Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) RAWAT INAP DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI BALI Ni Putu Aryati Suryaningsih; Putu Eka Arimbawa; Ni Putu Wintariani; Dewi Puspita Apsari
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.433

Abstract

Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki risiko mengalami masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan jenis terjadinya DRPs pada pasien PGK stage 3,4, dan 5 rawat inap di sebuah Rumah Sakit di Bali serta mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya DRPs. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan dengan dua pendekatan yang berkesinambungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kuantitatif dilakukan secara observasional dan tahap kualitatif melalui wawancara dengan tenaga kesehatan. Sebanyak 58 pasien yang diikuti secara prospektif, yang kemudian dikelompokkan ke dalam stage 3, 4 dan 5. DRPs tersering adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebanyak 68,39% dan penyebab (causes) tersering adalah terkait pemilihan dosis sebanyak 38,55% dan terkait dengan asuransi sebesar 5,16%. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya DRPs yaitu kebijakan, ketersediaan obat, komunikasi, keterbatasan sumber daya, error atau kesalahan tidak disengaja, pengetahuan dan persepsi terhadap outcome. DRPs yang paling sering terjadi adalah (ROTD) dengan penyebab yang paling sering pemilihan dosis selain itu disebabkan karena pemilihan obat, bentuk sediaan obat dan proses penggunaan obat. Perlunya adanya farmasi di ruangan yang bertugas untuk melihat terapi dan obat-obatan yang diterima pasien.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK SWAMEDIKASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL Dewi Puspita Apsari; Made Krisna Adi Jaya; Ni Putu Wintariani; Ni Putu Aryati Suryaningsih
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v6i1.780

Abstract

Swamedikasi bila dilakukan secara irasional dapat menimbulkan masalah seperti efek samping obat. Hal tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, dimana hal tersebut terwakilkan dari pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap dan praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi di Universitas Bali Internasional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Instrumen kuisioner yang mengandung 20 pertanyaan digunakan pada penelitian. Data dianalisis menggunakan SPSS (21.0). Chi-square test digunakan untuk membandingkan distribusi proporsi tiap kelompok sampel. Prevalensi swamedikasi antara mahasiswa Farmasi (77,4%) dan Non-Farmasi (40,4%) berbeda signifikan (p=0,000). Pengetahuan dan Praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Non-Farmasi. Gejala flu merupakan indikasi obat yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi (43,1%). Mahasiswa Non-Farmasi (24,8%) signifikan (p=0,001) lebih tinggi menganggap penggunaan antibiotika aman untuk swamedikasi dibandingkan mahasiswa Farmasi (5,1%). Terdapat perbedaan signifikan lebih tinggi pengetahuan dan praktik swamedikasi pada mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi.
GAMBARAN BIAYA PASIEN UMUM RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM ARI CANTI PERIODE TAHUN 2017 Fitria Megawati; Herleeyana Meriyani; I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ni Putu Wintariani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i1.836

Abstract

Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas, prevalensinya pun akan terus meningkat serta membutuhkan biaya pelayanan yang cukup besar. Kesadaran masyarakat masih tergolong rendah untuk memiliki Asuransi Kesehatan. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui rata-rata biaya pengobatan serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi total biaya pengobatan secara statistik pada pasien rawat inap umum Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Ari Canti periode tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan melakukan pengamatan langsung dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif didasarkan pada catatan pengambilan obat yang terdapat pada Rekam Medik serta bagian keuangan. Teknik sampling yang dipakai pada penelitian ini yakni purposive sampling, dimana teknik ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yakni pasien-pasien yang memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi. Dari penelitian yang dilakukan di RSU Ari Canti Gianyar, rata-rata komponen biaya pengobatan pada pasien umum rawat inap Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Ari Canti Periode Tahun 2017 sebesar Rp. 8.615.291 dengan rata rata lama perawatan 5 hari, sedangkan faktor yang mempengaruhi total biaya pengobatan berdasarkan Uji Statistik Spearman yang memiliki korelasi bermakna hanya lama perawatan (P < 0,001) dengan kekuatan korelasi kuat dan arah korelasi positif (r = 0,774).
PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK Ni Made Oka Dwicandra; Ni Putu Wintariani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i2.856

