cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 566 Documents
EVALUASI DAN ANALISIS CURAH HUJAN SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB BENCANA BANJIR JAKARTA Nugroho, Sutopo Purwo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.052 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2164

Abstract

Banjir yang terjadi di Jakarta dan daerah sekitarnya pada tanggal 27 Januari hingga 1Februari 2002 disebabkan oleh besarnya curah hujan dan pengaruh dari sungai yangterdapat di daerah aliran sungai di dalamnya. Curah hujan yang terjadi sejak tanggal26 Januari hingga 1 Februari 2002 menyebabkan meluapnya sungai dan salurandrainase. Banjir yang terjadi menyebar hingga menggenangi beberapa dae rah diJakarta. Tinggi genangan mencapai 5 meter. Banjir tersebut menggenangi 42kecamatan di Jakarta dengan 168 kelurahan (63,4%) dari seluruh kelurahan yangada di Jakarta. Luas genangan mencapai 16.041 hektar atau 24,25% dari luas DKIJakarta. Curah hujan yang tertinggi yang menyebabkan banjir tersebut tercatat diBekasi sebesar 250 mm/hari yang merupakan curah hujan harian maksimum denganperiode ulang 150 tahun.The flood that occurred in the city of Jakarta area on 27 January until 1 Febru ary 2002was due to the torrential rainfall in the city and also in the catchment area of riversthat flow through Jakarta. The rain which started on 26 January until 1 February 2002caused overflow in the rivers and canals. Inundation in some areas and continued tospread throughout the city of Jakarta. The inundation depth was until 5 meters. 42districts on Jakarta within 168 sub districs (63,4%) from the all subdistrics in Jakarta.The inundation area has reached about 16.041 hectare or 24,25% from the total areaDKI Jakarta. The recorded daily rainfall depth at the Bekasi station was 250 mmwhich is almost the daily rainfall depth for 150-year return period as daily rainfall.
PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC) UNTUK MENGATASI DEFISIT INFLOW PLTA BAKARU PERIODE 15 FEBRUARI SD. 03 MARET 2012 Syaifullah, Muhamad Djazim
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9540.623 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2207

Abstract

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah dilakukan di DAS Mamasa Sulawesi Barat untuk mengatasi defisit inflow PLTA Bakaru. Selama pelaksanaan kegiatan ini, kondisi perawanan di DAS Mamasa menunjukan adanya fluktuasi peluang keberadaan awan-awan potensial. Potensi awan secara umum cukup baik sejak awal sampaiakhir kegiatan. Pada awal kegiatan, pertumbuhan awan relatif terjadi pada siang dan sore hari terutama terjadi di wilayah Mamasa dan Sumarorong, sementara di akhir kegiatan kondisi cuaca terjadi dengan pertumbuhan awan yang cukup cepat dan lebih banyak ditemukan awan potensial. Hasil evaluasi menunjukkan jumlah inflow selama kegiatan ini adalah sebesar 100,60 juta m3 dan rata-rata inflow sebesar 64,68 m3/detik, dengan tambahan inflow hasil TMC sebesar 16.77 juta m3. Secara umum pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di DAS Mamasa telah berhasil meningkatkan inflow secara signifikan.Weather modification technology have been conducted in the Mamasa watershed West Sulawesi to address the deficit inflow at Bakaru Hydroelectric power plant. During the implementation of these activities the cloudiness condition in the Mamasa watershed indicated the presence of fluctuations opportunities the existence of potential clouds. In general the potential clouds is quite good enough from the beginning to the end of the activity. In early activity, cloud growth relatively happening at noon and afternoon especially was in the mamasa and sumarorong, while in the end the weather conditionsoccurring with cloud growth fast enough and more found clouds potential. Indicating the number of inflow during the evaluation of this event is worth 100,60 million cubic meter with an average inflow of 64,68 m3/second in addition to inflow 16.77 million cubic meter. In general the implementation of Weather Modification Technology in in the Mamasa watershed has had suceeded in increasing inflow  ignificantly.
STUDI HIDROLOGI BERDASARKAN CLIMATE CHANGES MENGGUNAKAN MODEL SWAT DI DAERAH TANGKAPAN AIR WADUK JATILUHUR Supatmanto, Budi Darmawan; Yusuf, Sri Malahayati
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 2 (2015): December 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.684 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v16i2.1047

