Pesatnya perkembangan dalam penggunaan jaringan internet perlu diimbangi dengan kesiapan kapabilitas infrastruktur jaringan dan server dalam menyediakan serta menyeimbangkan kelangsungan konektifitas dari jaringan internet tersebut. Agar kinerja jaringan internet dapat dioptimalkan, maka perlu dirancang sebuah metode yang mampu mengatasi timbulnya permasalahan seperti bandwidth low, overload dan koneksi yang lambat bahkan kendala server down. Solusinya yaitu perlu adanya manajemen bandwidth untuk mengoptimalkan jaringan internet dengan menggunakan metode dari load balancing. Namun, pada penelitian ini peneliti membandingkan metode Equal Cost Multi Path (ECMP) dan Per Connection Classifier (PCC) untuk mencari metode mana yang paling optimal. Metode pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu NDLC (Network Development Life Cycle) sebagai acuan dalam proses pengembangan dan perancangan sistem jaringan komputer. Analisis pada penelitian ini menggunakan empat parameter Quality of Service (QoS) berdasarkan standar TIPHON yaitu throughput, delay, jitter dan packet loss. Hasil pengujian parameter QoS menunjukan bahwa metode PCC lebih unggul dibandingkan dengan metode ECMP dilihat dari hasil rata-rata throughput sebesar 2368 Kbps, Packet Loss 0,17%, delay 3,36 ms dan jitter 3,37 ms. Metode PCC juga menghasilkan bandwidth yang lebih optimal dengan hasil upload sebesar 94,78 Mbps dan download sebesar 92,80 Mbps. Dari hasil pengujian QoS pada metode PCC, diperoleh nilai rata-rata parameter sebesar “3,5” yang termasuk dalam kategori index “Memuaskan” sesuai standar TIPHON. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi lembaga lain untuk mengoptimalkan jaringan internet.