Abstract

Tingginya kejadian swamedikasi dan banyaknya penggunaan obat yang tidak tepat dalam swamedikasi perlu menjadi perhatian. Penelitian ini bertujuan menentukan prevalensi layanan swamedikasi di Apotek, karakteristik pasien yang melakukan layanan swamedikasi, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan layanan swamedikasi di Apotek. Studi dilakukan pada 230 pasien yang melakukan pelayanan kefarmasian (layanan resep maupun swamedikasi di wilayah Denpasar dan Badung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60,4% pasien yang berkunjung ke Apotek menggunakan layanan swamedikasi. Pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi didominasi oleh pasien perempuan, pasien yang tidak hamil, tidak merokok, pasien yang menikah, tingkat pendidikan SMA, latar belakang pendidikan non kesehatan, tanpa penyakit kronis, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Sebanyak lebih dari 65% pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi memiliki tingkat keluhan penyakit yang ringan. Rata-rata umur pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi adalah 35,06 + 15,35 tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian swamedikasi di Apotek wilayah Denpasar dan Badung adalah status merokok, tingkat pendidikan pasien, latar belakang pendidikan pasien, jarak tempat tinggal, tingkat keluhan, dan harga obat (p<0,05).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESESUAIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH DENPASAR TAHUN 2017 Ni Putu Wintariani; Dewa Ayu Putu Satrya Dewi; Ni Putu Dewi Agustini
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i1.884

Abstract

Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan hal yang harus dilakukan dan menjadi perhatian pemerintah saat ini, karena pelayanan kesehatan yang baik akan mampu meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Salah satu tempat pelayanan kesehatan (kefarmasian) adalah apotek, apotek yang baik adalah apotek yang mampu memberikan pelayanan kesehatan (farmasi) yang optimal. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan tentang kesesuaian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016 di apotek wilayah Denpasar tahun 2017. Uji multivariate yang digunakan adalah uji binary logistic. Dari hasil uji multivariat didapatkan hasil kehadiran APA (Apoteker Pengelola Apotek) di apotek 0.000 (<0.005) dan Status Kepemilikan Apotek 0,004 (<0.005), sehingga dapat disimpulkan kehadiran APA di apotek dan Status kepemilikan apotek berhubungan dengan pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Sedangkan omset dengan nilai 0.039 (<0.005) tidak memiliki hubungan dengan standar pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek.
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas Lamk) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Ni Putu Wintariani; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v3i2.1034

Abstract

Daun ubi jalar mengandung flavonoid dan fenol yang mampu melindungi sel-sel tubuh dari berbagai pengaruh radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Ipomoea batatas Lamk. terhadap kadar bilirubin total serum pada tikus putih galur Wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Randomized Pre and Post Test Control Group Design. 25 ekor tikus putih jantan galur wistar dibagi menjadi 5 kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol negatif (Aquadest + CMC Na 0,5%), kelompok kontrol positif (hepamax dosis 46,9 mg/200 gramBB), kelompok perlakuan I, II dan III berturut-turut 40 mg/200 gramBB, 80 mg/200 gramBB, 160 mg/200 gramBB selama 7 hari. Pada hari ke-8 seluruh kelompok diinduksi parasetamol 378 mg/200 gramBB selanjutnya pada hari ke-10 dilakukan pengambilan darah dan pengukuran kadar bilirubin total serum. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun ubi jalar pada kelompok perlakuan dapat menurunkan kadar bilirubin total serum secara signifikan dengan nilai signifikansi 0,163 yaitu (p>0,05). Dosis ekstrak daun ubi jalar yang sebanding dengan hepamax 46,9 mg/200 gramBB/hari dalam menurunkan kadar bilirubin total adalah dosis 160 mg/200 gramBB/hari. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daun ubi jalar (Ipomoea batatas Lamk.) sebagai hepatoprotektor dengan jenis sediaan yang lain.
Persepsi Sakit dan Pemahaman Penggunaan Obat Rasional (POR) di Kota Denpasar I Putu Tangkas Suwantara; Fitria Megawati; Ni Putu Wintariani; Putu Eka Arimbawa
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 7 No 2 (2021): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.617 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v7i2.1125

Abstract

Persepsi akan memunculkan perilaku sakit dalam mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri, sehingga dapat menyebabkan pemahaman penggunaan obat menjadi tidak rasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi sakit dengan pemahaman penggunaan obat rasional di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Denpasar menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi sakit dengan pemahamam pemahaman penggunaan obat rasional (P<0.05). Persepsi sakit mengenai kondisi tubuh (36.4%) atau keadaan rasa sakit (32.4%) memiliki nilai paling besar, sedangkan pemahamm POR paling tinggi kesalahan adalah mengenai obat batuk, obat panas, obat diare tidak perlu diminum sampai habis jika gejalanya sudah hilang (50.5%) dan semua obat diminum setelah makan (26.8%). Kondisi tubuh terutama dalam hal tidak dapat melakukan aktivitas dan keluhan rasa sakit akan menyebabkan masyarakat mencari suatu pengobatan, sehingga hal ini dapat mengakibatkan pemahaman mengenai POR terutama mengenai gejala simtomatis dan penggunaan obat. Oleh karena itu, perlu pemberian informasi yang tepat tentang obat ketika masyarakat mencari pengobatan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan.
Hubungan antara Pengetahuan Pasien dan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi di Puskesmas Mengwi I Dewi Puspita Apsari; Ni Putu Wintariani
Widya Kesehatan Vol 4 No 1 (2022): Widya Kesehatan
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyakesehatan.v4i1.2805