Abstract

Daerah Tangkapan waduk Jatiluhur berada diantara 107011'36? - 107032'36" BT and 6029'50" - 6040'45" LS di Jawa Barat, Indonesia. Area dengan luas 380 km2 merupakan 8% dari seluruh total area Hulu Sungai Citarum seluas 4500 km2. Fungsi dari daerah ini untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian di Karawang dan Bekasi dan memenuhi kebutuhan air di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti dampak dari perubahan ik (Climate Changes) terhadap hasil hidrologi di daerah tangkapan. Perubahan iklim ditentukan oleh beberapa scenario perubahan iklim yang disiapkan sebagai input dalam SWAT hidrologi model. Simulasi dilakukan sesudah model dikalibrasi untuk mendapatkan parameter model yang sesuai dengan model hidrologi. Setelah itu model divalidasi untuk mengetahui bahwa model menggambarkan keadaan lapangan. hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai limpasan dan hasil air yang bervariasi berdasarkan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu adanya untuk mempertimbangkan faktor-faktor perubahan iklim untuk mempelajari proses hidrologi di Daerah Tangkapan Air.Kata Kunci: SWAT, hidrologi, skenario perubahan iklim dan area tangkapan=Jatiluhur Reservoir Catchment Area is located between 107011'36? - 107032'36" BT and 6029'50" - 6040'45" LS in West Java, Indonesia. The catchment area embraces 380 km2, which is 8% of the total coverage area in the upstream of Citarum River with the total area of 4500 km2. The functions of this catchment are essential for meeting the needs of water for agriculture in Karawang and Bekasi area, and drinking water needs for Jakarta area. The purpose of this study was to investigate the impact of climate change on hydrology yield in the catchment. Changes in climate are discovered by several different climate changes scenarios, prepared as input for hydrological model SWAT. Simulation scenarios conducted after the model is calibrated in order to obtain model parameters that are sensitive to the hydrological response. Afterwards models are validated to find out that the model has described the state of the field. The result showed that the values of runoff and water yield are varies based on climate change. Therefore, there is a need to consider the factors of climate change in order to study hydrological process of a watershed.Keywords: SWAT, hydrology, climate changes scenarios and catchment areas.
APLIKASI MOBILE ZAPPELINE SEBAGAI MEDIA TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC) DAN PENIPISAN POLUTAN UDARA (ASAP) Purwadi, Purwadi; Sunarto, Faisal; Muttaqin, Alfan; Seto, Tri Handoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7832.013 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2671

Abstract

IntisariTelah dilakukan kajian aplikasi mobile zappeline sebagai media teknologi modifikasi cuaca (tmc) dan media penipisan polutan udara (asap) pada sebuah truk Mitsubishi Colt Diesel berukuran 5,960 x 1,970 meter. Dengan kendaraan tersebut, direkomendasikan dimensi zappeline berbentuk bangun ruang eliptical dengan jari-jari diagonal a dan b masing-masing 3,25 dan 0,65 meter. Selanjutnya, karakteristik aerodinamik dan fisika dihitung dengan memecahkan beberapa persamaan fisika secara numerik pada kondisi atmosfer standart yaitu internasional standart of atmosphere (ISA). Pada kondisi standart ISA, maksimal beban pada ketinggian 1500 meter (5000 feet) sebesar 5,67 kg dan mampu mencapai ketinggian tersebut dalam waktu 1221.93 sekon (+/- 20 menit). Selanjutnya dilakukan perhitungan drag zappeline relatif terhadap udara yang disajikan dalam sebuah grafik yang dapat digunakan bahan pertimbangan dalam desain pendorong zappeline dan perhitungan kekuatan tali.   AbstractStudies of mobile zeppeline aplication as a medium of weather modification technology and media thinning air pollutants (smoke) on a Mitsubishi Colt Diesel truck with dimensions of 5,960 x 1,970 meters have been done. With these vehicles, an elliptical zappeline shape geometry are recommended with diagonal radii a and b, 3.25 and 0.65 meters, respectively. Then, the aerodynamics and physics characteristic are calculated by solving some physics equations numerically at standard atmospheric conditions of the international standard atmosphere (ISA). In the ISA standard conditions, the maximum load at 1500 meters altitude (5000 feet) is 5.67 kg and it is capable to reach that altitude in 1221.93 seconds (+/- 20 minutes). Furthermore, calculation of the air drag relative are presented in a graph that can be used in the design considerations of driving force zappeline and calculation of rope tension.  
ANALISIS SPASIAL INDEK STABILITAS UDARA DI INDONESIA Fibriantika, Eka; Mayangwulan, Dian
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i1.4005

