2514

Abstract

Penelitian ini membahas integrasi nilai-nilai sejarah dan hukum dalam kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib, salah satu tokoh utama dalam sejarah Islam yang dikenal karena komitmennya terhadap keadilan dan kebenaran. Melalui metode studi literatur (library research) dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, penelitian ini menelaah bagaimana Ali menggabungkan nilai-nilai sejarah kenabian dengan prinsip hukum Islam dalam sistem pemerintahannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Ali menegakkan keadilan hukum tanpa diskriminasi, menerapkan prinsip syura (musyawarah), dan menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Integrasi antara sejarah dan hukum tersebut melahirkan tatanan pemerintahan yang berlandaskan moralitas, kejujuran, dan kesetaraan sosial. Nilai-nilai hukum Ali tetap relevan di era modern karena sejalan dengan prinsip rule of law, pemerintahan yang bersih, dan perlindungan hak asasi manusia
Peran sosial perempuan pada zaman Rasulullah SAW hingga zaman modern Khoirul Anisa; Achmad Maftuh Sujana; Latifah Fitria; Nailah Rahmania; Hailala Najwa Isba
Journal of Education, Cultural and Politics Vol. 5 No. 3 (2025): Thirteenth Edition
Publisher : Departemen Ilmu Sosial Politik Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas peran sosial perempuan dalam Islam dari zaman Rasulullah SAW hingga era modern dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi pustaka. Fokus kajian diarahkan pada perubahan kedudukan perempuan, kontribusinya dalam dakwah, pendidikan, dan aktivitas sosial keagamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak masa awal Islam, perempuan telah memiliki peran strategis dalam membangun moral dan intelektual masyarakat, sebagaimana ditunjukkan oleh Siti Khadijah dan Aisyah R.A. Di Indonesia, peran tersebut dilanjutkan oleh tokoh-tokoh seperti Nyai Nur Chadijah dan Siti Walidah Ahmad Dahlan melalui pendidikan dan pemberdayaan umat. Pada era modern, perempuan tampil sebagai pendakwah dan pendidik yang memanfaatkan teknologi digital dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, peran sosial perempuan dalam Islam bersifat dinamis dan terus berkembang sesuai kebutuhan zaman, namun tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam.
Kajian historis etika kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Peradaban Intelektual Islam Nasywa Khairunnisa; Achmad Maftuh Sujana; Riffati Hikmi Mori; Azwa Naila Fath; Hanifara Dyasti Rahayu
Journal of Education, Cultural and Politics Vol. 5 No. 3 (2025): Thirteenth Edition
Publisher : Departemen Ilmu Sosial Politik Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara historis etika, moral, dan intelektual kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam konteks pembentukan peradaban Islam awal. Melalui pendekatan kualitatif berbasis studi literatur, penelitian ini menelusuri nilai-nilai kepemimpinan yang tercermin dalam prinsip keadilan sosial, kejujuran politik, dan kebijaksanaan hukum, serta dimensi moral seperti keberanian, keikhlasan, dan integritas diri. Hasil kajian menunjukkan bahwa Khalifah Ali memadukan kekuatan akal, spiritualitas, dan moralitas dalam mengelola pemerintahan, menjadikannya model kepemimpinan yang berorientasi pada kebenaran dan kemaslahatan umat. Nilai-nilai tersebut tetap relevan untuk diterapkan pada sistem pemerintahan modern, pendidikan karakter, dan pengembangan peradaban intelektual kontemporer. Dengan demikian, kepemimpinan Ali bin Abi Thalib menjadi simbol harmonisasi antara ilmu, iman, dan akhlak sebagai dasar kemajuan peradaban Islam.
Pengaruh model pendidikan terpadu Masjid Nabawi terhadap pembentukan karakter generasi pertama muslim Sabila Sofiannisa; Achmad Maftuh Sujana; Najmudin; Leni Amelia; Seliyana Heryani; Muhammad Eka Anwaril Ikhsan
Journal of Education, Cultural and Politics Vol. 5 No. 3 (2025): Thirteenth Edition
Publisher : Departemen Ilmu Sosial Politik Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji secara sistematis bukti-bukti empiris mengenai model pendidikan terpadu yang diterapkan di Masjid Nabawi oleh Nabi Muhammad ﷺ serta pengaruhnya terhadap pembentukan karakter generasi pertama Muslim (para Sahabat). Dengan menggunakan pendekatan tinjauan sistematis, penelitian ini menganalisis sumber-sumber Islam klasik, karya ilmiah kontemporer, dan studi-studi historis untuk mengidentifikasi komponen-komponen utama pendidikan yang dipraktikkan di Masjid Nabawi, meliputi pendidikan spiritual, pengembangan intelektual, pelatihan moral, pemberdayaan sosial, dan pembentukan kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran terpadu yang menggabungkan bimbingan spiritual, pendampingan (mentorship), keteladanan Nabi, serta keterlibatan komunitas secara signifikan membentuk para Sahabat menjadi generasi yang memiliki integritas kuat, ketangguhan, kepedulian, dan kemampuan kepemimpinan strategis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model Masjid Nabawi tetap relevan bagi pendidikan Islam modern dan menawarkan kerangka holistik untuk program pembinaan karakter.
PERAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DALAM MEMBANGUN PEMERINTAHAN ISLAM Ira Septi Sulistiana; Achmad Maftuh Sujana; Illa Rohillah; Lilis Sulistiani; Anisa Fitriani
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the role of Caliph Umar ibn al-Khattab in building the Islamic government through a historical approach and descriptive analysis of the strategic policies he implemented. The research highlights how Umar developed a systematic administrative structure by establishing the diwan, organizing territorial divisions, and appointing governors based on strict standards of integrity. It also explores Umar’s economic reforms, including tax management, the development of the baitul mal, and the regulation of conquered lands aimed at promoting public welfare. Furthermore, this study discusses his contributions to military organization, contextual legal reforms, and social policies that protected vulnerable groups within society. The findings indicate that Umar ibn al-Khattab successfully laid the foundation for a strong, stable, and sustainable Islamic government, providing a governance model that remains relevant for modern administrative systems.
“Ritual 12 Mulud Golok Ciomas: Akulturasi Islam dan Tradisi Lokal” Siti Imeliya; Heni Fitrotul Zulhizah; Sri Hastuti; Sofiatunnaziah; Ratna Sari; Achmad Maftuh Sujana
ARIMA : Jurnal Sosial Dan Humaniora Vol. 3 No. 2 (2025): November
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/arima.v3i2.6302