Abstract

Latar Belakang: Kepatuhan minum obat antihipertensi yang buruk dianggap sebagai salah satu penyebab utama kontrol tekanan darah yang buruk. Meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dipercaya mampu mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas. Metode: Penelitian studi potong lintang ini melibatkan 88 pasien hipertensi usia 20-54 tahun di Puskesmas Mengwi I. Kepatuhan dan pengetahuan dinilai dengan kuesioner MMAS-8 dan HK-LS secara berturut-turut. Hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan dianalisis menggunakan Rank Spearman. Hasil : Penelitian yang dilakukan menunjukkan pasien hipertensi memiliki tingkat pengetahuan dan kepatuhan yang tinggi dengan angka 61 (69,3%) dan 40 (45,5%) secara berturut-turut. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang cukup dan signifikan antara kepatuhan dengan pengetahuan terkait penanganan medis (r=0,286; p=0,007), kepatuhan minum obat (r=0,371; p=0,000), gaya hidup (r=0,310; p=0,003) dan diet ( r=0,318; p=0,003). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi terkait penanganan medis, kepatuhan minum obat, gaya hidup dan diet merupakan determinan penting penentu kepatuhan minum obat di puskesmas.
Hubungan Peran Tenaga Kefarmasian dan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi di Apotek “X” Kota Denpasar Ni Putu Wintariani; Dewi Puspita Apsari; Ni Putu Aryanti Suryaningsih; I Putu Tangkas Suwantara; Fitria Megawati
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 8 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v8i2.4076

Abstract

Hypertension is a condition where a person's blood pressure is above normal, which is 140 mmHg systolic or 90 mmHg diastolic. Hypertension causes increased morbidity, with almost the same prevalence in developing and developed countries. In terms of medication adherence, patient awareness of treatment plays an important role. The role of family members in adherence to taking hypertension medication is very important. Support and attention from the family is one of the supporting factors, the success of hypertension treatment, so it is expected to reduce the mortality rate. Clinical pharmacy services in pharmacies are part of pharmaceutical services that are directly responsible for patients involved in dispensing. In this study, researchers tried to understand the relationship between the role of family support and the role of pharmacists in taking high blood pressure drugs at the "X" Denpasar Pharmacy. The results obtained in this study are that there is a significant and strong relationship between family support and adherence to taking antihypertensive medication in the domain of emotional support and rewards (p=0.000; r=0.75) and instrumental support (p=0.003; r=0, 52). The role of pharmacists on compliance has a strong and significant effect (p = 0.002; r = 0.64).
Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pasien Hipertensi Dan Hipertensi Dengan Diabetes Militus Di Puskesmas Selemadeg Timur II Tabanan I Made Putra Gangga; Ni Putu Wintariani; Dewi Puspita Apsari
Widya Kesehatan Vol 4 No 2 (2022): Widya Kesehatan
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyakesehatan.v4i2.3388

Abstract

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah yang tidak normal dalam pembuluh darah arteri dan terjadi secara terus menerus. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Kontrol tekanan darah dan pemilihan obat yang tepat diperlukan untuk meminimalkan angka kematian akibat hipertensi. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian non eksperimental. dimana penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif yang dilakukan secara kuantitatif dengan melihat pemberian terapi pasien Hipertensi dan Hipertensi dengan Diabetes. Penggunaan monoterapi CCB (Amlodipine) merupakan terapi yang paling sering digunakan. CCB digunakan pada pasien hipertensi sistolik lansia. Systolic Hypertension-Europe melakukan uji coba pada pada placebo terkontrol yang menunjukkan bahwa CCB dihidropyridine long-acting mengurangi resiko kejadian kardiovaskular pada hipertensi sistolik. Pasien Hipertensi dengan Diabetes penggunaan monoterapi ACEI (Captopril) merupakan terapi yang paling sering di gunakan untuk pasien hipertensi dengan DM. ACEI memiliki manfaat dalam menghambat perkembangan DM bahkan mencegah komplikasi DM pada pasien dengan hipertensi melalui mekanisme penghambatan RAAS (Renin- Angiotensin-Aldosteron System). Kontrol tekanan darah pasien hipertensi disertai DM mengalami penurunan dimana tidak terdapat pasien dengan tekanan darah stage 2. Pasien dengan Hipertensi didapati penurunan tekanan darah dimana 93% berada di bawah atau sama dengan target tekanan darah yang direkomendasikan JNC 8. Penggunaan monoterapi yang mendominasi pada pasien lansia dengan Hipertensi dan Hipertensi dengan Diabetes menunjukan adanya perbaikan tekanan darah pasien. Hal ini dikarenakan terapi yang diberikan menurut JNC 8 telah tepat sehingga target tekanan darah pasien tercapai