Abstract

Indeks stabilitas udara merupakan salah satu parameter yang dapat dihasilkan dari pengolahan data radiosonde. Pemetaan kondisi indeks stabilitas udara di Indonesia belum dilakukan. Diduga terdapat hubungan antara indeks stabilitas udara dengan curah hujan. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data Radiosonde 22 stasiun pengamatan dan data TRMM wilayah Indonesia Tahun 2019. Kajian ini bertujuan menganalisis indeks stabilitas udara di Indonesia secara spasial dan melihat hubungan antara antara indeks stabilitas udara dengan curah hujan. Berdasrkan kajian yang telah dilakukan, bulan Januari merupakan bulan dengan nilai KI, SI, LI, dan TT paling kuat diikuti dengan sebaran curah hujan bulanan yang tinggi. Sedangkan bulan September merupakan bulan paling stabil dengan nilai KI, SI, LI, dan TT paling lemah diikuti dengan kondisi kering di Indonesia. Pergerakan pelemahan indeks stabilitas udara dimulai dari wilayah NTT, NTB, Bali hingga terus melebar ke arah utara dimulai pada bulan Juni, dan perlahan menguat pada bulan Oktober.
PREDIKSI HUJAN BULANAN PADA PERIODE ENSO (El NINO SOUTHERN OSCILLATION) MENGGUNAKAN ANFIS (ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM) DI BANJARMANGU, BANJARNEGARA Safril, Agus; Kurniawan, Fakhrul; Virgianto, Rista Hernandi
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i1.4028

Abstract

Akurasi prediksi curah hujan yang tinggi diperlukan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan bermanfaat untuk tindakan mitigasi bencana alam oleh masyarakat. Untuk mendapatkan akurasi yang tinggi diperlukan variabel prediktor yang secara fisis terkait erat dengan curah hujan dan dapat menangkap pola anomali curah hujan akibat El Ni?o Southern Oscillation (ENSO). Total Column Water (TCW) sebagai variabel prediktor yang dipilih merupakan potensi uap air di atmosfer yang berpeluang menjadi hujan yang jatuh di permukaan bumi. Data TCW merupakan data reanalisis Model Sirkulasi Global (Global Circulation Model) yang diambil dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF). Analisis korelasi dilakukan untuk mendapatkan tingkat keterhubungan antara prediktor dengan curah hujan. Model prediksi Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) digunakan untuk memprediksi curah hujan yang bersifat chaotic. Hasil penelitian menunjukkan pola klimatologis prediktor TCW sesuai pola curah hujan klimatologis dengan kekuatan relasi (r) 0,79. Hasil penelitian menunjukkan pola klimatologis prediktor TCW mengikuti pola curah hujan klimatologis dengan kekuatan relasi r(0,79) pada skala bulanan dan r(0,73) pada skala dasarian. Korelasi antara prediksi dan curah hujan observasi sebesar 0,82. Korelasi paling rendah pada saat terjadi pola Normal, El Ni?o dan La Ni?a pada tahun 2016 yakni 0,69, diikuti tahun 2014 saat Fase Normal dan El Ni?o sebesar 0,77, dan saat El Ni?o dominan mencapai korelasi tertinggi yaitu 0,93 di tahun 2015. Pada prediksi hujan skala dasarian menunjukkan tingkat keandalan yang tidak jauh berbeda dengan prediksi hujan bulanan dengan nilai r(0,65) pada periode La Ni?a dan r(0,80) pada periode El Ni?o.
PERBANDINGAN TEKNIK WARM DAN COLD START PADA MODEL WRF-3DVAR ASIMILASI DATA RADAR PADA PREDIKSI HUJAN LEBAT DI WILAYAH SURABAYA DAN SEKITARNYA Rahma, Nayla Alvina; Paski, Jaka Anugrah Ivanda
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i1.4078

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil prediksi hujan WRF-3DVAR asimilasi data radar dengan menggunakan teknik warm start (spin-up 12 jam) dan cold start (tanpa spin-up). Kejadian hujan yang dianalisis adalah kejadian hujan lebat tanggal 19-20 Januari 2019 di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Data yang digunakan untuk simulasi adalah data Global Forescast System (GFS) dan data reflektivitas radar cuaca BMKG Surabaya produk Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI). Analisis dilakukan dengan membandingan kondisi awal model pada parameter suhu dan kelembaban udara untuk mengetahui efek dari metode asimilasi data. Uji keandalan model dilakukan dengan melakukan verifikasi dikotomi (hujan/tidak hujan) hasil luaran model WRF dengan data hujan di 4 titik pengamatan, yaitu di Stasiun meteorologi Juanda, Stasiun meteorologi Perak, Stasiun Klimatologi Karangploso, dan Stasiun Geofisika Tretes. Hasil menunjukkan bahwa asimilasi data radar dengan mode cold start mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan warm start, yang ditandai dengan lebih tingginya nilai Probability of Detection (POD) dan lebih rendahnya False Alarm Ratio (FAR). Asimilasi data dengan menggunakan mode cold start memiliki performa yang lebih baik dalam mendeteksi curah hujan per jam dengan ambang batas >1 mm dan >5 mm, sedangkan curah hujan >10 mm per jam lebih baik diprediksi menggunakan mode warm start.
PREDICTION OF CUMULONIMBUS (CB) CLOUD BASED ON INTEGRATED FORECAST SYSTEM (IFS) OF EUROPEAN MEDIUM-RANGE WEATHER FORECAST (ECMWF) IN THE FLIGHT INFORMATION REGION (FIR) OF JAKARTA AND UJUNG PANDANG Rais, Achmad Fahruddin; Setiawan, Fani; Yunita, Rezky; Meinovelia, Erika; Soenardi, Soenardi; Fadli, Muhammad; Wijayanto, Bambang
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i2.4100

