MUDRA Jurnal Seni Budaya
AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal will be able to vibrate the breath of art knowledge to its audience, both academics, and professionals. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches. SCOPE MUDRA, as the Journal of art and culture, is dedicated as a scientific dialectic vehicle that accommodates quality original articles covering the development of knowledge about art, ideas, concepts, phenomena originating from the results of scientific research, creation, presentation of fine arts, performing arts and new media from researchers, artists, academics, and students covering areas of study: Performing Arts: dance, puppetry, ethnomusicology, music, theater,performing arts education, performing arts management Fine Arts: fine arts, sculpture, craft art, fine arts education,fine arts management, including new media arts Design: interior design, graphic communication design, fashion design,product design, accessories and/or jewelry design Recording Media : photography, film, television, documentary, video art, animation,game Culture : linguistic, architecture, verbal tradition, as well as other communal tradition The object of research is explored in a variety of topics that are unique, relevant, and contextual with environmental and sustainability aspects, local wisdom, humanity and safety factors. In addition to that, the topic of research needs to be original, creative, innovative, excellence, and competitive.
Articles
14 Documents
Search results for
, issue
"Vol 35 No 3 (2020): September"
:
14 Documents
clear
‘Gerak’ Pada Film Sebagai Kode Budaya Studi Kasus Film ‘Setan Jawa’ Karya Garin Nugroho: Studi Kasus Film 'Setan Jawa' Karya Garin Nugroho
Agustina Kusuma Dewi;
Yasraf Amir Piliang;
Irfansyah Irfansyah;
Acep Iwan Saidi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.826
‘Gerak’ adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai tujuan. Tranposisi kreatif ‘gerak’ pada film sebagai wahana diskursus budaya mengkonstruksi makna dengan modifikasi luas menjadi proses intersemiosis kebudayaan menjadi kode dan elemen nonlinguistik. Film ‘Setan Jawa’ karya Garin Nugroho (2016) yang menjadi studi kasus merupakan film sine-orkestra yang memunculkan dialektika di luar konvensi film dengan memisahkan bunyi menjadi berada di luar film memunculkan kode-kode kultural mencakup mitos, teologi primitif yang ditampilkan dalam wujud sebuah tatanan dunia yang dibayangkan sebuah masyarakat Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah transposisi identitas kultural dalam film ‘Setan Jawa’ melalui ‘gerak’ pada film, sebagai satu media diskursus budaya yang menurut psikoanalisis dapat memunculkan hipnotik massal kebudayaan. ‘Gerak’ menjadi kode kultural yang secara visual menawarkan paradigma baru bagi film sebagai sebuah karya seni. Metode penelitian menggunakan uji respon estetik sebagai bentuk tanggapan atas sebuah karya seni, konstruksi respon estetik sebagai indikator penelitian dikembangkan dari penelitian H. Hoege (1984), Roger Long (1979), Erving Goffman (1959); sebagai bentuk pengujian konsep ‘gerak’ atau dinamika dalam film ‘Setan Jawa’ yang merupakan unsur yang membangkitkan atau merangsang perasaan (emosi). Hasil pengujian kemudian didiskusikan menggunakan metode Focus Group, menghasilkan temuan bahwa ‘gerak’ dapat berperan sebagai kode yang bersifat intensional, sebuah kode kultural yang mengomunikasikan identitas kultural sekaligus juga menawarkan estetika lain dalam paradigma postmodern bagi penciptaan film sebagai karya seni (dan desain) di era Revolusi 4.0.
