Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Relationship Between Social Support And Culture Shock Among Overseas Students At Malikussaleh University Julistia, Rini; Anastasya, Yara Andita; Astuti, Widi; Maszura, Leni; Muna, Zurratul; Rahmadani, Chindy Novita
Jurnal Ners Vol. 9 No. 4 (2025): OKTOBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i4.49718

Abstract

Aceh merupakan salah satu daerah istimewa di Indonesia yang memiliki status otonomi khusus, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan culture shock pada mahasiswa rantau di Universitas Malikussaleh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik insedental sampling. Subjek penelitian ini berjumlah 338orang mahasiswa rantau di Universitas Malikussaleh. Teknik pengumpulan data menggunakan skala dukungan sosial yang terdiri dari empat puluh sembilan aitem dan skala culture shock yang terdiri dari dua puluh enam aitem. Hasil penelitian menggunakan analisis spearman’s rho dengan nilai (r)= -0,233 dengan signifikansi (P<0.000) menunjukkan terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan culture shock yang artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah culture shock, begitu sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi culture shock pada mahasiswa rantau di Universitas Malikussaleh. Hal ini bermakna bahwa mahasiswa rantau yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, teman, dan orang lain dapat membantunya agar terhindar dari hal-hal negatif serta mengatasi gejala culture shock.
Exploring the Link between Neuroticism and Work–Life Balance in High-Pressure Banking Jobs Maszura, Leni; Pratama, M. Fikri Jaka; Safitri, Yulia Nanda
Nusantara Journal of Behavioral and Social Science Vol. 4 No. 3 (2025)
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/njbss.202512443

Abstract

The banking sector is characterized by high work pressure, long working hours, and demanding performance targets, making it one of the most vulnerable industries to occupational stress and work–life imbalance. While organizational factors such as workload, supervisor support, and company policies are recognized as critical determinants of work–life balance (WLB), studies focusing on dispositional factors, particularly personality traits, remain limited. Neuroticism, as one of the Big Five personality dimensions, is strongly associated with emotional instability, anxiety, and rumination, which may hinder employees’ ability to manage competing role demands effectively. This study aims to examine the relationship between neuroticism and WLB among banking employees in Indonesia, where cultural values and organizational contexts may shape employees’ experiences differently than in Western settings. Using a quantitative correlational design, data were collected from 234 banking employees through purposive sampling. Neuroticism was measured using the Big Five Inventory, while WLB was assessed with the Work–Life Balance Scale. Pearson’s correlation analysis revealed a significant negative relationship between neuroticism and WLB (r = –.210, p < .001, 95% CI [–.320, –.090]), with a small-to-moderate effect size. These findings are consistent with global literature linking neuroticism to poor work–family outcomes, while also highlighting contextual factors that may buffer or intensify this relationship. Theoretically, this study contributes by extending the scope of WLB research to include personality-based determinants in a Southeast Asian context. Practically, the results suggest that banking organizations should design interventions such as stress management training, resilience-building programs, and flexible work arrangements to support employees with high neuroticism profiles.   Abstrak: Sektor perbankan dikenal memiliki karakteristik pekerjaan dengan tekanan tinggi, jam kerja yang panjang, serta tuntutan target yang ketat. Kondisi tersebut seringkali menimbulkan risiko stres kerja dan mengurangi kesempatan karyawan untuk menyeimbangkan peran antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Work-life balance tercapai ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan dari kedua ranah tersebut secara proporsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan neuroticism dengan work-life balance pada karyawan perbankan. Subjek dalam penelitian ini adalah pekerja di sektor perbankan yang berjumlah 234 orang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional, pengukuran variabel dilakukan menggunakan skala big-five personality dan skala-work life balance dengan format likert. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan pearson product moment correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neuroticism berhubungan negatif secara signifikan dengan work-life balance (r = -0.210, p < .001) artinya semakin tinggi neuroticism, semakin rendah work-life balance dan sebaliknya semakin rendah neuroticism maka semakin tinggi work-life balance. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah pentingnya organisasi perbankan menyediakan dukungan kerja yang memadai serta mengembangkan kebijakan work–life balance terutama bagi karyawan dengan profil neuroticism lebih tinggi.
Kepuasan Pernikahan Pasangan yang Menjalani Long Distance Marriage Marital Satisfaction Julistia, Rini; Muna, Zurratul; Anastasya, Yara Andita; Maszura, Leni; Astuti, Widi; Fissilmi, Siti Rahiel; Syahputra, Muhammad Fadillah
Jurnal Diversita Vol. 11 No. 2 (2025): JURNAL DIVERSITA DESEMBER
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v11i2.16012

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan yang menjalani long distance marriage (LDM). Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik snowball sampling, melibatkan 385 responden yang sedang menjalani LDM. Instrumen yang digunakan adalah Skala Kepuasan Pernikahan berdasarkan teori Fowers dan Olson (1993). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi (N = 49,6%), dengan aspek aktivitas bersama sebagai faktor yang dominan (61,6%) dan aspek komunikasi yang memperoleh kategori rendah (26%). Analisis berdasarkan jenis kelamin menunjukkan tingkat kepuasan pernikahan perempuan yang lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini perempuan lebih cenderung menyesuaikan diri secara emosional dan memiliki kemampuan coping yang lebih baik dalam menghadapi dinamika relasi jarak jauh. Selain itu, analisis berdasarkan lama LDM menunjukkan responden yang menjalani LDM lebih dari lima tahun memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi dibandingkan kelompok lainnya, hal ini didukung oleh komitmen yang kuat, kemampuan adaptif, serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah bersama. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hubungan dapat terjaga meskipun secara fisik terpisah.