Abstract

This study was focused on cumulonimbus (Cb) cloud prediction based on Integrated Forecast System (IFS) European Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) model in the Flight Information Region (FIRs) Jakarta and Ujung Pandang. The Cb cloud prediction was calculated using convective cloud cover (CC) of the precipitation product. The model predictability was examined through categorical verification. The Cb cloud observation was based on brightness temperature (BT) IR1 and brightness temperature difference (BTD) IR1-IR2. The results showed that CC 50%' predictor was the best predictor to estimate the Cb cloud. The study in the period other than 2019 is suggested for the next research because Indian Ocean Dipole (IOD) is extreme that may affect the Cb cloud growth in the study area.
TREN CURAH HUJAN BERBASIS DATA SINOPTIK BMKG DAN REANALISIS MERRA-2 NASA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH Alfiandy, Solih; Permana, Donaldi Sukma
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i2.4132

Abstract

Perubahan iklim dapat mempengaruhi perubahan pola dan intensitas curah hujan. Kajian iklim di Provinsi Sulawesi Tengah sangat penting dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di bidang pertanian dan sektor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren perubahan total curah hujan dan kejadian hujan ekstrem di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan data dari stasiun sinoptik BMKG dan model reanalisis The Modern-Era Retrospective Analysis for Research and Applications Version 2 dari The National Aeronautics and Space Administration (MERRA-2 NASA) periode 1980-2017. Hasil menunjukkan bahwa kedua data memiliki kemiripan pola musim hujan dan hubungan korelasi positif yang signifikan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,59-0,78 kecuali kota Palu dengan R2 = 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa data MERRA-2 berpotensi untuk mengisi data kosong yang terdapat pada stasiun sinoptik BMKG di masa lalu. Selain itu, kedua data menunjukkan tren peningkatan total curah hujan, tren penurunan jumlah hari hujan <5 mm/hari, dan tren peningkatan jumlah hari hujan >50 mm/hari (ekstrem) per tahun. Tren peningkatan total hujan tahunan berkisar antara 4,68-52,40 mm/tahun dengan tren tertinggi terjadi di Kabupaten Poso, sebagian Kabupaten Sigi, Tojo Una-Una, Morowali Utara dan Morowali. Sedangkan tren terendah terjadi di Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut. Tren peningkatan curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan April di Poso (4,8 mm/tahun), bulan Januari di Toli-Toli (3,6 mm/tahun) dan bulan Juni di wilayah Luwuk Banggai (2,8 mm/tahun) serta Palu (4,1 mm/tahun). Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Provinsi Sulawesi Tengah.
IDENTIFIKASI GRAVITY WAVES MENGGUNAKAN HIGH PASS FILTER WATER VAPOR BAND SATELIT HIMAWARI DAN DATA MODEL NUMERIK Kusuma, I Kadek Nova Arta; Setiabudi, Firman; Fibriantika, Eka; Swarinoto, Yunus Subagyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i1.4143

Abstract

Di Indonesia, pemanfaatan citra satelit dan model numerik menjadi acuan utama dalam kegiatan operasional cuaca penerbangan. Fenomena cuaca penerbangan yang masih sulit dideteksi adalah clear air turbulence (CAT). Salah satu penyebab terjadinya CAT adalah adanya gravity wave yang terbentuk di atmosfer. Pada paper ini akan ditunjukkan studi kasus fenomena gravity wave yang diidentifikasi menggunakan metode high pass filter pada water vapor band satelit Himawari dan dianalisis menggunakan model ECMWF 0.125 degree. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode high pass filter dapat membantu mengenali fenomena gravity wave menjadi lebih mudah dalam bentuk paralel strips.  Pada studi kasus ini, gravity wave terbentuk karena selisih angin yang besar pada lapisan 200 mb dan 250 mb sehingga membentuk vertical wind shear dan cloud billows yang terdeteksi pada Water Vapor Band dan memiliki pola tegak lurus terhadap angin.

Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 22 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 22 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020 Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020 Vol 20, No 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 1 (2019): June 2019 Vol 20, No 1 (2019): June 2019 Vol 19, No 2 (2018): December 2018 Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 2 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol. 17 No. 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol. 17 No. 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol. 16 No. 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015 Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol. 14 No. 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013 Vol. 13 No. 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000 More Issue