Abstract

Golok Ciomas merupakan salah satu warisan budaya takbenda khas Banten yang mengandung nilai sejarah, filosofi, dan sosial yang signifikan. Lebih dari sekadar alat atau senjata tradisional, golok ini merefleksikan identitas, kehormatan, serta simbol perlawanan masyarakat terhadap kekuatan kolonial. Penelitian ini bertujuan menelusuri sejarah dan asal-usul Golok Ciomas, mengkaji makna filosofis “kekuatan genggaman” yang meliputi aspek fisik, mental, dan spiritual, serta menguraikan kedudukan golok sebagai lambang kehormatan dalam struktur sosial masyarakat Banten. Selain itu, penelitian juga mencoba memetakan perubahan fungsi Golok Ciomas pada era kontemporer dan membandingkannya dengan berbagai senjata tradisional dari Nusantara maupun luar negeri.  Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan perspektif etnografi budaya. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, serta melibatkan museum, pasar tradisional, dan festival budaya sebagai sumber data tambahan. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan para empu, tokoh masyarakat, budayawan, dan generasi muda, serta studi literatur. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan semiotika dan antropologi simbolik, dengan validitas yang diperkuat melalui triangulasi sumber, metode, dan teori.  Hasil penelitian mengungkap bahwa Golok Ciomas memiliki garis sejarah panjang sejak zaman Kesultanan Banten, dan seiring waktu beralih fungsi dari alat pertanian serta senjata perlawanan menjadi artefak budaya sekaligus komoditas dalam industri ekonomi kreatif. Filosofi “kekuatan genggaman” mencerminkan nilai holistik yang menyatukan unsur jasmani, pikiran, dan spiritualitas, sambil menegaskan posisi golok sebagai simbol kehormatan serta solidaritas sosial. Penelitian ini menekankan pentingnya upaya pelestarian Golok Ciomas melalui kolaborasi antara empu, masyarakat, pemerintah, dan kalangan akademisi agar warisan budaya ini tetap hidup dan bermakna sebagai bagian dari identitas nasional. 
PERAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DALAM MEMBANGUN PEMERINTAHAN ISLAM Ira Septi Sulistiana; Achmad Maftuh Sujana; Illa Rohillah; Lilis Sulistiani; Anisa Fitriani
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the role of Caliph Umar ibn al-Khattab in building the Islamic government through a historical approach and descriptive analysis of the strategic policies he implemented. The research highlights how Umar developed a systematic administrative structure by establishing the diwan, organizing territorial divisions, and appointing governors based on strict standards of integrity. It also explores Umar’s economic reforms, including tax management, the development of the baitul mal, and the regulation of conquered lands aimed at promoting public welfare. Furthermore, this study discusses his contributions to military organization, contextual legal reforms, and social policies that protected vulnerable groups within society. The findings indicate that Umar ibn al-Khattab successfully laid the foundation for a strong, stable, and sustainable Islamic government, providing a governance model that remains relevant for modern administrative systems.