Membangun Kewirausahaan Seni Melalui Festival Dalam Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF)
Neneng Yanti Khozanatu Lahpan;
Bunga Dessri Nur Ghaliyah
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.876
Wirausaha seni, khususnya di bidang seni pertunjukan, menjadi hal penting dalam kaitan dengan perkembangan ekonomi dan industri kreatif. Bidang ini mendapat perhatian khusus dari pemerintan dalam 4 tahun belakangan, dengan dibentuknya sebuah badan khusus, BEKRAF. Mengembangkan wirausaha seni di antaranya dapat dilakukan melalui festival. Tulisan ini mengambil studi kasus Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF) yang telah meletakkan dasar wirausaha seni sejak tahun 2016. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan teori social enterpreneurship, penelitian ini menghasilkan sejumlah rumusan bahwa (1) BIPAF telah menawarkan sebuah model pengembangan wirausaha seni dengan model pasar seni pertunjukan (performing arts market) yang menggunakan site specific stage, yakni Villa Isola UPI Bandung, untuk mempromosikan bentuk karya tari dan atau teater tari inovatif berbasis tradisi dan kolaborasi, serta mempertemukan para kreator dengan stakeholdernya, sekaligus berperan dalam pelestarian seni budaya; (2) untuk menjaga kualitas karya yang dihasilkan, karya-karya yang ditampilkan di BIPAF melalui sejumlah tahapan seleksi dan kurasi, inkubasi, pertunjukan hingga evaluasi. Indikator keberhasilan program ini di antaranya terlihat pada meningkatkan kuantitas pementasan para pentolan BIPAF yang dikelola secara profesional oleh para pengelola event, baik di dalam maupun di luar negeri.
Tradisi dalam Modernisasi Seni Lukis Sumatera Utara: Eksplorasi Kreatif Berbasis Etnisitas Batak Toba
Zulkifli Zulkifli;
Dermawan Sembiring;
Mangatas Pasaribu
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.878
Artikel ini membahas tentang sejauhmana potensi nilai dan karakter tradisional dapat dikembangkan sebagai tema garapan dalam eksplorasi kreatif seni lukis masa kini. Artikel berbasis hasil penelitian terapan ini, bertujuan menemukan bentuk dan wujud seni rupa tradisi yang khas, khususnya dari etnik Batak Toba, untuk dikembangkan secara kreatif dalam garapan seni lukis Sumatera Utara. Tujuan dimaksud diwujudkan melalui aplikasi teknologi digital serta rekayasa media dan peralatan melukis. Metode yang digunakan adalah survey dan metode penciptaan kreatif, mulai persiapan, inkubasi, iluminasi, eksekusi, konfirmasi, dan validasi. Analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksplorasi seni lukis modern Sumatera Utara melahirkan karakter bentuk orisinil, sebagai penanda jati diri dan promosi budaya rupa etnik Batak Toba. Karakter seni lukis eksploratif ini berkontribusi pada pengayaan budaya rupa nasional. Hasil penelitian juga menemukan efektivitas penggunakan teknologi digital dan rekayasa media seni lukis, sebagai stimulasi penggunaan media alternatif dalam pengembangan model industri kreatif.
Pola Interaksi Simbolik Dan Pewarisan Kesenian Jaran Kepang Semarangan Berbasis Agil Di Era Disrupsi
Eny Kusumastuti Kusumastuti;
Indriyanto -;
Kusrina Widjajantie
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.883
Jaran Kepang Semarangan merupakan salah satu kesenian tradisional kerakyatan yang ada di wilayah Kabupaten Semarang. Pola interaksi simbolik dan pewarisan pertunjukan Jaran Kepang memiliki keunikan tersendiri dalam menghadapi berbagai tantangan di era disrupsi ini. Penelitian ini mengkaji 1) Pola interaksi simbolik dalam pertunjukan Kesenian Jaran Kepang Semarangan di era disrupsi, 2) Pola pewarisan Kesenian Jaran Kepang Semarangan di era disrupsi. Tujuan penelitian mendiskripsikan dan menarik sebuah konsep atau teori terkait dengan pola interaksi simbolik dan pewarisan Kesenian Jaran Kepang Semarangan di era disrupsi. Lokasi penelitian di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo Dusun Sombron Desa Tlompakan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi dan sosiologi. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas dengan teknik triangulasi sumber, teori dan teknik. Analisis data melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan simpulan data. Teori yang digunakan untuk menganalisis interaksi simbolik yakni milik Herbert Mead. Temuan penelitian meliputi 1) pola interaksi simbolik antara penari dengan penari, penari dengan pemusik, penari dengan penonton, pemusik dengan penonton dan penonton dengan penonton dan 2) pola pewarisan Kesenian Jaran Kepang Semarangan di era disrupsi mengacu skema AGIL yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan latensi. Pertama, dalam proses adaptasi, pola-pola kesenian Jaran Kepang Semarangan beradaptasi dengan perkembangan jaman di era modern seperti sekarang ini dengan melihat kebutuhan masyarakat. Kedua, dalam proses pencapaian tujuan, kelompok kesenian Jaran Kepang Semarangan harus memiliki tujuan dalam pelestarian di era modern. Ketiga, dalam proses integrasi, kesenian Jaran Kepang Semarangan dapat mengintegrasikan kelompok masyarakat pelaku, pendukung dan penikmat secara tidak langsung. Keempat, dalam proses latensi, kelompok Kesenian Jaran Kepang Semarangan tetap menjaga dan melestarikan kesenian Jaran Kepang Semarangan di era modern.
Faktor Ideasi dalam Proses Kreasi Seniman Lukis Jelekong
Uzda Nabila Shabiriani;
Deny Willy Junaidy;
Pindi Setiawan
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.971
Jelekong painters community transferred their knowledges to generations by hereditary who do not have formal art education background because unlike the creation process (formally) learned in university, Jelekong painting artists could have their own understanding of such concept. This research aims to determine the ideation factor in the creation process of Jelekong painting artists who do not have formal art education background to build an understanding of creation process in the context of hereditary painting knowledges. The creation process at early stage of the idea analyzed using verbal report method, though an associative concept network analysis of subject’s experience when drawing sketches, image analysis and factor analysis. From the data analysis results, 10 Jelekong painting artists examined in their minds when the drawing sketches process leads to harmony indicated by the distance close of houses, the object placement generally amount to two on the right and left, the different colors of distant and near objects, the ideal natural landscape with clouds, figurative shapes and other natural objects, sung the different lines to give texture, different professions, different activities, and balanced composition. When drawing sketches, the painters also considers the serenity that is indicated through a quiet atmosphere in the absence of damaged natural elements, such as drought but cozy atmosphere, painters’ memories of a cozy and quite natural atmosphere, pictures with a large space, as if there is only one house and extremely rare draw many living things. The ideation factor in the creation process of Jelekong painting artists tends to practice imitating or copying works that have been made before and really rare to find the element of novelty that causes harmony and serenity factors frequently found in each works.
Pertunjukkan Ketoprak Lakon Pedhut Jatisrana Sebagai Media Pendidikan Karakter
Hari Setiawan;
Ani Rakhmawati;
Atikah Anindyarini
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1008
Pertunjukkan ketoprak merupakan suatu pertunjukkan dengan menampilkan cerita kehidupan masyarakat Jawa yang banyak mengandung pesan dan nilai karakter yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari dengan dikemas dalam bentuk dialog dan adegan. Pendidikan karakter berguna untuk mengatur dan membina karakter masyarakat khususnya para remaja. Hal tersebut dikarenakan banyaknya karakter perilaku yang menyimpang dan memprihatinkan yang ditunjukkan oleh para remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai pendidikan karakter pada pertunjukkan ketoprak lakon Pedhut Jatisrana sebagai sarana dan media pendidikan karakter. Adapun sumber data pada penelitian ini dengan menyimak dan mengamati langsung video dokumentasi pertunjukkan ketoprak lakon Pedhut Jatisrana. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan analisis dokumentasi video pertunjukkan ketoprak lakon Pedhut Jatisrana. Adapun analisis data menggunakan pengamatan adegan dan dialog pada pertunjukkan ketoprak Pedhut Jatisrana. Pada hasil penelitian ditemukan adanya nilai pendidikan karakter yang dikemas dalam sebuah dialog pada pertunjukkan ketoprak Pedhut Jatisrana karya Bondan Nusantara tersebut. Adapun nilai pendidikan karakter yang ditemukan yaitu karakter peduli sosial, jujur, cinta damai, kerja keras, cinta tanah air, religius, dan rasa ingin tahu yang terdapat pada dialog-dialog pertunjukkan ketoprak tersebut. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter berguna dan relevan sebagai sarana dan media pendidikan karakter untuk masyarakat saat ini.
Monumentalitas Seni Instalasi Bambu “Getah Getihâ€
Wegig Murwonugroho;
Aghastya Wiyoso
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1036
Karya seni instalasi merupakan perpaduan dari berbagai seni rupa yang dipasang dengan maksud sebagai hiasan berdurasi terbatas. Seni instalasi bambu bernama “Getah Getih†yang ditempatkan di seberang Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta merupakan karya Joko Dwi Avianto menurut ide Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Konsep “Getah Getih†diinspirasi oleh sejarah keberanian, dedikasi, dan sifat rela berkorban pasukan kerajaan Hindu Majapahit yang baru mendarat demi kejayaan kerajaan. Konsep bambu yang disusun saling bertautan memiliki makna penyemangat para atlet yang berlaga di Asian Games 2018. Bahan bambu dipilih karena keunikannya di antara bangunan beton bertingkat di Jakarta. Namun, pemaknaan sebuah karya seni tidak bisa lepas dari fenomena yang sedang terjadi pada waktu karya tersebut dibuat. Jalinan bambu menimbulkan kontroversi saat sebagian masyarakat menganggapnya menyimbolkan posisi bersetubuh. Pemilihan bahan baku yang tidak awet juga menuai kritik keras. Pun demikian halnya dengan anggaran besar yang dianggap tidak sesuai dengan nilai fungsi karya seni. Maka, ekspektasi publik Jakarta untuk seni instalasi yang elegan, modern, dan bertahan lama tidak terpenuhi. “Getah Getih†lantas dianggap sebagai pencitraan politik Anies belaka. Esensi kekecewaan terhadap “Getah Getih†bersumber dari tuntutan hadirnya kemonumentalan seni yang dipajang di ruang publik. Indikator kemonumentalan dilekatkan pada seni instalasi yang bersifat temporer. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fenomenologi. Paradigma penilaian kemonumentalan dilihat dari wilayah ide/gagasan, ekspresi, komunikasi, dan apresiasi pewacanaan. Dari analisis ditemukan bahwa seni instalasi patung “Getah Getih†yang diharapkan tidak monumental justru mencapai titik kemonumentalannya karena adanya kebaruan berupa unsur tak beraga yaitu pewacanaan melalui media sosial dan keterlibatan opini publik menerima atau menolak kehadirannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemonumentalan sebuah seni instalasi tidak sengaja dapat terbagun apabila diletakkan pada ruang sentral sebuah kota, banyak diakses publik secara langsung, dan ketepatan waktu ketika seni dijadikan komoditas yang dipertentangkan antar kubu politik.
Balutan Identitas Maskulin pada Pengguna Tato dari Perspektif Fenomenologi Levinas
Arni Ernawati;
Rustono Farady Marta
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1039
Maskulinitas merupakan identitas yang berharga terkhusus bagi seorang laki-laki, tak heran banyak dari laki-laki mencoba berbagai cara untuk mengekspresikan maskulinitas mereka. Tato dianggap sebagai salah satu simbol maskulinitas bagi laki-laki. Tato dapat menjadi representasi identitas dan ekspresi seseorang, banyak dari laki-laki mengekspresikan diri mereka dengan simbol-simbol tato yang dilukis ditubuh mereka. Tato dalam pandangan masyarakat memiliki makna yang beragam, dalam beberapa komunitas masyarakat adat di Indonesia tato bahkan menjadi budaya yang sarat dengan pesan hidup sementara di masyarakat modern tato selain penyampai pesan juga sebagai unsur yang memiliki nilai estetika tersendiri. Simbol maskulinitas berupa tato dianggap memiliki nilai seni yang tinggi dan nilai pesan yang sangat baik untuk mengekpresikan pesan maskulin seseorang.
Pengaruh Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Hindu Siswa SMP Negeri 1 Kota Denpasar Tahun Pelajaran 2018/2019
Wayan Paramartha;
Ni Putu Suwardani;
Ni Luh Suryaningsih
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1102
Dalam pendidikan formal, tahapan awal untuk memulai jenjang pendidikan dilakukan melalui penerimaan peserta didik baru. Penerimaan pesertadidik baru adalah proses seleksi yang akan menentukan siswa yang diterima di suatu sekolah. Proses ini diharapkan dapat berjalan secara objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga bisa mendorong peningkatan akses layanan dan pemerataan pendidikan melalui sistem zonasi, terlepas dari kemampuan kognitif ataupun ekonomi yang rendah. Dalam pelaksanaan di lapangan, penerapan sistem zonasi ini mendapati berbagai persoalan diantaranya adanya kondisi peserta didik yang diterima melalui sistem zonasi memiliki kemampuan kognitif dalam prestasi belajar yang cukup rendah dibandingkan peserta didik yang diterima melalui jalur prestasi. Selama ini SMPN 1 Kota Denpasar dikenal sebagai salahsatu sekolah favorit yang menerima siswa baru berdasarkan nilai hasil ujian sekolah, prestasi akademik dan non akademik, serta tes tertulis. Makapara guru terbiasa menghadapi siswa dengan kemampuan kognitif dalam prestasi belajar yang cukup baik sehingga para guru mengalami kesulitan ketika menghadapi siswa dengan prestasi belajar yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sistem zonasi penerimaan peserta didik baru terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 1 Kota Denpasar Tahun Pelajaran 2018/2019. Metode penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi 285 dengan penentuan jumlah sampel Krejcie dan Morgan taraf kepercayaan 95% berjumlah 158 responden. Pengumpulan data dengan angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase, statistik korelasional, dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang negatif dan signifikan sistem zonasi penerimaan peserta didik baru terhadapprestasi belajar peserta didik kelas VII SMPN Negeri 1 Denpasar tahun pelajaran 2018/2019. Terbukti hasil perhitungan analisis statistik korelasidiperoleh rxy = 0,030 dengan rtabel = 0,159, maka rxy < rtabel. Hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana, diperoleh a = 81,268 dan b= -0,043, jadi Ŷ = 81,268 -0,043X. Uji-t diperoleh thitung =-0,369, dengan ttabel =1,684. Karena nilai -thitung < -ttabel, maka dapatdisimpulkan bahwa variabel X memiliki pengaruh negatif terhadap variabel Y. Pada out put uji signifikansi dan linearitas persamaan regresi diatas ternyata diperoleh nilai Sig. sebesar 0,713 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan.
Tata Cara Penyuratan Dan Pendaftaran Awig-awig Desa Adat di Bali (Dari Desa Mawacara ke Bali Mawacara)
I Putu Sastra Wibawa;
I Putu Gelgel;
I Wayan Martha
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1103
Saat ini terkait dengan salah satu dari hak tradisional desa adat di Bali dalam mengurus rumah tangganya sendiri melalui hak untuk membentuk aturan hukum adat sebutan lainnya di Bali disebut awig-awig desa adat terjadi pergeseran akibat diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali. Pergeseran dimaksud disini, dari awalnya pembentukan awig-awig desa adat berdasarkan tata cara kebiasaan masing-masing desa adat (desa mawacara) bergeser ke arah penyeragaman yang dibuat pemerintah dalam hal tata cara penyuratan dan pendaftaran awig-awig desa adat di Bali (Bali mawacara). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tata cara penyuratan dan pendaftaran awig-awig desa adat pasca terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali dikaitkan dengan otonomi yang dimiliki oleh desa adat di Bali. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Data bersumber dari data sekunder berupa data kepustakaan termasuk peraturan perundang-undangan terkait kemudian dikumpulkan dengan metode kutipan dan dianalisis secara deskriptif dan kemudian disimpulkan.Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya pedoman penyuratan dan pendaftaran awig-awig pada Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Desa Adat dan Peraturan Gubernur tentang Pelaksanaan Perda Desa Adat di Bali menunjukkan terjadinya pergeseran dari desa mawacara ke Bali mawacarasehingga dapat mengurangi kadar otonomi yang dimiliki oleh desa adat di Bali, khususnya terkait dalam pembentukan hukum adat terutama pada desa adat Bali Aga yang secara turun-temurun memiliki cara sendiri membentuk hukum adat masing-masing